*****
Faye menarik napas panjang ketika ia selesai dengan customer ke 7 di hari ini.
Sudah ada 7 orang yang kepalanya ia urus seharian penuh, tapi kepala miliknya kusut tak terbentuk.
Wanita cantik yang mengenakan kacamata hitam di atas kepalanya itu membuka kuciran di kepalanya sebelum kemudian menyisir rambut yang sedari tadi terikat itu dengan pelan.
"Hhhhh lelah sekali" wanita cantik itu berseru di antara napasnya yang terdengar begitu letih.
Di belakangnya, Pam yang masih membersihkan sisa-sisa rambut yang berserakan tersenyum pada pemilik salon Amor ini yang secara kebetulan turun tangan.
"Sepertinya kau sudah kehilangan minat untuk berpartisipasi di salon" komtentar Pam yang kini tengah memungut sampah dan merapikannya.
Faye melirik pada salah satu karyawan Amor itu dan terkekeh "Berdiri terlalu lama membuat kakiku terasa pegal. Apalagi hari ini aku memakai sepatu ber hak tinggi"
Pam terkekeh "Bukannya dari dulu kau suka menggunakan sepatu hak tinggi ketika bekerja?" ejeknya "Kau dulu tak pernah mengeluh meskipun salon lebih ramai daripada tadi. Mungkin ini karena kau sudah terbiasa duduk bersantai dan mengamati ketimbang ikut berpartisipasi di Amor seperti dulu" imbuhnya masih dengan nada penuh ejekan yang serupa.
Faye tersenyum kecil "Belakangan ini aku memang lebih gemar berpacaran dengan Yoko daripada mencari uang di sini"
Thanya, yang sedari tadi terdiam kini ikut mendekat guna menggoda pemilik salon tempat dimana ia bekerja "Kapan kamu akan membawa gadismu ke atas altar?"
"Beberapa bulan lagi"
Wanita cantik berambut pendek itu tercengang bukan kepalang "Kamu benar-benar akan menikahinya?"
"Kau pikir aku kerja keras setiap hari seperti ini untuk apa kalau bukan untuk memenuhi permintaan orangtua Yoko terhadap persyaratan pernikahan kami berdua?" jawab Faye dengan nada penuh runtukan yang terdengar kesal.
Thanya tampak menggeleng menanggapi atasan sekaligus sahabatnya "Berapa maharnya?"
"Lebih mahal dari rumahku" jawab Faye dengan nada pasrah yang mengundang rasa khawatir Thanya maupun Pam.
"Kamu bisa mengatasinya?" ujar Thanya, seraya mendekat pada Faye yang kini berbaring di atas sofa baru yang cukup untuk tiga orang.
Faye terkekeh ketika ia menaikkan kakinya yang panjang ke atas sandaran lengan sofa "Aku sedang mengusahakannya"
"Bukannya kau juga sedang membutuhkan banyak pengeluaran untuk bisnis barumu?" kini Pam ikut mendekat pada Faye yang menutup mata dengan lengan.
"Aku sudah menyimpan dana yang cukup untuk bisnisku. Sekarang, aku hanya perlu memfokuskan diri untuk persiapan pernikahan"
"Sudah berapa persen?" timbal Thanya.
"40" jawab Faye dengan pasrah dan sedikit frustasi.
"Wow. Itu masih sangat jauh dari target"
"Aku sedang mengurus mahar dan gaun sekarang. Mungkin, bulan depan aku akan mengurus gedung dan makeup, di minggu selanjutnya aku akan mengurus catering dan hidangan-hidangan kecil juga supenir. Jadwalnya sudah teratur sesuai dengan hari kelulusan Yoko. Tapi, aku tak tahu jika aku bisa melakukannya atau tidak"
"....."
~~
Dalam kedipan mata, Yoko bisa melihat tumpukan tugasnya semakin bertambah di setiap harinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eldest One 2 [FayexYoko]
Teen FictionPart ke dua setelah The Eldest One ya :) Dibaca bagian pertamanya terlebih dahulu supaya mengerti jalan cerita untuk yang ke dua :) -Riska Pramita Tobing.