*****
Di kejauhan, Faye bisa melihat Lux mengacungkan jempol padanya, seolah wanita cantik berambut pendek itu tengah mendukung perbuatannya yang berhasil menggoda si cantik berambut merah dengan mudah.
Dengan kekehan kecil, Faye menarik lengan Tina menuju mejanya "Anyway, kenalkan, temanku, Lux" ujar Faye ketika ia membiarkan Tina terduduk di meja mereka yang memiliki empat kursi.
"Wow" Lux berujar dengan nada takjub yang tepat "Kamu memang tak pernah kesuliatan untuk mendapatkan wanita cantik" lanjut gadis itu masih dengan nada takjub yang serupa hingga membuat Tina terkekeh karenanya.
"Ngomong-ngomong, kenapa kalian datang sendiri ke bar di akhir minggu seperti ini?" ujar Tina pada Lux dan Faye yang melihatnya secara bersamaan.
"Tak ada gadis manis yang mau menemaniku seperti sebagaimana kamu menemani Faye. Jadi, aku datang sendirian" jawab Lux seraya menyeruput isi gelasnya lantas menjengat karena rasanya.
Faye menggelengkan kepalanya sedikit "Jangan dengarkan dia. kau sudah melihatnya berdansa dengan semua gadis yang berada di bar ini kan?"
Tina terkekeh kecil ketika Lux melingkarkan lengannya ke pundak wanita cantik berambut merah itu.
"Ngomong-ngomong, apa yang dikatakan Faye sampai kamu mau di ajak duduk di sini?"
Faye yang acuh pada kentang goreng di hadapannya memilih untuk mengunyah saja daripada menjawab "Faye tak mengatakan apa-apa. Dia hanya berbicara sebentar denganku"
Lux mendecak kesal ketika ia menepak punggung tangan milik Faye yang menculik sedikit saus dari kantung miliknya "Itu milikku, sialan!" umpat Lux sehingga membuat Faye tak jadi mencuri saus di dalam wadah kecil milik sahabatnya.
"Kenapa kamu senang sekali mengganggu kesenangan orang lain?" ujar Lux pada Faye yang bersikap acuh baik itu pada dirinya ataupun pada Tina yang sedari tadi melirik-lirik padanya.
"Faye terlihat begitu agresif ketika di meja bar. Tapi dia pendiam ketika hanya ada kita bertiga" ujar Tina dengan nada sedih yang tertera.
Faye menyunggingkan senyum ketika ia menuangkan whiskey pada gelasnya yang sudah ia tenggak tadi sembari tetap fokus pada sayap ayam yang tengah ia makan "Lux yang memintaku membawamu kemari" ujar wanita cantik itu seraya menyesap whiskey di dalam gelasnya lantas kembali fokus pada sayap ayamnya.
Lux terkekeh kecil "Dia menyebalkan bukan?" ujar gadis itu pada Tina yang mengangguk mengiyakan.
"Tunggu saja sampai dia mabuk. Aku yakin dia akan menelanjangimu kurang dari satu menit" ujar Lux pada Tina yang langsung memerah pipinya.
Faye sudah menghabiskan beberapa potong sayap ayam serta setengah isi botol whiskey yang sisanya tinggal sedikit.
Wanita cantik itu belum bertingkah, dan Lux yang tak biasanya mendapati Faye tenang ketika mabuk langsung saja mengerutkan kening keheranan "Ada apa denganmu?" ujar Lux setelah ia membiarkan Tina melanjutkan pekerjaannya dan mendekat pada si dosen cantik.
Faye menghela napas sekejap ketika ia menengak habis sisa whiskey di dalam botol. Wanita cantik itu mengernyit sebelum kemudian menggigit lemon yang masih tersisa banyak di atas piring guna menghilangkan rasa pahit di lidahnya.
"Kenapa?" ujar Lux saat ia menempelkan pundaknya pada pundak Faye yang bersandar di kursi.
"Hanya saja, aku merasa salah ketika melakukan ini" Faye bergumam di antara suaranya yang terengar seperti mengantuk karena mabuk.
"Apa kamu benar-benar sudah serius dengan Yoko?" ujar Lux dengan nada tidak percaya yang tepat.
Faye menengadahkan kepalanya, wanita cantik itu terpejam di antara sinar remang-remang yang menerpa wajahnya "Sialnya, kupikir aku sudah benar-benar terikat dengan gadis itu sekarang. Aku merindukan masa-masa seperti ini, sungguh. Tapi, setiap kali aku ingin mencoba, rasanya, aku bisa melihat wajah merajuk milik Yoko tepat di hadapanku, dan gadis itu selalu saja membayangi isi kepalaku bahkan hingga saat ini" Faye menghentakkan napas panjang seraya menarik rambutnya pelan "Entah apa yang dia lakukan. Tapi kupikir hatiku sudah benar-benar tertuju untuknya"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eldest One 2 [FayexYoko]
Teen FictionPart ke dua setelah The Eldest One ya :) Dibaca bagian pertamanya terlebih dahulu supaya mengerti jalan cerita untuk yang ke dua :) -Riska Pramita Tobing.