Jeffandra tersentak dari lamunannya saat jemari lembut Davira menyentuh bahunya. Pria itu menatap ke sekelilingnya, ia masih berada di dalam ruang rawat Jeno. Ia menghembuskan nafasnya lega melihat putranya yang masih baik-baik saja.
Itu.. Cuma halusinasi?
Jeffandra menatap wajah sang istri yang tampak khawatir padanya.
"Mas.. Nggak pa-pa? " Tanya Davira khawatir. Pasalnya sejak tadi Jeffandra hanya diam ketika ia memanggil pria itu berulang kali. Ia juga sempat melihat Jeffandra meneteskan air matanya. Ia takut Jeffandra kenapa-kenapa.
"Ayah.. " Suara pelan Jeno membuat Jeffandra segera menghampiri putra tercintanya itu.
"Jeno nggak ada yang sakit, kan? Ayah kepikiran Jeno terus dari tadi.. " Tanya Jeffandra sembari mengecek keadaan putranya.
Jeno bisa melihat rasa takut di kedua mata ayahnya. Lelaki itu tersenyum tipis lalu menyentuh jemari Jeffandra yang gemetar. "Jeno baik-baik aja, yah.. Kata dokter tadi mungkin besok Jeno udah bisa pulang".
Syukurlah, Jeno ku tidak kenapa-kenapa..
Davira mengelus bahu Jeffandra. " Mas tadi mikirin apa? Aku takut mas kenapa-kenapa soalnya dari tadi ku panggilin nggak nyahut-nyahut". Tanyanya.
"Ah.. Tadi.. Aku nggak pa-pa, kok.. " Jeffandra tersenyum untuk menutupi segala ketakutannya.
"Ayah.. " Jeno tiba-tiba memanggil ayahnya.
"Iya sayang? "
"Ayah harus siap ya nanti kalau Tuhan beneran ngambil Jeno.. "
Senyum Jeffandra luntur. Tangannya gemetar mengingat halusinasinya tadi.
Apa Jeno akan benar-benar meninggalkannya sebentar lagi?
🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱
Jeno tersenyum saat Dokter yang menanganinya masuk ke ruang rawatnya untuk memeriksa kondisi terkininya. Dokter itu tersenyum ramah, menyapa Jeno dengan sopan lalu mulai meminta izin untuk memeriksa tubuh ringkih itu.
Dalam ruangan tersebut ada Jeffandra dan Davira juga. Sepasang suami-istri itu tampak memandangi putra mereka. Tatapan mata mereka tak lepas dari wajah tampan lelaki bernama lengkap Jevano Favian Agnabrita itu.
"Kayaknya sore ini Jeno udah boleh pulang, nih.. Dari hasil pemeriksaan hari ini, semuanya keliatan baik.. Jeno semangat banget ya, buat sembuh? " Ujar dokter yang telah selesai memeriksa kondisi Jeno saat ini.
Jeno mengangguk pelan. Kondisi mood nya hari ini cukup bagus, tak seperti awal-awal dirinya masuk rumah sakit ini. Ia juga sangat menurut saat proses kemoterapi kembali dijalani olehnya, juga beberapa terapi termasuk sesi konseling yang dilakukannya dengan Dokter Theo beberapa saat lalu.
Melihat Jeno yang memiliki semangat sembuh yang tinggi membuat Jeffandra tersenyum. Ia kembali berharap pada Sang Kuasa untuk menyembuhkan putra semata wayangnya itu.
"Nanti kalau infus Jeno udah habis, Jeno boleh pulang. Oke? "
"Iya, dok.. "
"Pak, bu.. Kalau begitu saya permisi dulu ya.. " Pamit dokter tersebut diangguki Jeffandra dan Davira.
Selepas kepergian dokter, Jeffandra menghampiri putranya. Ia mengecup jemari Jeno lalu mengelus dahi putranya itu. "Jeno denger kata dokter, kan? Nanti sore Jeno bisa pulang kalau cairan infus Jeno udah habis.. Kalau Jeno nanti udah balik di rumah, jangan bandel ya? Ayah nggak mau Jeno masuk rumah sakit lagi kecuali buat terapi".
" Iya, yah.. " Balas Jeno.
"Ayo makan, mama suapin" Ajak Davira pada Jeno sembari membawa nampan makanan dari rumah sakit.
🌱🌱🌱🌱🌱🌱
Jeno disambut oleh Bi Hastuti dan beberapa pegawai yang bekerja di rumahnya saat ia baru pulang sore ini. Semua orang lega bisa melihat tuan muda yang tampan itu kembali ke rumah tersebut. Tadi bahkan Bi Hastuti menangis haru karena bersyukur Jeno masih diberi kesempatan untuk bernafas.
"Jeno sekarang istirahat ya, di kamar.. Mama sama ayah nanti nyusul ke kamar". Ucap Davira pada Jeno dan diangguki oleh anaknya itu.
Jeno akhirnya melangkahkan kakinya menuju kamar sedangkan Jeffandra dan Davira memperhatikan tubuh ringkih yang mulai menjauh dari pandangan mereka itu.
" Mas.. Aku senang karena akhir-akhir ini Jeno terlihat semangat buat terapi.. " Ujar Davira dibalas senyuman oleh Jeffandra.
"Aku juga senang, Ra.. Akhirnya Jeno mau berjuang.. "
Di sisi lain, Jeno baru saja duduk di kasurnya. Lelaki itu memegangi dadanya yang serasa nyeri. Ia menggeleng pelan, tak ingin kembali merepotkan kedua orang tuanya.
Sebenarnya sejak ia dalam perjalanan pulang dadanya serasa nyeri dan sedikit sesak, namun ia berusaha menahan rasa sakitnya sendiri. Ia ingin pulang. Ia muak berlama-lama di rumah sakit.
"Sshh.. Kenapa lagi ini.. " Jeno meringis kesakitan. Ia mengambil sebuah pil dari botol yang ada di laci nakasnya lalu menelan pil tersebut tanpa air. Ia berusaha mengatur nafasnya yang sesak. Dan tak lama kemudian nafasnya mulai membaik.
Jeno menyandarkan tubuh lelahnya di kepala ranjang. Rasanya sungguh membosankan dan melelahkan jika harus menanggung beberapa penyakit berbahaya seperti dirinya.
Jemarinya yang berkeringat mulai melemas, disusul dengan mata indahnya yang menutup secara perlahan.
Jeno ingin beristirahat sekali saja..
Hehe, kena prank yaaa?Jeno ternyata masih baik-baik aja gess
Do'ain ya biar dia sehat terusss...
Maaf ya kalau akhir-akhir ini chapter nya pendek banget.. Bingung mau nulis gimana soalnya..
Tinggalin jejak di cerita ini biar author makin semangat lanjutin ceritanya yaaa
Sampai ketemu lagi!!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Side Of Humanity (Lee Jeno) [TAMAT]
FanfictionJevano Fabian Agnabrita, anak tunggal dari pasangan suami-istri kaya raya yang terkenal dengan kekayaan melimpah yang memiliki sifat periang dan sedikit keras kepala, mendadak berubah sejak sang ibu-Alina Grania Cassandra meninggal dunia. Setiap...