Siang ini Dokter Theo datang mengunjungi ruang rawat Jeno bersama Haelga dan Nares.
Jeno tampak lebih diam, sangat berbeda dengan biasanya."Halo, prennn! Gue sama Nares dateng nih.. Lo nggak kangen, apa? " Tanya Haelga pada Jeno yang sempat melamun.
"Ah.. Kalian.. " Jeno sedikit terkejut.
"Gimana kabar lo, Jen? Kelas jadi nggak enak kalo lo nggak ada". Tanya Nares.
" Hmm.. Begitulah". Jawab Jeno.
"Jen, bokap gue dateng, tuh.. Katanya pengen jenguk lo juga". Ujar Haelga membuat Jeno mengalihkan pandangannya ke Dokter Theo yang kini menyunggingkan senyum.
" Gimana kabar kamu, Jen? "
"Baik,.. Dok.. " Jawab Jeno.
Dokter Theo memberi kode pada Haelga, dan dibalas anggukan oleh sang empu. "Jen, gue sama Nares keluar dulu, ya? Mau beli makanan dulu". Pamit Haelga.
Jeno mengangguk pelan.
Setelahnya, hanya Jeno dan Dokter Theo yang ada di ruangan tersebut. Jeffandra siang ini sedang mengurus administrasi rumah sakit, jadi ia terpaksa meninggalkan Jeno bersama perawat yang tadinya menjaga lelaki itu.
" Ayah kamu mana, Jen? " Tanya Dokter Theo.
"Ayah.. Lagi ngurusin administrasi.. " Jawab Jeno gugup.
"Nggak usah gugup gitu.. Om di sini cuma mau ngobrol doang kok, sama Jeno". Dokter Theo berusaha membuat Jeno tidak takut padanya.
Liat tuh, Dokter Theo sampe ke sini..
Dasar nyusahin!
Semua orang jadi repot gara-gara elo!
Jeno mengepalkan tangannya. Tubuhnya tiba-tiba gemetaran.
Melihat perubahan sikap Jeno yang signifikan, Dokter Theo menyentuh tangan lelaki itu, berharap Jeno tak takut padanya.
"Om mau tanya sama Jeno. Boleh, nggak? " Tanya Dokter Theo lembut.
Jeno mengangguk pelan.
"Waktu itu, Jeno kenapa minum obatnya sampai overdosis? Jeno mau ninggalin ayah Jeno? " Tanya Dokter Theo perlahan.
Jeno tampak berkeringat dingin. "J-jeno.. Jeno nggak mau ninggalin ayah.. Jeno.. Cuma mau tidur.. "
"Jeno nggak perlu takut gitu, ya? Om nggak nyakitin Jeno, kok.. "
Bohong! Dia pasti mau nyalahin lo juga kan!
Dorong dia! Suruh dia pergi dari sini!
Suara itu kembali terdengar. Jeno menggeleng kuat. Ia tidak mungkin akan mendorong Dokter Theo tanpa alasan.
"Jen? " Dokter Theo tampak khawatir.
Jeno menutup telinganya menggunakan kedua tangannya. "Berisik! Diem nggak?! " Teriaknya.
"Jen, Jeno nggak pa-pa? " Tanya Dokter Theo khawatir.
"Pergi! Pergi lo! " Teriak Jeno kencang.
"Jen, ini Om.. " Dokter Theo berusaha menyadarkan Jeno.
"Om.. Hiks.. Kepala Jeno berisik.. Hiks! Jeno nggak suka.. " Jeno memukul-mukul kepalanya.
Dada Jeno terasa sesak. Air matanya mengalir membasahi kedua pipinya.
Melihat kondisi Jeno, Dokter Theo dapat menyimpulkan apa yang terjadi pada lelaki itu.
🌱🌱🌱🌱🌱🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Side Of Humanity (Lee Jeno) [TAMAT]
FanfictionJevano Fabian Agnabrita, anak tunggal dari pasangan suami-istri kaya raya yang terkenal dengan kekayaan melimpah yang memiliki sifat periang dan sedikit keras kepala, mendadak berubah sejak sang ibu-Alina Grania Cassandra meninggal dunia. Setiap...