Delapan

1.2K 147 31
                                    

*****

Faye tak bisa tidur. Di sisinya, Yoko yang tengah memejamkan mata sambil sedikit mengeluarkan dengkuran halus memeluk dirinya dengan erat.

Isi kepala milik Faye tiba-tiba terasa pening entah mengapa.

Well, sebenarnya salah satunya adalah karena ia tak bisa melepaskan rindu pada Yoko karena gadis itu memutuskan untuk kejam dengan mengalami menstruasi ketika ia berkunjung.

Tapi, bukan hanya itu yang mengganggu isi kepalanya sekarang.

Salah satu dari banyaknya isi pikiran Faye adalah Ariska yang secara tidak sadar ia hubungi ketika terpengaruh alkohol.

Entah mengapa ia menghubungi mantan kekasihnya itu setelah sekian lama. Mungkin, alam bawah sadarnya tengah merindukan gadis itu atau apa, tapi yang pasti, Faye tengah memikirkan gadis itu sekarang.

Sudah lama sejak terakhir kali ia bertemu dengan Ariska. Gadis itu tetap terlihat cantik dan mempesona.

Rambutnya yang panjang sekarang terlihat lebih terurus dengan gelombang cantik dari atas hingga ke bawah. Tubuhnya juga tidak sekurus dulu.

Seingat Faye, Ariska memiliki postur tubuh yang tak berbeda jauh dari dirinya. Tapi sekarang, gadis itu terlihat lebih berisi dan lebih menggoda.

Faye menghela napas dan menghentakkannya dalam satu kali hembusan. Sial! Kalau saja ia laki-laki, Faye yakin sekali kalau ia akan ereksi ketika tengah membayangkan lekungan tubuh cantik milik Ariska.

Dengan kesal, Faye meraba bagian bawah tubuhnya yang terasa basah dari luar. Wanita cantik itu mengusapnya perlahan sambil mengumpat-ngumpat pada kenyataan.

Sial! Sepertinya ia harus masturbasi.

"Kak?"

"Shit!" Faye tersentak ketika ia mendengar suara lembut Yoko menyadarkannya dari fantasi.

Wanita cantik itu kemudian melirik pada kekasihnya yang tengah menatap dirinya di antara cahaya temaram dari lentera yang menyala.

"Nggak bisa tidur?" ucap Yoko.

Faye menarik napasnya panjang-panjang guna memenuhi paru-parunya yang terasa sesak entah mengapa "Begitulah. Kamu kenapa bangun?"

Yoko menggisik matanya sebentar "Mau pipis" ia merengek, terdengar begitu mengantuk ketika mencoba untuk menyadarkan diri agar ia bisa segera cepat-cepat menyelesaikan keperluannya.

Faye mengangguk "Kamar mandinya dimana?"

"Di luar kak. Lenteranya dibawa dulu gapapa?"

"Kakak ikut saja" Yoko terkekeh kecil seraya mengangguk "Tapi di luar dingin dan gelap. Plus licin. Biasanya tanah akan basah karena embun kalau malam-malam begini"

Faye mendesah "Kakak juga mau pipis. Jangan bawel"

Dengan geli, Yoko terkekeh ketika ia berjingkit guna mengambil lentera.

Rumah sederhana yang kosong ini di lengkapi oleh tiga kamar yang dua di antaranya ditempati oleh Yoko dan Marissa.

Ketika Faye melirik ke kamar Marissa yang sepertinya tak disinari oleh lentera, ia menyunggingkan senyum dengan iseng sebelum kemudian menempelkan telinganya di pintu.

"Kak?" Yoko berhenti melangkah lantas melirik pada Faye yang tengah menguping.

Faye terkekeh geli "Ngorok" ujarnya memberikan informasi dengan berbisik seolah ia tidak ingin terdengar oleh Ize dan Marissa yang tengah beristirahat.

"Demi Tuhan kak. Ini jam satu malam. Siapa juga yang masih bangun jam segini?"

"Kamu dan kakak" jawabnya dengan ekspresi polos yang dibuat-buat.

The Eldest One 2 [FayexYoko]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang