Enam Belas

1K 145 28
                                    

*****

Faye bosan. Sudah bulan ke tiga ia ditinggalkan oleh Yoko dan hidupnya terasa hampa entah mengapa.

Beberapa waktu terakhir, Yoko bahkan sulit untuk ditemui meski itu di akhir minggu dan Faye merasa tak ada gunanya datang jauh-jauh ke perkampungan hanya untuk bertemu beberapa saat saja dengan kekasihnya.

Hari ini akhir minggu. Tapi, wanita cantik itu memutuskan untuk tidak berkunjung ke perkampungan dan memilih untuk berdiam diri di dalam kamar sambil memejamkan mata dan mendengarkan musik.

Wanita cantik itu belum beranjak dari atas kasur meski jam di dinding sudah menunjukkan angka 9 pagi.

Ia malas kemana-mana atau bahkan melakukan kegiatan sedikitpun hari ini.

Meski ponselnya terus bergetar dan menyala meminta perhatian, Faye tetap tak bergerak dari tempatnya berbaring.

Lagu milik penyanyi kelas atas bernama Billie Eilish dengan judul birds of feather sudah berakhir dan karena itu Faye akhirnya memutuskan untuk melirik penyebab terganggunya musik yang tengah ia dengarkan.

Nama Marissa Lloyd tertera jelas di layar ponselnya dan wanita cantik itu mengerutkan kening karena mendapati pesan dari perempuan yang tengah berada di pedalaman kampung.

Mendapati pesan beruntut dari Marissa yang notabene harusnya tak bisa mengirim pesan langsung membuat isi pikiran Faye melayang kemana-mana.

Wanita cantik itu bahkan tak sempat membaca satu persatu dari pesan beruntun yang dikirimkan oleh si gadis cantik bergigi kelinci ketika ia melihat ada sambungan telepon dari orang yang sama terhadap dirinya.

Tanpa berpikir dua kali, Faye cepat-cepat menggeser layar ponsel untuk mengangkat telepon dari sebrang.

"Kenapa?" ujar Faye to the point seperti biasanya.

Terdengar isak tangis dari sebrang dan isi hati Faye bergemuruh seketika "Yoko.. Kak, tolong"

"Kenapa, Marissa?" meski isi hatinya tak tahu arah, Faye tetap berusaha tenang ketika ia beranjak dari atas tempat tidur guna mengambil kunci mobil miliknya karena ia memiliki firasat buruk soal kekasihnya.

"Yoko belum ditemukan. Dia tertimbun longsor"

Deg!

"Kakak ke sana sekarang"

Faye menarik napas panjang ketika ia merasakan jemarinya bergetar saat ia memegang gagang pintu rumah.

Wanita cantik itu terdiam sesaat di daun pintu yang masih tertutup. Dengan air yang menggenang di matanya, Faye menarik napas panjang-panjang guna memenuhi paru-parunya yang tiba-tiba terasa sakit dan engap.

Ketika Faye merasakan sakit di kepalanya, ia baru sadar bahwa dirinya sudah tak bisa bernapas dengan tenang.

"Shit!" Faye mengumpat ketika tubuhnya hampir terjatuh.

Meski kaki-kakinya terasa lemas, wanita cantik itu tetap mencengkram gagang pintu sekuat tenaga bahkan hingga buku-buku jemarinya berubah menjadi pucat.

Dengan sekuat tenanga, Faye menarik tubuhnya sendiri hingga ia kembali berdiri.

Wanita cantik itu kemudian beranjak cepat ketika ia menemukan kekuatan untuk berdiri.

Saat ia sampai di pintu mobil, ia cepat-cepat membuka garasi dan melompat ke balik kemudi.

Dengan jemari yang masih bergetar, Faye melirik pada kaca spion guna memastikan kalau pintu garasi sudah terbuka.

Meski Faye merasa bahwa isi dadanya hampir meledak karena tak bisa berhenti untuk khawatir terhadap Yoko, wanita cantik itu harus tetap fokus selama perjalanan menuju perkampungan.

Dan sialnya. Jalanan menuju ke perkampungan harus ditempuh selama empat jam lamanya.



~~



Cuaca temaram menyambut Faye ketika ia memasuki gapura perkampungan tempat Yoko melaksanakan KKN.

Jalannya licin, seolah sudah hujan selama beberapa jam kebelakang dan Faye menyimpulkan mungkin saja hujan ini adalah penyebab terjadinya longsor.

Jalanan yang licin dan berbatu membuat telapak tangan Faye terasa dingin.

Membayangkan bagaimana Yoko yang mungkin saja tertimbun reruntuhan dalam keadaan entah hidup atau mati.

Untuk memikirkan Yoko sudah tak bernyawa saja membuat Faye merasa mual dan hampir memuntahkan isi perutnya.

Tapi wanita cantik itu tetap tabah dan fokus serta berharap akan keajaiban yang mungkin bisa membawa Yoko ke dalam pelukannya dalam keadaan baik-baik saja.

Suasana ramai ketika Faye sampai di bawah kaki gunung yang sisinya menghilang dan menutupi beberapa bagian dari perkampungan membuat Faye cepat-cepat menghentikan mobil lantas berlari secepat mungkin ke arah kejadian.

Madrasah tempat biasanya Yoko mengajar anak-anak kini sudah rata dengan tanah dan Faye hampir menjerit ketika ia melihat Marissa dipenuhi luka dimana-mana.

Gadis cantik itu tengah terduduk di atas tanah, dengan pakaian kotor yang tampak kumuh dan basah. Ada beberapa luka di bagian-bagian tertentu dan gadis itu memegangi ponselnya dengan isak tangis.

"Ya Tuhan" Faye tersungkur di samping Marissa dan membawa gadis itu ke dalam dekapan "Apa yang terjadi?" ujar wanita cantik itu ketika ia merasakan cengkraman Marissa di balik punggungnya.

Gadis cantik bergigi kelinci itu terisak di dalam dekapan Faye, tubuhnya gemetar dan dingin, "Aku minta maaf kak. Aku nggak bisa selametin Yoko. Tanahnya lebih cepat daripada aku"

"Kalian sedang bersama?" Faye bergerak mengusap pucuk kepala milik Marissa yang sedikit kotor dan kusut serta basah.

"Aku tadi berangkat ke ruang kepsek di bawah. Pas aku denger suara gemuruh, aku nggak sadar kalau itu suara tanah. Aku coba lari secepet mungkin buat bantu Yoko keluar dari bangunan. Tapi nggak keburu" ia terisak sekarang "Ada beberapa orang yang sama-sama terjebak di sana. Salah satunya Ibu Khumaira Azzahra dan anaknya Qiran"

Faye menarik napas dan terduduk di atas tanah yang basah. Ia tak peduli dengan pakaiannya yang pastinya kotor, ia hanya mampu berdoa bahwa mereka semua terselamatkan.

Hiruk pikuk masyarakat yang sedang menggali dan mencari korban memenuhi penglihatan Faye dan wanita cantik itu memutuskan untuk berdiri guna membantu mereka dengan harapan bahwa mungkin saja Yoko masih bisa selamat dan hidup.

Dengan pelan namun pasti, Faye menyusuri satu persatu dari para penggali yang tengah mencari ketiga korban dan ketika ia melihat ada seorang perempuan cantik mengenakan hijab tengah membawa sekop sambil tak henti menangis, wanita cantik itu mendekatinya. "Apa kau mencari Khumaira?"

Wanita cantik itu melirik, irisnya yang berwarna hitam menatap Faye dari atas sampai bawah sebelum kemudian mengangguk "Tak ada yang memanggilnya begitu kecuali aku. Tapi, ya, aku sedang mencari Khumaira" wanita cantik itu mengusap pipinya yang basah oleh air mata tapi ia tak berhenti menggali di lubang yang sama sehingga membuat Faye tersenyum terhadapnya yang tak kehilangan harapan bahkan meski dalam keadaan seperti ini.

"DI SINI! DIKA! ZAHRA KETEMU!" suara teriakan dari kejauhan membuat perempuan yang memegang sekop itu berhenti menggali sebelum kemudian ia berlari menuju arah dimana keributan terjadi.

Secara insting, Faye mengikuti langkah si wanita cantik sebelum kemudian ia menemukan Yoko tengah terduduk di atas tanah basah dengan pakaian yang kumuh dan pipi yang dipenuhi oleh air mata.

Faye terjatuh ketika ia melihat Yoko. Perasaan cemas, sakit, serta takut yang sedari tadi campur aduk perlahan menghilang ketika Faye merangkak mendekat pada kekasihnya yang memeluk sesuatu di antara lengan-lengannya yang mungil.

Ketika Faye sampai di hadapan Yoko, gadis cantik itu cepat-cepat menghambur memeluknya "Kakak kira kakak kehilangan kamu, sayang" ada sedikit bau anyir dari tubuh Yoko yang dipenuhi oleh lumpur, tapi Faye tak peduli dan tetap mengecup pucuk kepala gadis itu meskipun itu dipenuhi oleh tanah merah yang masih basah.

"Kakak... aku kira aku nggak akan ketemu sama kakak lagi"

"Kakak di sini sayang. Kakak di sini. Kakak nggak akan kemana-mana. Kakak di sini"

*****

Riska Pramita Tobing.

The Eldest One 2 [FayexYoko]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang