*****
"WOAH!!!" Faye tersentak saat ia melihat Yoko bisa mengangkat kaki setinggi lutut.
Wanita cantik itu bertepuk tangan pada Yoko yang kebanjiran peluh. Sesaat setelah Yoko dipersilahkan untuk beristirahat oleh si perawat, Faye cepat-cepat memberikan sebuah pelukan hangat hingga Yoko terkekeh karenanya.
"Kamu hebat" wanita cantik itu mengecup pucuk kepala milik Yoko yang tak henti mengeluarkan tawa menggemaskan.
Masih di antara kekehannya yang terdengar menggemaskan, Yoko melepaskan pelukan mereka berdua sebelum kemudian mencubit ujung hidung Faye yang mancung "Beberapa hari terakhir responnya sudah sangat baik. Aku yakin satu atau dua bulan ke depan aku sudah bisa jalan lagi" ujar Yoko pada Faye yang melebarkan senyum dari telinga ke telinga.
Wanita cantik yang mengenakan kacamata itu mengangguk mengiyakan "Semangat yaa" ia kemudian mengulurkan tangan guna mengacak pucuk rambut milik Yoko yang sudah panjang dan tak beraturan.
"Seusai kamu sembuh, gimana kalau kakak potong rambut kamu secara gratis?" Faye terkekeh sebentar saat ia melihat rambut Yoko acak-acakan "Plus dengan keramas, perawatan pemberian vitamin, styling atau kalau kamu mau warnain rambut juga boleh. Gratis semua. Sebagai hadiah karena kamu sudah berusaha dengan baik untuk kesembuhan kamu"
Yoko mendelik pada kekasihnya "Bukannya mendapat perawatan di salon Amor sudah seharusnya gratis ya? Kan aku pacarnya kakak, eh.." ia menutup bibirnya sekejap, "Bukan. bukan pacar" sergahnya dengan gelengan kecil yang terlihat menggemaskan, "Tapi tunangan dan akan segera menyandang status sebagai istri dari pemilik salon Amor itu sendiri"
Faye terkekeh pada sifat sombong yang tiba-tiba saja dimiliki kekasihnya. Wanita cantik itu kemudian berjongkok di hadapan Yoko lantas menggenggam tangannya yang mungil "Kalau gitu, hadiahnya mau apa?"
Yoko memiringkan kepalanya sesaat sebelum kemudian menyunggingkan senyum yang mencurigakan hingga membuat Faye merasa ketakutan entah mengapa.
"Sepertinya kakak lucu kalau memiliki rambut merah"
"....."
Sudah Faye bilang barusan bukan? Firasatnya tidak enak. Dan ternyata, firasat tidak mengenakkan itu dikarenakan oleh ini :)
~~
Faye terduduk dengan tenang ketika ia melihat Marissa memeluk sebuah boneka berukuran sedang berwarna kuning berbentuk bebek.
Boneka bebek itu mengenakan seragam sekolah, ia bahkan membawa tas di belakang punggungnya serta tidak lupa dipasangi satu buah topi berwarna biru di atas kepalanya.
Di tempat lain, Yoko yang tengah berlatih berjalan sedikit melonjak ketika ia mendapati hadiah menggemaskan dari sahabatnya.
Marissa datang sesaat setelah Faye mengirimkan video perkembangan pesat Yoko yang sekarang sudah bisa berdiri tanpa bantuan alat meskipun itu hanya beberapa detik saja.
Itulah alasan mengapa ia membawakan boneka seekor bebek yang warnanya sungguh menyilaukan mata, --well, atau setidaknya itu yang Faye kira.
"Oke.. waktunya istirahat. Kau sudah melakukan semuanya dengan baik. Besok, kita akan belajar bersepeda di dalam air untuk relaksasi otot lutut"
Yoko menyerahkan senyum manis pada lelaki yang belakangan ini selalu menemaninya ketika terapi.
Siapa lagi kalau bukan perawat yang membantunya naik ke atas alat bantu atau bahkan seseorang yang memotifasi dirinya untuk terus melakukan set tambahan disetiap akhir latihan.
Berkat lelaki itu Yoko bisa melewati hari demi hari latihan di rumah sakit yang sama dengan suasana hati yang baik-baik saja.
Meski beberapa kali Yoko merasakan kehilangan harapan, tapi lelaki itu selalu saja tak menggubris jika Yoko meminta sehari-pun untuk istirahat dengan iming-iming menari, berjalan dari satu ke tempat lain, atau bahkan bisa merasakan sapuan ombak tanpa gangguan kursi roda.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eldest One 2 [FayexYoko]
Teen FictionPart ke dua setelah The Eldest One ya :) Dibaca bagian pertamanya terlebih dahulu supaya mengerti jalan cerita untuk yang ke dua :) -Riska Pramita Tobing.