Empat Belas

780 120 24
                                    

*****

Faye tak menyangka kalau dunia ini benar-benar bulat. Mendapati Yoko mengenal Ariska Putri semasa kecil membuat wanita cantik yang kini tengah terduduk di kursi tinggi itu geleng-geleng kepala.

Nyatanya, Ariska berteman dengan Yoko di kampung halaman sebelum kemudian keduanya terpisah ketika Ariska mendapatkan beasiswa di sekolah SMA yang sama dengan Faye.

Ariska berkata, mereka adalah teman sebaya bahkan meski umur mereka terpaut jauhnya.

Gadis cantik yang adalah mantan kekasihnya ini ternyata sudah mengurus Yoko semenjak kecil dan menjadi seorang kakak asuh untuk Yoko.

Sekali lagi, Faye menatap keduanya, mencari keseriusan dalam mimik wajah mereka yang tampak tidak berubah bahkan meskipun itu hanya sedikit.

Tapi, sejauh apapun Faye mencari, ekspresi keduanya tetap saja terlihat sama. Dan Faye kesal karenanya.

"Apa kalian serius?" ulang Faye untuk kesekian kalinya.

Yoko mengangguk mengiyakan. "Meskipun aku masih kecil, aku ingat wajah Kak Ariska dengan baik. Pantesan aku ngerasa familiar pas kakak masuk ke ruangan"

Ariska terkekeh kecil "Kakak nggak nyangka kalau kamu udah tumbuh secepat ini. Cantik banget pula" ujarnya tulus dengan disertai kekehan yang membuat pipi bulat dan berisi milik si gadis cantik bertubuh mungil jadi memerah sedikit ketika mendengarnya.

Faye mengurut kepalanya yang terasa pening. Bagaimana mungkin cinta pertamanya bertemu dengan tunangannya jauh sebelum ia mengenal mereka berdua?

Sebuah kebetulan macam apa ini?

Dengan gemas, Faye menggigit kuku ibu jarinya sebelum kemudian ia menghentakkan napas saat melihat Yoko memeluk Ariska dengan senyuman manis di bibirnya yang berwarna kemerahan.

"Apapun" ujar Faye pelan dan sedikit frustasi.

"Apapun yang ada kaitannya dengan kalian, kenapa kalian dikaitkan denganku juga?" ujar Faye gemas dengan keadaan.

Ariska terkekeh "Pacarmu?" ujar gadis itu menebak pada Yoko yang menggeleng guna menyangkal "Tunangan" jawab si mungil dengan percaya diri seraya menunjukkan jari manisnya yang sudah dihiasi oleh cincin permata.

"Wow" gadis cantik itu berujar dengan nada sarkastik yang sangat tepat.

"Don't say anything" Faye mengacungkan jemarinya pada Ariska yang mengangkat tangan meminta pengampunan.

"Aku nggak bilang apa-apa" gadis cantik bertubuh tinggi berisi itu terkekeh di akhir kata "Tapi aku beneran nggak nyangka kalau kamu akhirnya berlabuh sama satu orang" Faye mendecak saat mantan kekasihnya mengatakan apa yang tak ingin ia dengar.

Tapi Ariska tak peduli dan melirik pada Yoko yang duduk manis di sampingnya "Selamat ya. Dan semoga kamu beruntung"

"Apa maksudnya itu sialan?!" bentak Faye pada Ariska yang langsung saja melarikan diri sambil tertawa-tawa karena ia sukses menggoda mantan kekasihnya di depan tunangannya yang adalah sahabat masa kecilnya sendiri.





~~





Faye memeluk dirinya sendiri ketika ia melihat Yoko sudah siap-siap berangkat kembali ke perkampungan guna melanjutkan kegiatan KKN.

Langit sudah hampir gelap ketika gadis itu meminta Faye untuk mengantarkannya ke halte.

Padahal, wanita cantik itu berkata kalau dia bisa mengantar Yoko hingga ke perkampungan.

Tapi, memang dasar Yoko keras kepala, alih-alih menerima tawaran Faye yang mempermudah segalanya, gadis itu lebih memilih untuk berangkat menggunakan bus seperti biasa.

Gadis cantik bertubuh mungil itu kini tampak manis dalam balutan pakaian milik Faye yang sengaja dicurinya dari dalam lemari milik si dosen cantik.

