Chapter 23

193 17 5
                                    

Siang ini kondisi Jeno tiba-tiba memburuk. Lelaki itu mendadak sesak nafas dan mimisan parah saat Davira hendak menyuapinya makan siang. Tentu sebagai orang tua Jeno, Davira sangat takut putranya itu kenapa-kenapa. Ia ketakutan saat melihat Jeno kesakitan sembari meremat bagian dadanya kuat-kuat. Keringat dingin terus membasahi kening Jeno, bahkan darah dari hidungnya tak kunjung berhenti mengalir.

Kini Jeno telah dipindahkan ke ruang ICU. Jeffandra pun akhirnya datang, memeluk Davira yang menangis pilu melihat keadaan Jeno yang kembali menurun.

Rasa takut Jeffandra dan Davira semakin nyata. Mereka berusaha berpikir positif namun percuma saja. Keadaan Jeno jauh dari kata baik.

Apa Tuhan benar-benar akan menjemput Jeno?

"Mas.. Jeno.. Hiks..Jeno kita.. " Isak Davira.

Jeffandra yang masih memeluk Davira kini mengecup puncak kepala wanita itu. Ia juga merasakan ketakutan yang sama,.. Namun ia berusaha kuat. Ia tidak boleh terlihat lemah kali ini.

"Jeno harus baik-baik aja.. Demi kita.. " Bisik Jeffandra pelan. Matanya memerah menahan tangis. Sungguh, ia belum siap kehilangan Jeno nya..

Tuhan.. Jangan ambil putraku..

Kalau Jeffandra bisa mengubah takdir, ia akan meminta pada Tuhan untuk mengalihkan segala penyakit Jeno ke tubuhnya.

Lebih baik ia mati sebelum Jeno daripada melihat putra semata wayangnya pergi mendahuluinya.

"Ayo duduk, Ra.. Aku yakin Jeno kita kuat.. Jeno nggak mungkin ninggalin kita gitu aja.. "

Baru beberapa detik Jeffandra dan Davira duduk, tiba-tiba pintu ruang ICU terbuka. Mereka berdua seketika berdiri, menanyakan apa yang terjadi pada putra mereka sekarang.

"Dok, putra saya baik-baik saja kan? Dia nggak kenapa-kenapa, kan? " Tanya Jeffandra cepat. Jantungnya berdegup kencang. Ia takut Jenonya sampai kenapa-kenapa.

Raut wajah dokter tersebut tampak sendu. Ia menghela nafas berat lalu menjawab pertanyaan Jeffandra. "Putra anda mengalami pendarahan di bagian otaknya akibat sel kanker yang dideritanya menyebar sampai di bagian otak. Kami sudah berusaha menyelamatkan putra anda, namun.. "

"Namun apa, dok?! Jeno pasti bangun, kan?! " Jeffandra kehabisan kesabaran. Matanya memanas. Kini tangannya terkepal erat, tak sanggup mendengar kenyataan pahit yang akan dikatakan oleh dokter di hadapannya.

"Dok.. Putra Kami pasti baik-baik saja, kan? Dok.. Jawab kami.. " Air mata Davira mengalir deras.

"Pukul 15.30, Jevano Fabian Agnabrita dinyatakan telah kembali ke pangkuan Sang Pencipta".

Deg!

Tidak mungkin..

Apa ini nyata?

Tuhan.. Tolong bangunkan Jeffandra dari mimpi buruk ini..

" Kalian bisa menemui putra kalian untuk yang terakhir kalinya.. "

Seketika Jeffandra dan Davira memasuki ruang ICU tempat putra mereka terbujur kaku. Tangis mereka tak bisa dibendung lagi begitu mata mereka menemukan sosok lelaki berwajah pucat yang telah menutup mata indahnya untuk selamanya.

"Jeno.. Nak, bangun.. Ayah nggak bisa hidup tanpa Jeno.. " Jeffandra mengguncang pelan tubuh kaku Jeno.

"Nak.. Mama ada di sini.. Jeno bangun ya? Tadi Jeno belum sempet makan sama sekali.. Jeno nggak laper emangnya? " Davira menangis. Ia berharap bahwa ini hanya mimpi, ia tak ingin kembali ditinggalkan oleh putranya.

The Other Side Of Humanity (Lee Jeno) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang