*****
Yoko menatap lurus-lurus pada Ayahnya yang tengah melipat tangan di dada.
Lelaki itu mengenakan kemeja berwarna putih tulang yang lengannya sengaja dilipat hingga sepertiga. Rambutnya yang sudah lebih panjang disisir secara rapi ke belakang.
Lelaki itu tak mengenakan aksesoris, tapi pakaiannya terlihat berkelas dengan merek yang terlihat jelas di kerah serta sakunya.
Di sampingnya, Phia Fah tampak elegan dengan pakaian simpel yang manis dan sedikit matching dengan Folks.
Di sisi meja, tepatnya pada kursi utama, Ibunda dari Faye yang mengenakan pakaian resmi dengan kacamata menghiasi wajahnya tengah terduduk tenang seperti sebagaimana Faye dan Yoko yang duduk bersebrangan dengan Phia Fah serta Folks.
Faye yang tak ingin membuang banyak waktu, langsung merogoh tas dan menyerahkan secarik kertas berwarna hitam dengan hiasan aksen keemasan di pinggirnya.
"Itu baru contohnya karena kami belum memutuskan tanggal. Tapi, persiapan untuk menuju ke pernikahan sudah hampir 70%. Saya di sini bukan untuk meminta izin lagi, tapi untuk memberitahu kalian kalau niat saya dalam menjalin hubungan serius dengan Yoko akan segera terlaksana. Dan saya tidak akan meminta izin kalian jika kalian ada hanya untuk menghalangi jalan kami berdua"
Yoko terbelalak. Ia tak menyangka kalau makan malam mereka hari ini akan diawali dengan omongan kasar dan memaksa seperti itu dari Faye.
Yoko bahkan bisa melihat Ibunda dari kekasihnya itu sama-sama tercengang atas sikap putrinya yang terkesan sombong dan tidak sabaran.
Tapi, apalah daya? Faye sudah melakukannya pada kedua orangtua Yoko. Mereka tak dapat mengulangnya bahkan meskipun mereka ingin.
Ekspresi Phia Fah yang terlihat terkejut membuat Yoko yakin kalau wanita cantik itu juga tak menyangka bahwa Faye akan bertingkah seperti ini.
Faye adalah orang pintar dan berpendidikan. Yoko bahkan berani mempertaruhkan kepalanya untuk itu. Tapi kenapa Faye berprilaku seperti ini sekarang?
Apa wanita cantik itu memiliki strategi?
Faye tampak melipat tangan di dada ketika ia melihat Folks menyunggingkan senyum dengan ekspresi meremehkan.
Lelaki tampan yang tampak berwibawa itu mengeraskan rahang meski sesaat.
"Hak untuk memutuskan pernikahan memang ada pada kalian berdua" Folks memulai dengan nada tenang yang justru terdengar lebih mengintimidasi daripada nada bicaranya yang biasa terdengar agresif dan marah.
Faye tak merespon pada ucapan Folks yang sepertinya belum selesai.
Lelaki itu mengaitkan kesepuluh jemarinya di atas meja lantas sedikit membungkuk guna mendekatkan diri pada Faye yang mengerutkan kening dengan penasaran.
"Tapi aku juga memiliki hak untuk tidak memberikan putriku padamu"
Deg~
"Papa juga harus tahu kalau aku sudah lebih dari 18 tahun dan layak memutuskan kehidupanku sendiri" kini, Yoko mulai ikut bersuara, mencoba mengutarakan isi hati pada orangtuanya.
Folks menatap putrinya dengan nanar, lelaki itu kemudian melirik pada Faye dengan pandangan tak percaya dan sedikit menghina "Kau lihat? Niatmu yang terburu-buru menghancurkan putriku! Putriku bisa saja menjadi pengusaha hebat dan kau malah memintanya menjadi istrimu?" lelaki itu tertawa sarkastik di akhir kata.
"Maaf?" kini, Ibunda Faye mulai mengeluarkan suara "Kenapa kau berpikir bahwa Faye tak akan membiarkan Yoko berbisnis setelah pernikahan?"
Phia Fah tersenyum "Sepertinya Folks hanya khawatir karena pernikahan putri kami terlalu dini" ujarnya, memberikan jeda di antara pembicaraan mereka yang panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eldest One 2 [FayexYoko]
Teen FictionPart ke dua setelah The Eldest One ya :) Dibaca bagian pertamanya terlebih dahulu supaya mengerti jalan cerita untuk yang ke dua :) -Riska Pramita Tobing.