Meskipun Yoko terlihat seperti lidi yang dibungkus oleh plastik berukuran besar karena pakaian Faye terlalu besar di tubuhnya yang mungil, gadis itu tetap saja terlihat sangat menggemaskan di balik switer berwarna abu serta celana panjang milik Faye yang bahkan harus di lipat berkali-kali agar itu tak terinjak.

"Jangan nakal di sini" ujar Yoko seraya mengulurkan tangan guna mengusap pipi milik kekasihnya secara lembut.

"Tinggal dua bulan lagi kok. Sabar ya" imbuhnya dengan nada lembut yang membuat Faye merana.

Ketika Yoko melihat kekasihnya cemberut bak bocah kecil yang tak diperbolehkan memakan permen kesukaannya, gadis itu terkekeh seraya kemudian mengecup bibirnya perlahan "Sebentar lagi aku selesai, kalau udah selesai, kita tinggal bersama lagi seperti biasanya"

Faye memiringkan kepala "Mana mungkin kan? Kamu lupa Phia Fah dan Folks tak pernah mengizinkan kamu untuk pindah dari rumah?"

Yoko memiringkan kepalanya ke satu sisi "Kecuali kalau nama belakangku sudah berubah menjadi Malisorn"

"....."

Satu.

Dua.

Tiga.

Empat.

Lima...

Faye membelalak ketika ia akhirnya sadar dengan apa maksud dari ucapan kekasihnya yang mengedip di akhir kata guna menggoda.

Sesaat setelah ia menahan diri untuk tidak tersenyum karena pemahaman tiba-tiba saja memukul dirinya dengan keras, Faye akhirnya mengelus jemari Yoko yang dihiasi oleh cincin pertunangan mereka "Miss Yoko Apasra Malisorn" dengan gemas, Faye mengangkat-angkat alisnya sambil terus-terusan terkekeh "That's sound so good, Yoo" imbuh wanita cantik itu dengan senyum yang masih merekah dari telinga ke telinga.

"Sabar ya. Hanya tinggal beberapa bulan lagi aku akan lulus dan menyandang gelar yang aku inginkan. Dan aku akan menjadi milik kakak sepenuhnya" ujar si gadis bertubuh mungil seolah memperjelas maksud dari kalimat rancunya beberapa saat lalu.

"I can't wait" Faye menghentakkan napas sebelum kemudian berdiri dan memeluk tubuh Yoko erat-erat sambil lalu mengangkatnya beberapa saat di udara.

"Tunggu kakak untuk mempersiapkan pernikahannya" ujar wanita cantik itu setelah ia membiarkan Yoko kembali menapak di atas tanah.

Yoko tersenyum kecil lantas melilitkan lengannya di leher Faye yang tinggi "I love you so much" ujar gadis itu sebelum kemudian menutup jarak di antara mereka dengan ciuman yang hangat dan dalam.




~~




Yoko menatap yakin pada cincin tunangan yang melilit di jemarinya.

Gadis cantik itu sudah menyerahkan hidupnya pada Faye dengan ucapan singkatnya barusan.

Ketika ia menatap ke luar kaca yang sudah dibasahi oleh air hujan, Yoko termenung. Usianya baru saja mencapai angka 23 tahun ketika usia Faye sudah begitu matang di angka 33.

Hidupnya masih panjang tapi ia sudah memutuskan untuk menyerahkan diri pada Faye dengan keyakinan yang entah ia dapat dari mana.

Yoko tak menyangka kalau dirinya merelakan kesempatan luas di depan matanya hanya untuk diperistri oleh Faye.

Tapi, ia yakin sekali kalaupun dirinya menjadi istri Faye, ia akan tetap bisa meraih mimpi sesuatu dengan keinginannya.

Faye adalah wanita yang pikirannya lapang dan terbuka. Yoko yakin sekali kalau kekasihnya itu bahkan akan mendukung dirinya jika saja suatu saat nanti ia ingin terjun ke dunia perbisnisan atau meraih apapun yang menjadi cita-citanya.

Maka, dengan keyakinan yang bulat di dalam dirinya, Yoko mempasrahkan diri pada Faye yang akan segera mengikatnya dalam sebuah pernikahan.

Dan Yoko bahagia ia bisa memutuskannya dalam waktu yang tak lama.

Karena jika saja boleh jujur, Yoko sungguh mencintai Faye seperti sebagaimana wanita cantik itu mencintainya.

*****

Riska Pramita Tobing.

The Eldest One 2 [FayexYoko]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang