Dua

1.5K 156 23
                                    

***

Faye memejamkan mata ketika ia mencium aroma manis yang begitu menyengat saat Engfa berdiri di depannya.

Gadis cantik bertubuh mungil itu mengucir rambutnya tinggi-tinggi menyerupai ekor kuda, ia mengenakan pakaian yang terkesan sedikit tomboy meski riasan wajahnya justru membuat gadis itu terlihat manis.

"Jadi? Ada apa? Tumben sekali kakak mengajak aku makan malam begini?" gadis itu melipat tangannya di dada ketika Faye menyodorkan satu buah buku menu untuknya.

"Tak ada. Hanya saja, aku tak suka bepergian sendirian. Jadi tak ada salahnya kan aku menghubungimu untuk menemani makan malam?" dengan pelan, Faye mengangkat kakinya lantas menumpuk itu di bawah meja.

Engfa tersenyum sebentar seraya membuka setiap lembar dari buku menu yang ada di tangannya.

"Mana bocah kecil itu?"

Faye mengangkat tangannya sebentar sehingga seorang lelaki yang mengenakan pakaian rapi tertutup oleh apron menghampiri keduanya "Semangkuk ramen kumplit dan dua wadah dimsum campuran untuk dia. Untuk minumnya, kupikir soda sudah cukup, dan segelas air mineral biasa"

Faya bisa melihat Engfa memasangkan ekspresi memprotes untuknya, tapi wanita cantik itu tak menggubris dan justru menyerahkan senyum pada si pelayan lelaki yang langsung mengangguk setelah ia selesai mencatat.

"Kakak bahkan nggak ngasih aku kesempatan untuk memilih makananku sendiri" protes Engfa pada akhirnya setelah pelayan itu pergi dari hadapan mereka berdua.

"Kalau aku yang pesan, berarti aku yang membayar" ujar Faye memberi informasi "Lagipula salah siapa kau memilih menu terlalu lama? Aku lapar"

Dengan acuh, Faye melipat tangannya di dada. Wanita cantik itu kemudian membenarkan kacamata hitamnya yang sedikit melorot sebelum kemudian menatap kembali pada Engfa yang tengah memainkan ponsel "Ngomong-ngomong, apa kau sudah memiliki pasangan?"

Engfa mengangkat pandangannya sekejap "Kakak pikir aku punya waktu untuk mencari pasangan saat Cafe yang aku kelola sedang mengalami kemunduran?"

Faye mengangkat bahunya dengan acuh "Mungkin kau butuh dukungan. Kinerjamu belakangan ini tampak berantakan. Tak salah jika Cafemu mengalami kemunduran" komentarnya dengan pedas.

Engfa menghela napasnya sebentar "Kakak memang bermulut pedas" ujarnya tanpa segan "Apa kakak punya relasi yang baik untuk memajukan kembali ketertinggalan Cafeku?" kini, gadis itu menjulurkan wajahnya ke depan meja dan menahan dagunya menggunakan dua lengan.

"Kau pikir aku memiliki banyak relasi eh? Aku bahkan masih kesulitan menaikkan bisnisku sendiri"

Engfa mendecak kesal "Kakak kan sudah punya tiga bisnis sekarang. Kenapa pula kakak tak memberi orang lain kesempatan?"

"Charlote berada di bidang yang sama denganmu. Kenapa kau tak bertanya padanya?"

"Dan membicarakan sifat kakak yang bajingan ketika memacariku dan berselingkuh dengan dia? Oh, tidak. Terimakasih" tanggapnya dengan nada sarkastik dan menyindir yang tepat.

Dengan geli, Faye menyunggingkan senyuman di ujung bibirnya "Itu semua kisah masa lalu. Kalian tak usah mengungkit-ungkit itu. Toh, semuanya sudah tamat kan? Kenapa kalian tidak menanggapinya seperti sebagaimana orang dewasa lainnya?"

Seolah kesal dengan sikap Faye yang semena-mena, Engfa mendelik pada mantan kekasihnya yang terlihat begitu santai dan seolah tidak bersalah. Gadis cantik berpenampilan tomboy itu kemudian menyimpan ponselnya ke dalam tas selendang yang ia simpan di kursi yang kosong.

"Sebenarnya aku sudah bicara dengan Charlotte beberapa kali. Kupikir, cara dia memasarkan produk hampir sama sepertiku. Dan kupikir, jika aku menggunakan strateginya, tak akan ada kemajuan karena cara kita hampir sama"

The Eldest One 2 [FayexYoko]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang