Chapter 1

785 45 1
                                    

11 tahun kemudian.....

Jeno tumbuh menjadi lelaki yang memiliki paras rupawan seperti sang ayah. Tahun ini ia sudah menginjak usia 16 tahun. Wajah tampannya membuat dirinya menjadi idola para kaum hawa yang melihatnya.

Pagi ini Jeno baru saja melangkahkan kakinya menuju ruang makan. Lelaki itu tampak siap dengan seragam khas SMA Gantara-sekolah tempatnya menempuh pendidikannya saat ini.

Begitu sampai di ruang makan, ia melihat sang ayah yang sudah siap dengan stelan jas berwarna hitam, tanda bahwa pria itu sudah siap berangkat menuju kantornya.

*ini ilustrasi ruang makan keluarga Agnabrita ya gesss

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*ini ilustrasi ruang makan keluarga Agnabrita ya gesss

Jeffandra tersenyum menyambut kedatangan putra semata wayangnya itu.

"Ayah pikir kamu belum bangun, Jen" Ujar Jeffandra begitu Jeno mendudukkan diri di kursi yang berhadapan dengannya.

"Jeno udah bangun dari tadi, yah.. "Balas Jeno lalu mengambil selembar roti yang sudah tersedia di atas permukaan meja. Ia mengoleskan selai cokelat ke atas permukaan rotinya lalu menyantapnya tanpa suara.

" Susunya jangan lupa diminum ya.. " Ucap Jeffandra diangguki oleh Jeno.

Di sela-sela sarapan, Jeno tiba-tiba memanggil sang ayah. "Yah.. "

"Kenapa, sayang? " Tanya Jeffandra halus.

"Obat tidur Jeno habis. Jeno boleh minta ayah beliin buat Jeno, nggak?" Tanya Jeno ragu-ragu.

Jeffandra meletakkan alat makannya. Ia menatap manik putranya sejenak. "Jeno, ayah minta kamu jangan terlalu bergantung-"

"Ayah.. " Jeno memohon.

Jeffandra menghela nafas. "Iya. Nanti ayah mintain ke Dokter Theo".mau tidak mau, ia pun menuruti putranya.

Memang sejak Alina meninggal, Jeno terus bergantung pada obat tidur karena setiap ia menutup matanya di malam hari, bayangan kematian sang ibu selalu menghantuinya.

Selepas sarapan, Jeffandra mengantar Jeno pergi ke sekolah menggunakan mobilnya. Sebenarnya Jeno sendiri enggan terus-terusan berangkat bersama ayahnya, namun percuma ia menolak karena ayahnya sangat sulit dibantah.

"Yah.. " Panggil Jeno di tengah perjalanan.

"Iya sayang? " Balas Jeffandra.

"Besok Jeno mau berangkat sendiri, boleh?" Tanya Jeno dengan suara kecil. Lelaki itu takut ayahnya menolak lagi, padahal ia sendiri mulai merasa malu karena di usianya yang sudah sebesar ini, ia masih diantar-jemput oleh sang ayah atau supir pribadinya.

Jeffandra melirik Jeno sejenak dari kaca mobil. "Kenapa? " Tanyanya.

"Jeno ngga mau ngerepotin ayah sama Pak Joko. Lagian Jeno sendiri udah bisa ngendarain motor atau mobil". Jawab Jeno.

The Other Side Of Humanity (Lee Jeno) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang