*****
Faye tersenyum sumringah ketika ia melihat Yoko berjalan secara perlahan menuju dirinya.
Langkah demi langkah yang diambil oleh Yoko membuat isi hati Faye menghangat karenanya.
Gadis cantik bertubuh mungil itu sudah bisa berjalan seperti biasa sekarang. Meskipun belum boleh mengenakan alas kaki yang tinggi, tapi Faye sangat bersyukur karena kekasihnya benar-benar sudah pulih.
Terapi masih berjalan bahkan meski Yoko sudah bisa berjalan. Gadis itu belum bisa terlalu sering menaiki tangga atau mengangkat barang-barang berat.
Makanya, dokter menyarankan untuk melatih otot kaki dengan pergi ke gym.
Dan di sinilah mereka sekarang.
Di pusat olahraga khusus wanita yang sedikit ramai di akhir minggu.
Yoko yang tengah berjalan di atas treadmill tampak cantik dalam sport bra berwarna putih serta legging yang serupa warna.
Di belakangnya, Faye yang tengah membenarkan tali sepatu menatap pada lekuk cantik milik kekasihnya yang sedikit mengundang perhatian.
Dengan inisiatif yang tinggi, wanita cantik itu kemudian mengambil tas ransel kecilnya sebelum kemudian mengeluarkan jaket besar miliknya dan membungkus gadis cantik itu dengan pakaian yang lebih layak.
"Heyyy!" gadis cantik bertubuh mungil itu sedikit memprotes pada kekasihnya yang kini ikut naik ke atas treadmill.
Faye tersenyum kecil ketika ia mulai menjalankan mesin dengan kecepatan sedang "Kulitmu terlihat semua. Kakak nggak suka orang-orang menatap sama kamu"
Yoko menggeleng kecil ketika ia mengikat jaket di perutnya karena ia tak ingin mengambil resiko dimarahi oleh Faye ketika menjalankan terapi.
Gadis itu kemudian melirik pada kekasihnya yang tengah menambah kecepatan sehingga ia mulai sedikit berlari "Kakak masih kuat jogging lama?" ujar Yoko pada Faye yang tampak berlari secara pelan dan teratur di atas treadmill yang semakin bertambah kecepatannya.
Meski napas Faye sedikit terdengar berubah menjadi berat, tapi cara dia berlari masih sama seperti sebelumnya dan Yoko mengangguk mengiyakan pada Faye yang tampak bangga.
"Kakak mau menurunkan berat badan" tiba-tiba, Faye berucap dengan napas yang terengah ketika ia fokus berlari.
Yoko melirik padanya "Loh? Kenapa?"
Masih dengan napas terengah, Faye melirik pada kekasihnya "Kamu lihat kan? Pipi kakak jadi bulat sekarang" ia mulai kehabisan napas sekarang dan tangannya segera menurunkan ritme kecepatan treadmill hingga ia hanya berjalan seperti Yoko.
"Padahal kalau chubby lebih lucu loh kak" jawab Yoko ketika ia menghentikan treadmillnya.
Dengan napas yang satu-dua, Faye turun dari treadmill setelah lebih dulu mematikan mesin.
Wanita cantik itu kemudian terduduk di bangku sebelum kemudian menyerahkan handuk pada Yoko yang tengah menenggak air minum "Kakak naik 7Kg loh" wanita cantik itu meruntuk.
Yoko mengerutkan kening "7Kg?" ulangnya tidak percaya.
Faye mengangguk mengiyakan pada kekasihnya yang kini tengah mengusap keringat.
"Kok bisa sampai 7Kg?" ujar Yoko sesaat setelah ia menyimpan handuknya dengan rapi.
"Entah. Mungkin karena susunya cocok?"
Dengan alis saling mengait, Yoko menatap heran pada kekasihnya "Susu? Emang kakak minum susu?" ujarnya dengan ekspresi heran yang tepat.
"Susu kamu"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eldest One 2 [FayexYoko]
Teen FictionPart ke dua setelah The Eldest One ya :) Dibaca bagian pertamanya terlebih dahulu supaya mengerti jalan cerita untuk yang ke dua :) -Riska Pramita Tobing.