*****
Ah! Sial!
Faye menggerutu kesal ketika ia melirik ponselnya yang tak berhenti menyala.
Padahal, ia ingin tidur nyenyak malam ini. Tapi siapapun yang memanggil dirinya berkali-kali lewat sambungan telepon tak memiliki pemikiran yang sama dengan Faye sehingga membuat wanita cantik itu melirik sebal dan membuka matanya untuk mengetahui siapa yang meneleponnya malam-malam begini.
"Apa kamu sudah tidur?" terdengar kekehan tidak percaya dari seberang telepon dan Faye sudah tahu betul siapa yang ia dengar kini.
"Kenapa Lux?" Faye meggeram kesal di akhir kata, dan Lux terkekeh lagi guna menggoda sobat sekaligus mantan pacarnya.
"Ayolah, ini bahkan belum tengah malam. Kenapa kamu sudah tidur?" Lux memang menyebalkan.
Faye menggisik matanya yang perih karena kantuk seraya berbalik badan guna mencari guling untuk ia peluk "Aku lelah oke? Seharian ini aku berdiri ketika memotong rambut para pelanggan. Apa kau memerlukan sesuatu?"
Masih di antara kekehannya yang terdengar geli karena sikap Faye, Lux sedikit berteriak di seberang telepon "Ayo minum! Aku sedang di bar dekat rumah. Kamu tak ingin kehabisan gadis-gadis cantik rupawan kan?"
"Lux, aku sudah tunangan kalau saja kau lupa" Faye mencoba membantah.
Lux terkekeh geli "Ayolah. Sekali saja. Tak ada salahnya kan? Lagipula kita sudah lama tak bersenang-senang"
"Kau saja. Aku ingin beristirahat" jawab Faye seraya menutup tubuh menggunakan selimut.
"Ngomong-ngomong, gadisnya tipemu semua loh, kamu akan rugi kalau nggak datang. Ataaau.. kamu sudah tak punya nyali untuk menggoda gadis lain karena bocahmu itu?"
Dengan sebal, Faye menendang selimut yang menutupi tubuhnya sebelum kemudian bangkit seraya meruntuk kesal "Fine! Tunggu aku di sana. Aku akan menghabisi gadis-gadis itu malam ini"
"THAT'S MY BOY!"
"FUCK YOU!"
~~
Faye menghela napas ketika ia menatap cincin pertunangan yang melingkar di jari manisnya yang panjang.
Wanita cantik itu kemudian melepaskannya sebelum kemudian menyimpan itu dengan baik-baik di dalam wadah kacamata yang ia letakkan di atas dashboard.
Sambil melirik ke luar jendela mobil yang tertutup, Faye menghela napasnya.
Wanita cantik itu meninggalkan cincin pertunangan dirinya dengan Yoko bukan karena maksud lain. Tapi karena Faye ingin merasa bebas tanpa merasa terbebani dengan sebuah ikatan setidaknya untuk satu malam.
Lagipula, ia tahu kalau dirinya tak akan mudah menelanjangi seseorang meskipun ia dalam keadaan mabuk.
Jadi, dengan pemikiran seperti itu, Faye menghentakkan punggung dari sandaran kursi sebelum kemudian mengambil tas kecil yang lalu ia cantolkan di salah satu bahunya.
Setelah memastikan pakaiannya terlihat rapi dan barang bawaannya sudah dibawa semua, Faye mengunci mobilnya yang sudah terparkir dengan rapi.
Wanita cantik itu kemudian berjalan gontai menuju bar yang terlihat ramai di akhir minggu seperti ini.
"Kartu pengenal" ujar seseorang, mencegat Faye dari langkahnya yang gontai.
Faye mendecak "Really?" ujar wanita cantik itu seraya memperlihatkan kartu nama miliknya.
"Apa menurutmu umurku masih 17?" wanita cantik itu mengangkat dagunya tinggi-tinggi ketika bicara. Tampak begitu percaya diri ketika menempelkan kartu namanya di dada bidang si lelaki bertubuh tinggi dan besar seraya mendorongnya dari daun pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eldest One 2 [FayexYoko]
Novela JuvenilPart ke dua setelah The Eldest One ya :) Dibaca bagian pertamanya terlebih dahulu supaya mengerti jalan cerita untuk yang ke dua :) -Riska Pramita Tobing.