*****
Faye terkekeh ketika ia tiba-tiba merasakan ciuman di area belakang lehernya yang sedari tadi menunduk pada layar ponsel.
Wanita cantik itu kemudian menarik kekasihnya yang mengganggu dan menjatuhkannya tepat ke pangkuan Faye yang kosong.
Gadis di belakangnya terkekeh ketika Faye membalas ciuman mungil milik Yoko dengan gigitan di beberapa bagian wajahnya.
"Aw, aw, aw sakit!" kini, Yoko menjengit ketika Faye menggigit bagian dagunya hingga berbekas.
Dengan geli, Faye terkekeh "Gapapa sekali-kali. Emang kamu doang yang boleh gigit kakak? Kan kakak juga mau gigit kamu"
"Kakak lagi ngapain?" kini, Yoko mengalihkan pembicaraan, ia takut kekasihnya akan menelanjanginya sebentar lagi jika ia tak mengalihkan pembicaraan dari masalah gigit menggigit.
"Kakak lagi duduk aja, nonton reel instagram. Kakak kan sekarang sedang jadi pengangguran" ujarnya dengan nada tenang.
Yoko cemberut "Nggak mau cek Amor?"
Faye menggeleng "Amor sedang dalam masa pemulihan. Biarkan saja tukang-tukang yang mengurus, biar kakak fokus dulu ke pernikahan kita"
Dengan bibir yang masih monyong, Yoko mengintip pada layar ponsel milik Faye yang tengah menampilkan isi chat dengan Charlotte yang ternyata membantu dalam urusan souvenir.
Charlotte memberikan beberapa contoh souvenir seperti gelas, cangkir, piring kecil, atau bahkan botol hingga cermin kecil dan kipas.
"Jadinya mau apa?" ujar Yoko sambil memainkan ponsel Faye.
"Kakak berniat untuk memberi souvenir yang bermanfaat. Jadi, kemungkinan cangkir dan botol. Dua benda itu kan sering digunakan dalam keseharian, baik itu di kantor ataupun di rumah"
"Tapi kipasnya lucu, kak"
"Kamu mau kipas?" tebak Faye dan Yoko mengangguk mengiyakan "Tapi cangkir dan botol juga gapapa sih kak. Itu dua udah lucu banget" sangkalnya kemudian.
Faye terkekeh kecil "Kita tambah kipas sebagian. Supaya tamu undangan juga bisa memilih souvenir lebih banyak. Kalau cuma dua kan itu-itu saja"
Yoko mencium pipi Faye sebentar "Kemarin aku udah bicara sama Papa soal pernikahan kita"
Faye yang sedari tadi tampak tersenyum sumbringah, kini langsung terlihat serius ketika ia mendengar seruan bernada tenang dari kekasihnya.
"Bicara apa?"
"Aku cuma tanya aja alasan Papa mempersulit pernikahan kita berdua. Nggak sempet bicara banyak karena aku nangis dan kabur dari hadapan Papa. Aku bahkan belum mendapat jawaban dari pertanyaan aku sendiri karena aku buru-buru pergi dari depan Papa dan Mama"
Faye menyunggingkan senyum "Kenapa kamu kabur?"
Dengan geli, Yoko terkekeh "Malu karena marah dan nangis-nangis di hadapan Papa dan Mama"
Faye ikut terkekeh "Terimakasih sudah mau ikut berjuang ya" wanita cantik itu mengulurkan tangan untuk mengusap pucuk kepala kekasihnya yang langsung tersenyum sumringah.
"Tapi, kalau bisa, kita berdua malam ini mengecek seluruh kesiapan pernikahan. Dari mulai gedung, dress, cincin, catering, dan souvenir. Karena kakak sudah membayar semuanya"
"Loh? Kakak dapat uang dari mana?"
Faye terkekeh kecil ketika kekasihnya mulai memikirkan hal-hal detil dari apa yang tengah mereka usahakan.
Sebuah perubahan kecil yang membuat Faye merasa senang entah mengapa "Kakak mendapat keuntungan karena saham yang kakak tanam sedang naik. Dan kakak pikir, tak ada salahnya kakak menjual beberapa kepemilikan untuk memperbaiki pola bisnis dan mengusahakan pernikahan kita berdua"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eldest One 2 [FayexYoko]
Teen FictionPart ke dua setelah The Eldest One ya :) Dibaca bagian pertamanya terlebih dahulu supaya mengerti jalan cerita untuk yang ke dua :) -Riska Pramita Tobing.