Lima Belas

1.3K 134 34
                                    

*****

Faye terkekeh ketika ia melihat Lux merangkul seorang wanita mendekat ke arahnya ketika ia tengah membeli pakaian.

Gadis cantik berambut pendek itu tengah menggoda pelayan toko ketika Faye tengah fokus memilah-milah pakaian yang akan ia beli.

Wanita cantik yang tengah menatap manekin dengan hiasan pakaian ciamik itu menggeleng pada Lux yang tak henti mencomoti pipi menggemaskan milik si gadis berseragam seolah gadis itu seorang anak yang akan terkekeh ketika seseorang mengusap pipinya.

Tapi, biarpun gadis itu sudah bukan lagi anak kecil, ia tetap terkekeh setiap kali Lux menjawil pipinya dengan gemas.

Faye tahu kalau Lux adalah pemain wanita yang andal sama seperti dirinya, tapi Faye tak dapat berdiam diri ketika ia melihat si gadis sudah berani menempel-nempelkan area intimnya pada lengan Lux dan wanita cantik itu menarik Lux dengan insting tersendiri.

"Whoaa.." Lux sedikit kaget ketika ia tiba-tiba sudah berada di dalam pelukan Faye.

"Dimana saya bisa membayar semuanya?" ujar Faye pada perempuan berseragam yang menatap dirinya dengan segan dan tidak percaya di satu waktu yang sama.

Faye mengangkat dagunya tinggi-tinggi pada si gadis cantik bertubuh mungil yang memiliki pipi tembam dan kemerahan, menampakkan sisi tegas dalam dirinya sehingga membuat gadis itu menunduk karena merasa terintimidasi secara tidak langsung.

"Di sebelah sana" ujar gadis itu dengan mata tertuju pada ujung sepatu yang ia kenakan, tangannya terulur ke sebelah kanan bangunan yang rata-rata dipenuhi oleh tempat menunggu dan Faye langsung beranjak ke sana dengan Lux yang masih berada di dalam kukungan lengannya.

Ketika Faye berhenti di deretan orang yang ingin membayar di kasir, Lux melepaskan diri dari dalam dekapannya dan gadis itu memasang ekspresi memprotes pada dirinya.

"Kenapa?" ujar Faye pada Lux yang tampak marah.

Gadis cantik berambut pendek itu mendengus kecil "Kamu menghancurkan malam hangat dan bergairahku!" ia menginjakkan kaki dengan kesal, tampak seperti bocah berusia tiga tahun yang tak diperbolehkan untuk keluar dan jajan permen di malam hari.

Dengan geli, Faye mengacak pucuk rambut milik gadis di depannya yang masih memonyongkan bibir persis seperti seekor itik "She's not worth it" ujar Faya dengan tenang pada Lux yang menggulingkan bola mata karena sebal.

Lux melipat tangan di dada ketika ia melangkah mengikuti antrian yang sudah mulai berkurang, "Aku tak pernah melihatmu bersenang-senang lagi" ujar si gadis berambut pendek.

Faye mendengus kecil "Aku sibuk belakangan ini. Apa maumu?" ketika Faye sampai pada deretan pertama, wanita cantik itu menyerahkan beberapa pakaian yang di cantolkan di lengannya pada kasir yang tersenyum menyambut.

Lux mengangkat alis tinggi pada si kasir yang terdiam mematung saat Faye tak memperhatikannya "Berapa totalnya?" ujar gadis berambut pendek itu pada perempuan di balik meja sehingga membuat si gadis yang sedari tadi terdiam cepat-cepat bergerak guna menghitung pakaian yang sudah berada di tangannya.

"Kau tahu? Ternyata, tak lagi main-main dengan wanita terasa menyenangkan juga" ujar Faye pada Lux yang mengernyit jijik "Kamu nggak cocok bilang kayak gitu. Talenta menggodamu akan hilang kalau kamu tak menggunakannya lagi, such a waste of presious thing"





~~





Faye terkekeh kecil pada Lux yang tengah memegang stik play station sambil sesekali berteriak ketika ia hampir mencetak gol di layar televisi.

Sayangnya, gadis cantik berambut pendek itu masih belum bisa mengalahkan benteng pertahanan Faye hingga ke menit enam puluh.

Meski Faye sudah tak seserius ketika pertama kali mereka bermain, tapi skill jemari yang dimiliki oleh wanita cantik itu tetap tak bisa dikalahkan dengan mudah oleh Lux yang bahkan sampai misuh-misuh tak karuan ketika ia dihadiahi tendangan finalti namun tetap tak bisa membobol gawang milik mantan kekasihnya.

Di menit ke delapan puluh, Faye kembali mencetak angka hingga membuat Lux hampir menangis di tempatnya duduk.

Gadis cantik itu kemudian meruntuk frustasi terhadap kemampuan jemari milik Faye yang tak bisa ia tandingi bahkan dalam permainan play station semata.

Bunyi peluit dari arah televisi membuat Lux merengek di sisi Faye. Gadis cantik berambut pendek yang mengenakan baju tidur milik Faye itu sudah kalah dari taruhan dan kini ia tengah menahan tubuhnya dalam posisi push up.

Faye terkekeh, ketika ia melihat Lux melakukan push up sambil meruntuk-runtuk. Wanita cantik itu kemudian beranjak menuju dapurnya guna mengambil beberapa kudapan untuk menemani malamnya dengan si gadis cantik berambut pendek.

Ketika Faye sampai di hadapan Lux dengan semangkuk buah-buahan segar yang sudah bersih dan di potong kecil-kecil, gadis itu menyerengeh "Terimakasih" ujarnya percaya diri seraya merebut mangkuk dari tangan Faye.

Wanita cantik itu mendecak kesal "Ngomong-ngomong, kenapa kau tidak pergi bersenang-senang di akhir minggu ini?" ujar Faye seraya kembali menyetel pertandingan berikutnya di layar televisi.

Lux mengangkat pandangannya sebentar dari isi mangkuk yang sudah mulai berkurang "Percaya atau tidak, tapi bersenang-senang tanpamu rasanya membosankan"

"Aw?" Faye mengernyit "Bukannya kau sudah melakukan itu semenjak kita berpisah dulu?"

Lux berhenti mengunyah lantas menyerahkan mangkuknya yang tinggal berisi sedikit pada Faye "Well. Tak sepenuhnya salah. Tapi aku rindu berjalan-jalan denganmu"

"Terdengar aneh" komentar Faye ketika ia mengambil satu butir stroberi dan menjilatnya perlahan "Manis" ujar wanita cantik itu sebelum kemudian menghisapnya.

Lux yang melihat kejadian seksi di depannya terdiam, melihat bagaimana Faye memakan stroberi dengan caranya sendiri merupakan sebuah anugrah yang bahkan bisa membuat isi perutnya terasa hangat entah mengapa.

Sial! Lux mengumpat di dalam kepala ketika ia sadar bahwa pikirannya sudah mulai melenceng entah kemana.

"Kupikir kau memang sedang membutuhkan teman kencan"

Lux tersentak ketika ia merasakan dorongan di keningnya. Gadis itu kemudian menyerengeh saat melihat Faye menyerahkan stik play station untuknya "Aku bosan. Aku tak ingin kalah lagi dalam taruhan" ujar gadis itu menolak joystick dari Faye yang langsung membuat wanita cantik itu menghentikan kunyahannya.

"Jadi? Kau ingin permainan seperti apa lagi?"

"Bagaimana deck of sex cards?" ujarnya dengan iris mata berbinar "Aku ingat kamu memiliki permainan itu di ruang bawah tangga. Kita bisa bersenang-se.." Lux menghentikan ucapannya ketika ia melihat sisi rahang milik Faye mengeras.

"Kamu baik-baik saja?" ujar Lux seraya mengulurkan tangan guna mengusap sisi rahang milik Faye yang membentuk tegas.

Dengan pelan namun pasti, Lux mendekat pada Faye yang masih terdiam di tempatnya duduk. Gadis cantik itu kemudian melirik pada sorot mata milik si wanita cantik yang terlihat kosong entah mengapa.

Ketika Lux hampir saja menjauh, secara tiba-tiba, Faye menahan belakang lehernya hingga gadis berambut pendek itu tak dapat bergerak dari sisi si mantan kekasih "A deck of sex cards? Really?" ulang Faye dengan nada tenang dan dalam.

Lux menelan ludahnya dengan gugup "Y..a.. Kupikir kita bisa bersenang-senang"

Dengan pelan, Faye mendorong tubuh Lux hingga gadis cantik itu berada di bawah tindihannya sekarang.

Lux bergerak tak nyaman ketika ia merasakan tekanan di atas pahanya, gadis cantik itu mendorong bahu Faye ketika si wanita cantik hampir menyatukan kening mereka berdua "Bumannya kau berkata kalau kau ingin bersenang-senang?" ujar Faye menggoda pada Lux yang menyesali perkataannya.

Lux menggeleng seraya menahan Faye ketika wanita cantik itu hampir menciumnya "Hentikan ini. Kamu sama sekali tak mengerti candaanku, eh?"

Faye menyunggingkan senyuman "Candaan, eh?" ujar wanita cantik itu seraya menarik lepas paksa pakaian yang dikenakan oleh Lux hingga kancing-kancingnya terlempar ke sembarang arah.

"Kau tahu kalau kau bisa mendapatkan apa yang kau inginkan, Lux"

"APA YANG SALAH DENGANMU?" dengan sekuat tenanga, Lux mendorong tubuh Faye hingga wanita cantik itu bangkit dari atas tubuhnya "Kau yang memulainya, sialan!" jawab si wanita cantik seraya menampar bokong Lux dengan keras.

"Perempuan gila!"

*****
Riska Pramita Tobing.

The Eldest One 2 [FayexYoko]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang