07

206 3 0
                                    

Deyna mengunci pintu kamarnya, kamarnya berada di lantai dua. Disamping kamar nya ada kamar Rey, dan didepan kamarnya kamar ada kamar anay. Disamping kamar anay ada kamar sesil

Sesil sudah menikah, jadi kamar itu cukup tak digunakan. Sementara kamar ortu mereka dibawah

"Bu aku lebih baik hidup sederhana kaya dulu, dibandingkan sekarang. Hidup kita enak, tapi ibu gak pernah memperhatikan aku. Aku kek bayang-bayang dirumah ini Bu" batin deyna seraya menangis

.
.

"Loh sayang kamu mau kemana?" Tanya gio, melihat deyna akan pergi ke luar

"Ayah aku izin ke depan komplek dulu, Soal nya mbak Zahra datang buat anterin baju-baju aku" Jawab deyna, melepaskan gagang pintu itu

"Ouh yaudh, pake mobil ayah ajh" Tawar gio, seraya mengeluarkan kunci mobilnya

"Enggak yah, aku pake motor ajh" tolak deyna, dengan tersenyum

"Dingin nak, masih jam 4 pagi loh?" Tegas gio, dengan menggelengkan kepalanya pelan

Disana deyna memegang kunci mobil itu, karena terus dipaksa gio. "Yaudh yah, assalamu'alaikum aku pergi dulu" ucap deyna, dengan mencium tangan gio

"Waalaikumssalam hati-hati ya" jawab gio, dibalas anggukan

Saat itu deyna mengendarai mobil itu hingga keluar komplek perumahan nya, ia menemui Zahra yang sudah berdiri didepan mobil nya. Dengan koper nya

"Mbak Zahra" panggil deyna, keluar mobil

Disana Zahra langsung memeluk deyna erat, "baju-baju loh disini, gue mau keluar negeri. Beri gue pelukan" lirih Zahra, matanya terlihat sembab

Disana deyna memeluk balik Zahra, "mbak apah boleh aku bercerita?" Tanya deyna, dengan menahan Isak tangisnya

"Heem" jawab Zahra, disana Mereka duduk disamping mobil deyna

"Aku gak tau harus cerita ke siapa? Selain mbak" lirih deyna, dengan melihat ke arah lain

"Aku gak tau harus nolak ibu ku pake cara apah, aku mau kerja dibogor lagi. Tapi pasti Setelah menikah, aku gak bakal dibebasin

Aku juga pusing sama kondisi sekarang, aku hilang arah. mbak Zahra aku rindu suasana dulu " lirih deyna, seraya menangis

Disana deyna menangis dipelukan Zahra, "mbak! Aku gak tau harus gimana ke ayh gio, Ke ayah ku, ke kak Fariz. Aku cape kek gini, aku iri sama anay" lirih deyna, dengan memeluk Zahra erat

Disana Zahra tak menjawab, ia hanya mendengarkan. Biasa nya pun begini

Karena mereka hampir 3 tahun lamanya saling mengenal, dan mereka bisa dibilang amat dekat.

" Gue sayang sama Luh deyna, tapi gue rela lepasin Luh" batin Zahra, memeluk deyna erat


Gus bucin itu milik deyna!! ||endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang