Jeno mengernyit bingung begitu ia mendapati sang ayah yang tiba-tiba datang ke sekolahnya, langsung memasuki ruang UKS tempat dirinya berada bersama Haelga dan Nares saat ini.
"Ayah kenapa datang ke sini? " Tanya Jeno kebingungan pada sang ayah.
Jeno dapat melihat kekhawatiran yang terpancar jelas di mata dan wajah Jeffandra terhadapnya.
Lagi-lagi Jeno membuat Jeffandra khawatir dan meninggalkan pekerjaannya yang seharusnya sangat penting.
"Ayah denger dari teman-teman kamu kalau Jeno kambuh lagi.. Jeno mau pulang sekarang? Nanti ayah izinin ke wali kelas Jeno.. " Kini Jeffandra menangkup kedua pipi Jeno, memastikan putra satu-satunya itu baik-baik saja.
"Yah, Jeno udah nggak pa-"
"Bawa pulang aja om, Jeno nya. Daritadi dibilangin nggak mau nurut. Maksain diri terus dia". Sela Haelga yang sudah kesal dengan sikap keras kepala Jeno yang sudah mendarah daging.
" Jeno pulang, ya? Ayah takut Jeno sampai kenapa-kenapa lagi.. " Pinta Jeffandra.
Jeno menggeleng. "Jeno mau balik ke kelas, yah.. Jeno sekarang udah nggak pa-pa, kok.. " Tolaknya tetap keras kepala.
"Jangan diturutin, om. Nanti kalo sakit lagi, gimana? " Nares turut menentang keinginan Jeno.
"Kalian berdua ini apa-apaan sih? Gue udah baik-baik aja, kok.. Gue-"
"Liat deh, om! Jeno keras kepala banget! Kalo dia sekarang masih sehat, nggak mungkin tadi sampe mimisan sama pingsan itu loh! " Kesal Haelga.
"Jen.. " Jeffandra menatap mata putranya.
"Tapi, yah.. " Jeno tak bisa membantah lagi.
"Ga, Res.. Om minta bantuan kalian buat izinin Jeno ke wali kelas kalian, ya? Abis ini sopir pribadi om bakal ke kelas buat ngambil tas Jeno. Nggak pa-pa, kan? "
"Nggak pa-pa kok, om. Jeno emang harus istirahat". Balas Nares.
" Ayo pulang". Ajak Jeffandra pada sang anak.
🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱
Begitu sampai di rumah, Jeno langsung berlari memasuki kamarnya. Lelaki itu menutup pintu kamarnya cukup keras hingga menimbulkan suara yang mampu membuat Jeffandra geleng-geleng kepala.
Sepertinya Jeno marah karena Jeffandra memaksanya pulang sekarang.
"Bi, nanti anterin susu hangat ke kamar Jeno, ya.. Saya mau ke kamar dulu". Perintah Jeffandra pada Bi Hastuti lalu pergi meninggalkan ruang tengah.
Di dalam kamar bernuansa gelap milik Jeno, lelaki itu terus menerus menyalahkan penyakit sialan yang tiba-tiba datang menggerogoti tubuhnya. Ia mengacak rambutnya kesal, namun dirinya tak bisa protes pada siapapun selain dirinya sendiri.
Jeno menghembuskan nafasnya kasar. Ia membanting tubuhnya kuat-kuat ke permukaan lembut kasurnya, membiarkan matanya menatap langit langit kamarnya dengan tatapan sayu.
Tubuh Jeno terasa lelah. Super lelah. Ia mendadak lebih lemah dari biasanya. Dan ini semua karena penyakit sialan ini.
Kepala Jeno menoleh ke obat-obatan yang terletak di atas nakas samping ranjangnya. Hidupnya sekarang sudah bergantung penuh pada obat-obatan tersebut.
Kerjaan lo cuma nyusahin orang terus, Jen.. Jen.. Apa gunanya hidup? Dari kecil nggak bisa ngurus diri sendiri.. Tiba-tiba Jeno mendengar suara tersebut yang entah asalnya dari mana.
Mati aja lo, Jen.. Gak guna lo ada di sini. Yang ada lo cuma nyusahin ayah. Kasian ayah setiap hari ngurusin lo mulu sampe lupa sama pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Side Of Humanity (Lee Jeno) [TAMAT]
FanfictionJevano Fabian Agnabrita, anak tunggal dari pasangan suami-istri kaya raya yang terkenal dengan kekayaan melimpah yang memiliki sifat periang dan sedikit keras kepala, mendadak berubah sejak sang ibu-Alina Grania Cassandra meninggal dunia. Setiap...