*****
Faye terkekeh saat ia melihat Marissa tersungkur hingga ia jatuh tepat ke samping Yoko yang tengah membaca buku.
Sementara yang tengah fokus membaca di atas ranjang itu mengerutkan kening karena kesal pada Marissa yang tengah bermain-main di dalam kamar Yoko yang tak cukup luas.
Gadis cantik bergigi kelinci itu bahkan membuat karpet yang menghalangi sebagian kamar Yoko jadi kusut sekarang. Dan lagi, ia melempari Faye --yang mengganggunya, dengan menggunakan rentetan boneka milik Yoko yang bahkan sudah ditata sejak lama.
"Kalian ini ngapain sih?" akhirnya, setelah sekian lama Yoko terdiam, gadis itu bersuara pula pada kedua perempuan yang mengganggunya.
Marissa terkekeh kecil "Tuhhh kak Faye tuhhh"
Pandangan Yoko kini beralih pada kekasihnya yang langsung pura-pura membereskan kekacauan yang adaa "Fitnah sayang. Kamu lihat sendiri kan kalau kakak nggak ngapa-ngapain dari tadi?"
Dengan geli, Yoko menggeleng guna merespon pada kekasihnya yang berusaha menipu.
Padahal, Yoko sudah tahu betul kalau Marissa mengaung karena perbuatannya yang mencuri ponsel si gadis bergigi kelinci dan mengirimkan pesan tak senonoh pada Ize yang sepertinya mempercayai kalau pesan yang terkirim adalah pesan hasil dari jari jemari milik Marissa sendiri.
Dan jika saja kalian ingin tahu pesan yang disampaikan Faye di ponsel Marissa pada Ize, sebaiknya jangan.
Karena itu... well.. terlalu 20+++++
"Udah sih kak, berantakan kamarku loh" ujar Yoko seraya berdiri dari ranjang untuk berjalan singkat menuju kursi roda.
"Sayang mau kemana?" Faye mendekat secara kilat pada kekasihnya yang kini sudah terduduk di atas kursi roda, melupakan Marissa yang sedari tadi mencoba merampas ponselnya dari saku belakang milik Faye.
"Mau pipis" ujar Yoko seraya mendorong rodanya sendiri.
"Nggak mau kakak bantuin?" ujar Faye seraya mendekat pada Yoko yang bahkan hampir sampai di kamar mandi pribadinya.
Yoko terkekeh "Nggak usah. Sekarang kan aku udah bisa jalan dikit-dikit"
Faye mengurungkan niat ketika ia hampir saja menyentuh belakang kursi roda dan membantu mendorongnya.
Wanita cantik itu kemudian membiarkan kekasihnya pergi ke kamar mandi sendiri dan melirik pada Marissa yang tengah cemberut di atas ranjang Yoko yang berantakan.
Dengan geli, Faye kemudian menyerahakan ponsel milik si gadis cantik bergigi kelinci sambil lalu duduk tak jauh darinya.
"Minggu depan, Yoko akan mulai mengejar semester. Tapi, kakak nggak ngajar lagi karena harus mengurus bisnis salon kuku yang mulai hampir dibuka. Dan.. well, kakak juga membuka pet shop"
Marissa menatap wanita di sampingnya dalam-dalam "Kakak ini ternyata serakah, ya?" ujar gadis itu polos.
"Amor itu salon besar yang laku dipasaran. Dan sekarang kakak malah bikin dua bisnis baru? Mau berapa uang lagi sih memangnya?" ia memprotes.
Dengan geli, Faye terkekeh kecil "Kakak mau masa depan kakak terjamin. Makanya, selagi masih muda dan masih mampu, kakak usahakan buka usaha yang banyak supaya kakak punya bekal buat nanti tua. Lagipula, kakak nggak mau calon anak kakak sama Yoko jadi anak sengsara kayak kakak dulu. Kalau peluang sukses bisa terus kakak ambil, ya kakak ambil. Sayang kan kalau disia-siain?"
"Ada benernya juga sih" jawab Marissa ketika ia menggumam pelan dengan pemikirananya sendiri.
"Kakak bentar lagi ulangtahun kan?" ujar Marissa dengan santainya.
Faye mengangguk mengiyakan seraya berbaring di atas kasur milik kekasihnya yang masih sibuk di toilet.
"Kalau aku nggak ngasih hadiah apa-apa nggak papa kan?"
Faye terkekeh kecil "Nggak diterima sebagai tamu undangan pesta ulang tahun kalau nggak bawa kado" canda Faye kemudian ketika ia mendengar suara pintu kamar mandi akhirnya terbuka.
Wanita cantik itu cepat-cepat duduk dan membantu Yoko menuju ranjangnyaa.
"Kakak mau mengadakan pesta ulang tahun?" ujar Yoko seolah ia sudah mendengar percakapan wanita cantik itu dengan sahabatnya.
Faye mengangguk kecil "Hanya untuk teman-teman dekat aja sayang. Lagipula kakak udah terlalu tua untuk merayakan hari ulangtahun"
Dengan geli, Yoko terkekeh "Apa salahnya sih? Kan ulang tahun itu hanya satu tahun sekali. Nggak masalah kalau dirayakan"
Faye tersenyum kecil "Kakak sedang menghemat, sayang. Makanya pesta ulangtahunnya biasa aja" wanita cantik itu melepaskan kekehan sebentar "Kakak kan sedang mengumpulkan uang untuk pernikahan"
Yoko menggeleng kecil "Kenapa menabung biaya pernikahan dari jauh-jauh hari, hmm?" gadi cantik bertubuh mungil itu mendekat pada kekasihnya dan menempel di bahunya.
"Karena kakak mau pernikahan yang spektakuler" balas Faye tanpa ragu.
"Kamu berhak mendapatkan pernikahan terbaik di seumur hidup kamu. Makanya, kakak nggak mau mengecewakan kamu karena dekorasi yang tidak sesuai atau gaun yang tidak pas, makanan yang tidak enak, atau hotel yang tak sesuai.. atau apapun itu" dengan pelan, Faye merengkuh pundak Yoko ke dalam dekapan "Kakak nggak mau ada yang terjadi dan ngeganggu hari spesial kita berdua"
"Aku nggak tahu kalau kakak ternyata bisa sosweet" celetuk Marissa mengganggu momen romantis di antara dua sejoli yang tengah membicarakan masa depan mereka.
Dasar Marissa -____-
~~
Faye tengah terduduk tenang ketika ia tiba-tiba saja dikunjungi oleh Lux yang tengah menggandeng seorang perempuan menggemaskan dengan pipi menjulang tinggi.
Gadis cantik berambut pendek itu menggenggam tangan perempuan itu di sampingnya dengan gaya posesif dan karena itu, Faye mengerutkan kening karena heran.
"Ada apa?" ujar Faye seraya menaikkan kacamata bacanya dan menyimpan itu di atas kepala "Kudengar kamu akan mengadakan pernikahan dalam kurun waktu yang singkat?"
Tunggu dulu.
Faye mengerutkan kening dalam-dalam saat mendengar itu.
"Siapa yang bilang?" wanita cantik itu kini menutup buku yang tengah ia baca dan menyimpannya tak jauh dari lengan.
"Thanya. Aku kemarin mengantar Pom ke salon. Thanya tiba-tiba bilang begitu"
Dengan sebal, Faye mendengus "Mungkin dalam satu tahun ke depan. Aku harus menunggu Yoko lulus terlebih dahulu sebelum menikahinya. Aku tak ingin di cap pedofil"
Lux terkekeh kecil, terdengar seperti kekehan sarkastik yang mengejek "Bukannya kamu memang pedofil?"
"Maumu apa?" kini, Faye mulai kehabisan kesabaran.
Lux terkekeh geli "Kalau kamu lupa, aku pandai mendekor pernikahan. Aku juga punya banyak kenalan profesional untuk segala macam urusan pernikahan. Mungkin kamu butuh bantuan?"
Faye memiringkan kepalanya sejenak. Iya juga. Ia hampir lupa kalau mantan kekasihnya ini memiliki keahlian di bidang design.
Wanita cantik itu bahkan memiliki pangkat master di bidang design. Kenapa Faye bisa melupakan itu?
"Bisa kuperhitungkan. Tapi santai saja. Lagipula waktunya masih panjang. Tak usah terburu-buru" Faye bergerak guna melipat tangannya di dada sebelum kemudian melirik pada perempuan di samping Lux yang masih saja digenggamnya.
"Ngomong-ngomong, siapa perempuan manis ini?"
Lux mendecak "Kamu sudah punya calon istri kalau saja kamu lupa" ujar wanita cantik berambut pendek itu dengan nada cetus "Pom, kekasihku" imbuhnya.
"Wow, itu cukup mendadak. Apa kau memutuskan untuk menjadi kekasih Lux ketika dibawah pengaruh alkohol?" celetuk wanita cantik itu dengan nada mencemooh yang tepat.
"Kurang ajar!"
Mari kita saksikan pergelutan mereka berdua :)
*****
Riska Pramita Tobing.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eldest One 2 [FayexYoko]
Teen FictionPart ke dua setelah The Eldest One ya :) Dibaca bagian pertamanya terlebih dahulu supaya mengerti jalan cerita untuk yang ke dua :) -Riska Pramita Tobing.