*****
Faye terdiam di depan Pam yang tengah menjabarkan konsep baru dari penataan Amor.
Menurut Thanya, Amor memerlukan sedikit perubahan karena sudah lebih banyak pengunjung yang datang.
Gadis itu menyarankan untuk peluasan tanah dan ruangan, tapi Faye menolak dengan dalih tak ingin menghabiskan trotoar dan mengganggu lahan pejalan kaki.
Lalu, wanita cantik yang adalah pemilik dari Amor itu menyarankan untuk perubahan dekorasi yang lebih mengutamakan fungsi daripada kecantikan.
Dan di sinilah ia sekarang, tengah mengerutkan kening sambil menatap lurus-lurus pada komputer yang tengah digunakan untuk mendesign ulang interior Amor yang lebih banyak mengutamakan ke-estesis-an daripada fungsi.
"Sepertinya, pojok baca bisa digabungkan. Jangan menyimpan rak buku dan sofa secara terpisah di pojok ini, ini terlalu membuang ruang" Thanya bergerak pelan ketika ia menyarankan pendapatnya pada Pam yang langsung melingkari tempat tersebut di dalam design sebagai tanda.
"Rak bisa disimpan di bagian atas, tepat di bawah sofa supaya tak memakan tempat" ujar Faye, melengkapi ide Thanya.
"Kalau rak pameran ini?" tanya Pam seraya menggerakkan kursornya pada sebuah ambalan yang disimpan tak jauh dari cermin.
"Bisa digunakan untuk menyimpan beberapa peralatan yang masih cocok untuk dijadikan aksesoris. Contohnya shampo, pewarna rambut, atau hair dryer" imbuh Faye dengan nada ringan.
"Sofa lebih baik diganti dengan yang panjang, jangan satuan seperti ini"
Pam kembali memberikan tanda ketika Faye mengutarakan isi pikirannya.
"Dan karpet ini, diganti dengan karpet yang nyaman untuk digunakan duduk. Jadi, kalau banyak pengunjung dan mereka nggak kebagian tempat duduk, mereka bisa menunggu sambil duduk lesehan. Pastikan juga belikan bantalan, meja yang mensupport serta beberapa dekorasi penting seperti lilin dan lampu" Pam hanya mengangguk pada saran dari Faye.
"Wallpaper juga harus dirubah. Ini sudah membosankan" ujar Pam.
"Kalau cat?" Thanya melirik pada Faye yang sedari tadi fokus pada layar komputer yang menyala.
"Aku masih suka suasana Amor yang sekarang. Jadi, untuk cat, lebih baik tidak diganti warna. Tapi mungkin di cat ulang"
Faye melirik jam tangannya terlebih dahulu "Sudah waktunya aku menjemput Yoko. Kau bisa mengatasi semuanya kan?" ujar Faye pada Pam yang langsung mengangguk mengiyakan.
"Aku tunggu design fix-nya malam ini" tanpa menunggu jawaban, Faye memakai kacamatanya lantas melambai pada Pam yang tampak ingin memprotes.
"Kau pikir aku robot, eh?"
Faye hanya terkekeh ketika ia mendengar suara nyaring milik asisten managernya itu memprotes dari dalam salon.
~~
Faye tersenyum ke kejauhan, dimana ada Lux yang tengah membantu Yoko mendorong kursi rodanya dari kelas menuju parkiran.
Gadis cantik berambut pendek yang adalah mantan kekasih Faye itu tampak manis dalam balutan pakaian rapi-nya yang terlihat mahal dan berkelas.
Kemeja putihnya yang tampak pas di tubuh dibiarkan masuk sebagian ke dalam celana panjang berwarna hitam yang sesuai dengan sepatu pantopel ber hak tinggi yang terlihat mengkilap.
Lux yang sudah mentap padanya melambaikan tangan di kejauhan. Beda halnya dengan Yoko yang tampak fokus pada layar ponsel yang entah mengapa ia tekuni sedari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eldest One 2 [FayexYoko]
Novela JuvenilPart ke dua setelah The Eldest One ya :) Dibaca bagian pertamanya terlebih dahulu supaya mengerti jalan cerita untuk yang ke dua :) -Riska Pramita Tobing.