*****
Sambil sedikit meringis karena perasaan pening di kepalanya, Faye menopang tubuh menggunakan sikut untuk bersender di kepala dipan.
Wanita cantik itu menengadahkan kepalanya yang terasa berat sambil sesekali mengerang kesakitan.
Ck! Sial! Hungover memang menyebalkan!
"Oh? Sudah bangun?"
Faye mengerutkan kening ketika ia mendengar suara milik Charlote di kejauhan.
Penglihatannya yang buram serta kepalanya yang pusing membuat wanita cantik itu tidak bisa memastikan kalau orang yang beberapa meter di depannya adalah orang yang sama dengan orang yang ia dengar di gendang telinga.
Gadis itu mendekat. Rambut panjang berwarna hitamnya yang di kucir sembarangan adalah hal pertama yang dapat dilihat oleh Faye dengan jelas.
Hal selanjutnya yang dapat ia lihat dengan jelas adalah senyum manis dengan bibir yang kemerahan "Pusing?" suara itu kini berubah menjadi suara Engfa dan Faye yang masih dalam keadaan sedikit mabuk terkekeh pada siapapun yang ada di hadapannya.
"Bisa kau bawakan aku aspirin dan segelas air mineral?"
"Sure" gadis itu beranjak dari hadapan Faye dan wanita cantik itu menggisik matanya berkali-kali guna menghilangkan sesuatu yang menghalangi pemandangannya.
Ck! Padahal ia hanya minum beberapa botol bir. Kenapa dirinya jadi mudah mabuk sekarang?
Padahal, dulu, ia selalu bisa menghabiskan beberapa gelas besar wine, atau bahkan menenggak setengah botol besar berisi vodka. Tapi, sekarang? Lima botol bir saja sudah mambuatnya mabuk seperti ini?
Ck! Payah!
"Ini. Hati-hati tumpah" Faye mengerutkan kening saat merasakan jemari panjang menuntunnya, wanita cantik itu kemudian menenggak sedikit dari air mineral yang berada di tangannya sekarang sebelum kemudian meminum dua butir aspirin yang diserahkan entah oleh siapa.
"Jangan paksakan untuk bangun. Kembalilah tidur. Aku akan memasak sesuatu untukmu" ujarnya.
Faye mengerjapkan matanya berkali-kali karena penglihatannya masih belum jelas juga "Tunggu dulu. Dimana aku?"
"Rumahku. Kamu menghubungiku semalam. Entah karena efek mabuk atau apa" gadis itu terkekeh, dan sekarang suaranya bukan lagi Engfa maupun Charlote.
"Kau siapa?"
Lagi, gadis itu terkekeh kecil "Istirahatlah. Kamu akan segera membaik setelah memakan sarapanmu"
Faye menurut. Ia tak ingin menambah rasa pusing di kepalanya hanya karena membutuhkan jawaban atas siapa sekiranya yang ia hubungi semalam.
Lagipula, gadis itu terdengar baik dan tidak akan melakukan apa-apa kepadanya.
Jadi, lebih baik Faye memejamkan mata agar perasaan pusing itu segera hilang dari dalam kepalanya.
~~
Saat Faye terbangun untuk ke dua kalinya, ia melirik ke seluruh ruangan yang tak asing.
Ada jendela besar di dinding, dan godennya masih tertutup. Seolah gadis yang membantu Faye untuk sadar dari mabuknya tahu betul kalau Faye tidak suka cahaya ketika ia bangun dari tidur.
Dengan pelan, Faye turun dari atas ranjang berukuran besar yang hanya diisi olehnya. Wanita cantik itu kemudian menggulung rambutnya secara sembarangan sebelum menapak ke atas tanah untuk memastikan bahwa dirinya tidak akan terhuyung lagi meski kepalanya masih terasa sedikit pusing.
Sambil sedikit menggenggam dinding ketika ia berdiri, Faye mendesah. Kepalanya masih terasa pusing tapi ia tetap memaksakan diri untuk berjalan secara perlahan menuju ke luar ruangan.
Faye lapar.
Ketika baru saja ia menyentuh kenob pintu, seseorang lebih dulu mendorongnya dari luar.
"Ariska?" ujar Faye ketika ia mengingat sosok yang berdiri di hadapannya sambil memegang satu buah nampan berisikan makanan yang masih mengepulkan asap.
"Makan dulu. Jangan dulu kemana-mana. Masih pusing kan?" gadis itu menuntun Faye kembali ke atas ranjang sebelum kemudian menyerahkan nampan berisi sup serta bubur yang tampak lezat.
Faye mengerutkan kening "Ck, sial. Alkohol memang mengerikan" meski wanita cantik itu meruntuk, ia tetap saja menerima bubur dari Ariska dan menyantapnya dengan perlahan.
Ariska terkekeh kecil. Perempuan cantik yang usianya hanya terpaut beberapa bulan saja dari Faye itu tenang ketika menanggapi "Meskipun sempat kaget karena kamu tiba-tiba menghubungi, tapi untungnya aku sedang tidak memiliki pekerjaan sehigga memutuskan untuk mengangkat telepon hanya untuk mendapati kamu tengah berbicara melantur dengan Benny" ia terkekeh sedikit "Kupikir Benny merebut ponselmu sebelum kemudian memintaku untuk menjemputmu di bar"
Faye tak menanggapi, ia hanya fokus pada bubur buatan Ariska yang lezat dan gurih.
Cita rasa bubur buatan mantan kekasihnya semasa SMA ini nyatanya membuat ia bernostalgia tentang hubungan mereka dulu kala.
Arisa memang jagonya memasak. Bahkan, Faye juga belajar darinya.
Dan pasakan gadis cantik berambut panjang itu masih saja membuat dirinya selalu ingin lagi dan lagi.
"Kenapa kamu pergi ke bar sendirian?"
Kini, Faye melirik ketika isi mangkuknya sudah hampir habis "Buburnya enak. Bagaimana kau membuatnya dalam waktu yang singkat?"
Ariska mendecak. Gadis itu tahu betul kalau Faye tak ingin digubris karena ia langsung melemparkan percakapan keduanya ke sembarang arah.
Jadi, alih-alih memancing keributan dengan menanyakan pertanyaan yang sama untuk ke dua kalinya, Ariska justru mengambil sendok di tangan Faye dan menyicipi bubur buatannya "Ini bubur instan. Aku cuma memberi bumbu dan beberapa toping supaya nggak terlalu polos" jawabnya sebelum menyerahkan kembali sendok cekung itu ke tangan Faye.
Faye mengangguk kecil lantas menyendok sup dan mencicipinya "Ini juga enak"
Ariska memutar bola mata dengan sebal "Kamu tahu kalau aku juara dalam memasak. Dan itu sudah nggak seharusnya kita bahas lagi kan?"
Faye terkekeh ketika ia memotong kecil kentang berukuran besar di dalam mangkuk "Maaf karena sudah merepotkan"
"Tak masalah. Ini bukan yang pertama kali kan?" jawab Ariska disertai kekehan di akhir kata.
Faye mengangguk dengan malu "Tapi aku yakin ini akan jadi yang terakhir" ujarnya.
Ariska memasang wajah ragu "Well, kita tak akan bisa memastikan kalau itu benar atau enggak, kan?"
Dengan geli, Faye mengangguk seraya menyeruput air di dalam mangkuk dengan tidak sopan "Tapi terimakasih. Masakanmu sungguh lezat dan sekali lagi aku minta maaf karena sudah merepotkan"
"Tak masalah. Tak usah dipikirkan. Kita berteman kan? Sudah seharusnya teman menjaga satu sama lain"
"Kau benar"
"Jadi, kenapa kamu pergi ke bar sendirian?"
Sepertinya kali ini Faye tak bisa menghindar dari pertanyaan Ariska. Wanita cantik itu menenggak sedikit dari air mineral yang ada di dalam gelas yang disajikan di atas nampan sebelum kemudian meletakkan nampan yang isinya sudah kosong itu ke sebuah drawer kecil di dekat ranjang "Hanya bosan. Aku tak memiliki kegiatan menyenangkan akhir-akhir ini. Jadi, aku memutuskan untuk minum"
Ariska mengangguk mengiyakan tapi gadis cantik itu kemudian mendekat dan mengusap kening Faye yang sedikit tertutupi oleh poni "Bagaimana mungkin kamu sama sekali tidak berubah selama bertahun-tahun ke belakang?" Faye tersentak saat ia merasakan dorongan lembut di bahunya. "Aku sangat merindukanmu"
*****
Riska Pramita Tobing.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eldest One 2 [FayexYoko]
Teen FictionPart ke dua setelah The Eldest One ya :) Dibaca bagian pertamanya terlebih dahulu supaya mengerti jalan cerita untuk yang ke dua :) -Riska Pramita Tobing.