Chapter 18

305 20 1
                                    

Karena keinginan Jeno, Jeffandra akhirnya memutuskan untuk memilih hari yang bagus untuk acara pernikahannya yang tertutup. Ia hanya ingin rekan bisnis yang dekat dengannya, atau saudara dekatnya yang menghadiri acara tersebut.

Saat ini, hubungan Jeno dan Davira semakin dekat. Hampir setiap hari Davira akan datang ke rumah sakit, menggantikan Jeffandra yang harus mengurus pekerjaannya di kantor. Bahkan sekarang Jeno mau memanggil wanita itu dengan sebutan 'mama' meski agak canggung dan malu-malu dalam mengucapkan kata sederhana itu.

Di hari ini, setelah melewati serangkaian tes kesehatan dan psikis, Jeno akhirnya diperbolehkan pulang dengan catatan harus istirahat total, tidak boleh kelelahan, dan pastinya harus menjauhi segala hal yang membuatnya stress.

Segala asupan yang akan masuk di perut Jeno juga harus diperhatikan. Lelaki itu sangat sulit untuk memakan makanan yang terlalu keras, hingga untuk beberapa hari ke depan harus mengonsumsi bubur atau semacamnya.

Begitu sampai di rumah, Jeno dikejutkan dengan keberadaan Nares, Haelga, Rei, dan juga Mahen di ruang tamu rumahnya. Bahkan terdapat beberapa dekorasi yang menghiasi ruangan tersebut, menyambut kedatangan Jeno dari rumah sakit.

"Welcome to your home, our strong friend!" Sambut Haelga kegirangan.

"Kalian.. Yang buat ini semua? " Tanya Jeno terkejut.

"Iya, donk.. " Balas Nares sembari merangkul bahu Jeno.

"Ayo kita seneng-senengan hari ini! Lupain semua masalah lo, oke? " Sambung Rei dengan senyumannya.

Kedatangan teman-temannya membuat Jeno terharu. Matanya memanas.

Kalau seandainya gue pergi nanti, gimana keadaan mereka ya?

🌱🌱🌱🌱🌱🌱

Saat Haelga, Nares, Rei dan Mahen telah pergi dari rumahnya, Jeno langsung mengistirahatkan tubuhnya yang lelah di kamarnya. Lelaki itu memandangi langit-langit kamarnya cukup lama, hingga akhirnya menghembuskan nafasnya yang terasa berat.

Ia meraih notebook dan pena yang berada di atas nakas samping ranjangnya. Semenjak sakit, ia sering menuliskan apapun yang ada dalam pikirannya. Selain karena untuk mencurahkan isi hatinya, ia juga melakukan hal tersebut untuk terapi psikisnya yang disarankan oleh Dokter Theo.

Jemari Jeno mulai menulis segala hal yang ada di pikirannya saat ini, dari hal-hal bahagia hingga yang menyedihkan.

Ia pikir, mungkin kalau ia sudah pergi nanti, notebook tersebut akan menghibur Jeffandra, menggantikan dirinya yang sudah tak ada di samping ayahnya itu.

Selepas menulis di notebook tersebut, Jeno menutup matanya. Tubuhnya terasa sangat lelah padahal ia tak melakukan kegiatan yang menguras tenaga. Ia pun menyadari perbedaan signifikan pada tubuhnya ini.

Mungkin Tuhan memang ingin Jeno menemani sang ibu yang sangat merindukannya di atas sana.

Semakin lama pikiran Jeno berkecamuk, ia akhirnya merasakan kantuk yang luar biasa. Perlahan tapi pasti, ia masuk ke alam mimpi dengan tenang.

🌱🌱🌱🌱🌱🌱

Jeno terbangun saat merasakan sentuhan hangat seseorang di dahinya. Lelaki itu mengernyit begitu melihat sesosok wanita tersenyum lembut padanya, namun pandangannya sedikit memburam.

Apa itu Bunda?

"Jeno udah bangun?" Wanita itu mengecup dahi Jeno. "Jeno Mau makan siang dulu, nggak? " Tawarnya.

The Other Side Of Humanity (Lee Jeno) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang