Dua Puluh Delapan

972 134 30
                                    

*****

Faye menatap secara tegas dan lurus pada Phia Fah serta Folks yang berada di sebrang meja.

Wanita cantik itu mengaitkan kesepuluh jemarinya yang panjang ketika ia sekali lagi menatap pada orangtua kekasihnya yang ia ajak untuk bertemu khusus untuk malam ini saja.

Sebenarnya, Faye tak merasa yakin bahwa ia akan pulang tanpa tamparan di pipi ketika memiliki niat untuk meminta izin menikahi putri dari Phia Fah serta Folks malam ini.

Maka dari itu ia meminta untuk bertemu di restoran Mahardika yang biasanya ramai di jam-jam segini.

Mungkin saja, jika keadaan ramai, Folks akan menahan tangannya dari pipi mulus Faye yang sudah dipolesi makeup sebaik mungkin.

"Kalau kita hanya akan diam, lebih baik aku pergi"

Faye menatap Folks yang hampir angkat kaki. Meski sebenarnya Faye merasa segan pada si lelaki, ia tak pernah takut padanya sehingga ia berani menatap secara tajam pada Ayah Yoko yang tak jadi melangkahkan kakinya.

"Apa kalian ingin memesan sesuatu?" akhirnya, Faye bersuara setelah berpuluh-puluh menit hanya terdiam saja.

"Aku sudah memesan minuman saat masuk kemari. Kau ingin memakan sesuatu?" jawab Phia Fah, nada bicaranya terdengar tenang. Tak seperti Folks yang bahkan terlihat enggan untuk berdiam di tempat yang sama dengan Faye.

Dengan senyuman kecil, Faye menegapkan badan ketika menarik napas panjang-panjang "Sebenarnya, aku memiliki niat untuk meminta restu dari kalian berdua untuk menikahi Yoko dalam kurun waktu yang mungkin terhitung cepat"

BRAK!

Faye tersentak saat ia mendengar meja dipukul dengan cukup keras oleh Folks.

"SIALAN!" lelaki itu memencak keras sehingga menimbulkan kehebohan.

Ada beberapa orang yang melirik pada meja mereka tapi Faye tak peduli dan justru menatap pada Folks yang terlihat seperti tengah kesetanan.

"Apa kau bahkan pernah berpikir?" lelaki itu kini mengarahkan telunjuknya pada Faye "Aku membiarkan kalian berkencan bukan berarti aku baik-baik saja dengan hubungan kalian" lelaki itu menarik napas panjang "Dan kini kau meminta restu dariku untuk menikah dengan anakku sendiri?! Tak mungkin!"

Faye tahu bahwa ia akan mendapat jawaban seperti ini. Tapi, kenapa rasanya sakit sekali ketika ia mendengar kata-kata menusuk dari bibir Folks terhadap dirinya?

"Jangan berharap kalau aku akan memberikan putriku padamu" dan dengan itu, Folks pergi meninggalkan Faye dengan Phia Fah yang tak bisa merespon terhadap kemarahan si lelaki.

Meski berat, Faye akhirnya menarik napas guna memenuhi paru-parunya yang tiba-tiba terasa sesak. Wanita cantik itu kemudian melirik pada Phia Fah lantas tersenyum padanya.

"Well, sepertinya kali ini gagal" ujar Faye dengan senyum kecil di bibirnya yang terasa kering.

Phia Fah menyerahkan senyum yang serupa "Tak apa. Kamu tak harus buru-buru. Kelulusan Yoko masih cukup lama" ujar wanita cantik itu seraya melipat tangan di dada.

"Putrimu meminta pernikahan sebagai kado kelulusan" ia menyunggingkan senyum sekarang "Cukup permintaan yang sulit bukan?" imbuhnya disertai kekehan yang justru terdengar menyedihkan.

"Well, putriku memiliki standar yang tinggi. Untung saja dia tak sekaligus meminta sebuah gedung sebagai tempat tinggal darimu"

Faye terkekeh hingga bahunya bergetar "Kalau kau lupa, rumahku bisa dikatakan sebagai gedung yang bisa aku serahkan kapanpun pada putrimu. Tapi.. pernikahan? Itu adalah sesuatu yang sangat sulit bahkan hingga uangku saja tidak dapat membelinya"

The Eldest One 2 [FayexYoko]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang