Tujuh

1.2K 154 31
                                    

*****

Meski pada nyatanya Faye merasa malu karena tingkah manjanya terllihat di hadapan Ize serta Marissa yang bahkan berpipi merah tiap kali menyaksikan dirinya bermanja-manja pada Yoko yang tubuhnya bahkan setengah lebih kecil dari tubuh Faye sendiri.

Tapi, di sisi lain, Faye merasa begitu merindukan Yoko hingga ia tidak ingin berpura-pura untuk tak merindukan gadis itu meski di hadapan kedua muridnya yang lain.

"Jadi, ada informasi apa dari kampus?" ujar Yoko pada Faye yang menyender di bahunya sambil memejamkan mata ketika Yoko mengusap pipi milik si dosen.

"Hasil kegiatan KKN akan disetorkan dalam bentuk makalah dalam kala seminggu sekali sebagai kontrol agar dosen di sekolah bisa melihat kemajuan para mahasiswa" jawab si wanita cantik yang masih saja terpejam di balik kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya.

"Ini pasti usulan dari kakak, kan?" tebak Yoko pada Faye yang menyunggingkan senyuman seraya mengangguk mengiyakan.

Yoko menggeleng "Kakak kan bisa berkunjung hari minggu seperti biasanya, kenapa harus meminta mahasiswa buat melapor lewat makalah? Di sini itu sulit teknologi. Gimana aku mau buat makalah?" gadis cantik bertubuh kecil itu mulai memprotes sekarang.

Faye terkekeh kecil "Sebenarnya, kakak nggak mengusulkan makalah. Tapi, well, kamu mungkin belum tahu ini. Lux sekarang dipilih untuk menjadi dosen kesenian selain kakak"

Yoko menjauhkan diri sehingga memaksa Faye kembali terduduk dengan tegap "Loh?" ujar gadis itu lagi-lagi dengan nada yang terdengar seperti protesan.

"Iya. Karena kakak sekarang sudah mulai fokus di Amor, dan... karena kakak juga sedang membuka dua bisnis lain"

Yoko membelalakkan matanya pada Faye "Bisnis apa? Kok aku nggak tahu?"

Faye meringis "Well, bisnisnya belum berjalan lancar, jadi kakak belum terlalu mau terbuka sama siapapun soal itu"

"Termasuk aku?" ujar Yoko dengan nada sakit hati yang tepat.

Faye mendecak "Bukan gitu.." ia meringis sekarang "Kakak takut bisnisnya nggak berhasil. Makanya kakak nggak ngasih tahu kamu"

"Loh? Bukannya untuk itu harusnya kakak bilang ke aku? Supaya kalau nanti bisnis kakak gagal, seenggaknya ada aku di sana buat support kakak" Yoko mengacungkan telunjuk ketika Faye hampir membantah sehingga si wanita cantik itu kembali menelan perkataan apapun yang ingin ia ucapkan "Jadi? Apa bisnisnya?" ujar Yoko langsung menodong Faye dengan pertanyaan.

"Fashion dan makanan"

"Lebih spesifik"

"Butik dan cafe"

"Di?"

"Nanti sertifikatnya kakak kirimkan ke kamu supaya lebih jelas"

Ketika Faye melihat Yoko mengangguk, wanita cantik itu baru bisa mengatur napas dengan baik sekarang.

"Ngomong-ngomong soal bisnis, aku juga sedang mencari bakat yang sekiranya bisa aku tekuni. Apa kakak punya saran?" ujar Ize, memecah keheningan.

Faye mengerutkan kening "Memangnya kau tertarik untuk terjun ke dunia bisnis?"

Ize menggeleng "Enggak" jawabnya sarkastik "Kenapa juga aku minta bantuan untuk menekuni kemampuan aku agar bisa aku jadikan bisnis kalau aku nggak tertarik ke dunia perbisnisan?" lanjutnya masih dengan nada sarkastik yang serupa.

Faye terkekeh kecil "Memangnya kau menyukai apa?"

"Belakangan ini sepertinya aku sangat menggemari kegiatan mendesign. Apapun itu, aku pasti menikmatinya"

Yoko memiringkan kepala ke satu sisi "Loh? Sejak kapan kak Ize suka mendesign?"

Marissa, yang berada di samping Ize, terkekeh "Semenjak aku kenalkan sama game The sims. Dia belajar design rumah moderen di sana, terus lama-lama dia belajar design rumah di aplikasi lain, dan sekarang dia mulai ketagihan"

"Random sekali" komentar Faye.

Ize mengangguk "Tapi itu bisa dimanfaatkan untuk bisnis kan?"

Faye memajukan bibirnya sekejap sebelum mengangguk mengiyakan "Bisa. Kau hanya perlu mengasahnya dengan baik agar bisa menjadi arsitektur sungguhan. Atau mungkin hanya sekedar menjadi designer rumah?"

"Sepertinya itu menyenangkan" komentar Yoko. "Tapi, kenapa aku justru tertarik pada dunia permodelan?"

"Woah" Faye melirik pada kekasihnya "Kalau kamu mau menekuni dunia model, kakak bisa carikan jembatan"

"Ck! Giliran aku nggak dicariin" dan itu adalah protesan dari Ize yang tak diberikan jembatan kenalan oleh Faye terhadap lingkungan bisnisnya yang pasti sangat menguntungkan.



~~



Di antara sinar mentari yang semakin menipis, Faye menatap kamar yang ditinggali oleh Yoko selama beberapa hari terakhir.

Kasur busa tunggal yang tampak tipis dilapisi selimut seadanya bergambar bunga-bunga dan hanya dilengkapi satu bantal.

Kamarnya tak terlalu sempit, ada satu lemari kuno berukuran 120x100cm. Meski itu tanpa cermin, tapi itu tampaknya cukup untuk menampung beberapa pakaian yang diperlukan oleh Yoko selama ia tinggal di kampung ini.

Tidak ada lampu di sini, hanya ada sebuah lentera yang belum menyala dengan minyak tanah yang sisanya tinggal setengah. "Kakak kalau mau menginap di sini, nggak ada tempat tidur. Makanya aku tadi tanya kakak mau tidur dimana"

Faye melirik lembut pada kekasihnya yang tampak cantik dari cahaya yang tersisa.

Wanita cantik itu kemudian mendekat setelah lebih dulu menutup pintu "Gapapa, kamu bisa tidur di atas kakak seperti biasanya"

Yoko terkekeh ketika ia menutup gorden setelah lebih dulu mengunci jendela. Gadis itu mendekat pada lentera dan memutarnya sedikit hingga sumbunya muncul dan membakarnya menggunakan korek api.

"Bukannya besok kakak harus ngajar?"

Faye menggeleng dan terduduk di sisi kasur dengan lutut yang ditekuk "Selama kamu KKN, kakak nggak ngajar. Itu dia alasan kenapa sekarang Lux dipilih untuk menggantikan kakak sementara"

Kening Yoko mengkerut sedikit "Kenapa kakak memutuskan untuk berhenti mengajar? Apa alasannya karena aku KKN?"

Faye terkekeh kecil "Well, nggak sepenuhnya salah. Tapi bukan hanya karena itu. Mungkin karena kakak sekarang sudah mulai sibuk menata dua bisnis kakak yang baru" wanita cantik itu kemudian membuka lengan menerima Yoko yang mendekat padanya "Makanya kakak menyarankan Lux untuk membantu kakak di kampus dan tentu kampus mau. Kita berdua memiliki nilai yang hampir tak jauh berbeda saat lulus di jurusan yang sama beberapa tahun ke belakang di kampus kita"

Yoko meengecup leher Faye sebentar "Tapi, kenapa kakak nggak ngasih tahu kalau kakak lagi buka bisnis lagi?"

Faye terkekeh sekejap lantas kemudian mendorong tubuh Yoko untuk ia tindih "Kalau kakak ceritakan malam ini, nggak akan ada waktu untuk kita menikmati malam bersama, kan?"

Ketika jemari Faye hampir menyentuh celana tidur Yoko, gadis itu menepisnya dengan cepat "Sayangnya, aku lagi menstruasi"

"Hah?"

Dengan geli, Yoko terkekeh seraya menggeser dari bawah tindihan Faye agar wanita cantik yang sudah menampakkan ekspresi mesum dan kehausan itu tak lagi menindihnya.

"Ini.. seriusan kita malam ini nggak ngapa-ngapain?"

Yoko terkekeh lagi "Emangnya harus ngapain?"

Faye cemberut kesal "Yoooo..." ia mulai merengek sekarang, "Kakak udah puasa lama loh"

Dengan geli, Yoko mencubit pipi kekasihnya dan mencium itu lama-lama "Better luck nex time, Kaaaaak, I love you"

*****

Riska Pramita Tobing.

Mampos nggak dapet jatah.

Mamposs wkwk

The Eldest One 2 [FayexYoko]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang