Enam

1.2K 153 17
                                    

*****

Tak ada gunanya.

Faye mulai menyesal karena ia telah mengajak Ize untuk menemani dirinya selama perjalanan ke tempat Yoko dan Marissa melaksanakan KKN.

Karena bukannya menemani, gadis cantik itu malah meringkuk rapi di atas jok sambil merajut mimpi.

Dengan sebal, Faye manarik napas panjang lantas membuka kaca jendela agar ia bisa menghirup aroma jalanan.

Sudah tak tercium lagi debu ketika dirinya sampai di perkampungan. Hanya ada aroma tanah yang sedikit basah serta dedaunan dan pohon yang rimbun.

Cuaca di sekitar luar mobil juga terasa lebih dingin daripada yang biasanya ia rasakan di kota.

Tapi, yang membuat Faye senang adalah tumpukan sawah membentuk tangga miring di sampingnya yang tampak rapi dan ciamik.

Ada beberapa gubuk kecil yang tampak digunakan oleh para petani untuk beristirahat ketika lelah melaksanakan kegiatan di sawah.

Tak jauh dari beberapa gubuk yang disusun sedemikian rupa, ada beberapa ekor kerbau yang punduknya dicantoli oleh kayu untuk membajak sawah secara alami.

Sudah lama sekali Faye tak melihat hal-hal seperti ini. Ketika ia menurunkan kacamatanya agar iris berwarna coklat di balik kelopak itu terhalang oleh lensa kacamata yang kini ia kenakan.

"Ze" Faye sedikit menggoyang tubuh Ize yang meringkuk seperti armadillo. "Sampai" lanjutnya pada Ize yang merengek seraya menggosok mata.

Gadis itu menguap tidak anggun lantas membuka matanya yang sedari tadi terlelap "Tinggal lima menit lagi" ujar Faye pada Ize yang masih tampak mengantuk.

Gadis cantik itu kemudian menurunkan kakinya yang sedari tadi ia peluk lantas segera merogoh isi kotak di atas dashboard mobil Faye yang berisi permen.

"Tempatnya sangat sepi ya?" kini, jendela yang di samping Ize juga sengaja dibuka olehnya.

"Cukup enak. Hanya saja fasilitas sangat jauh dari sini. Terakhir aku melihat sekolah itu beberapa menit yang lalu"

"Iya?" ujar Ize tak percaya "Jadi Marissa dan Yoko harus berjauh-jauh dari sekolah tadi setiap hari?"

"Takutnya sih begitu"

Sebuah lapangan besar menyambut Faye ketika ia sampai di tempat KKN Yoko dan Marissa.

Ada satu masjid berukuran cukup besar dengan spiker yang di arahkan menuju rumah-rumah warga yang rata-ratanya masih terbuat dari kayu dan bambu.

Suara bising dari kicir yang ditiup oleh angin terdengar jelas ketika Faye turun dari mobil. "Wow, masih menggunakan kicir untuk listrik?" ujar Ize ketika ia akhirnya ikut menapak di atas tanah yang sedikit bergerinjul.

Sedikit memicingkan mata, Faye kemudian mengangkat lengan jaket yang ia kenakan "Menakjubkan bukan?" ujar wanita cantik itu seraya menunjuk kicir besar di kejauhan yang berputar oleh air.

"Jadi.. dimana Marissa dan Yoko tinggal?" ujar Faye seraya melirik-lirik seluruh rumah yang rata-rata ditambahi oleh sebuah obor di depannya.

Faye terdiam saat ia melihat seorang perempuan cantik bertubuh tinggi berisi yang tengah mengenakan mukena dan memeluk sajadah di salah satu tangannya.

"Halo, sedang mencari siapa?" ujar si wanita cantik dengan lesung di kedua pipinya.

Faye tersenyum sebentar lantas menyapa dengan sesopan mungkin "Halo, selamat siang menjelang sore" ia tersenyum sesaat "Saya sedang mencari mahasiswi yang sedang melakukan KKN di desa ini. Ada beberapa tugas yang harus saya sampaikan pada mereka"

The Eldest One 2 [FayexYoko]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang