Chapter 5

496 36 1
                                    

"Nak.. Buka pintunya.. Ayah mohon.. " Jeffandra hampir menyerah sebelum dirinya teringat bahwa ia memiliki kunci cadangan kamar Jeno di ruang kerjanya. Pria itu pergi tergesa-gesa ke ruang kerjanya untuk mengambil kunci tersebut lalu membuka pintu kamar Jeno.

Dan.. Betapa terkejutnya ia ketika melihat keadaan putranya yang.. Jauh dari kata baik.

Jeffandra melihat keadaan Jeno yang kacau. Anaknya itu duduk di lantai dengan posisi kaki ditekuk menutupi wajahnya. Suara isakan kecilnya terdengar, membuat Jeffandra semakin merasa bersalah.

"Nak.. " Panggilnya pelan. Ia berusaha memeluk putranya namun Jeno dengan cepat mendorongnya.

"Pergi nggak?! " Sentak Jeno.

"Jen.. Dengerin ayah dul-"

"Ayah tau sendiri kan kalau Jeno nggak mau ayah nikah lagi?! " Jeno menyela. Lelaki itu menatap tajam mata ayahnya.

"Maaf.. "

"Jeno nggak butuh permintaan maaf ayah! Jeno-" Ucapan Jeno terhenti saat Jeffandra memeluknya dengan erat.

"Maafin ayah, nak.. Maaf.. "

Kali ini Jeno tidak membantah. Anak itu menangis dalam pelukan sang ayah.

🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱

Dulu saat Jeno masih kecil, Alina selalu memprioritaskan dirinya di atas segalanya. Meski saat itu Alina sedang memiliki jadwal yang padat, ia rela menundanya demi putra semata wayangnya itu. Namun kini Jeno tidak bisa merasakan hal tersebut lagi. Kehidupan nya berubah 180 derajat.

Hari ini Jeno masih mendiami ayahnya. Ia bahkan enggan menatap wajah sang ayah barang sedikitpun akibat insiden beberapa hari yang lalu.

Meski kini ayah dan anak itu sudah berada di ruangan yang sama, tak ada sepatah kata pun keluar dari bibir mereka. Baik Jeno maupun Jeffandra sibuk dengan makanan masing-masing.

Jeffandra menghela nafasnya berat. Ia enggan terus mendiami putranya ini. "Jen,.. Ayah-"

Tiba-tiba Jeno beranjak dari duduknya. Lelaki itu menenteng tasnya, hendak pergi dari ruangan tersebut.

"Mau ke mana? " Tanya Jeffandra.

"Berangkat". Jawab Jeno lalu pergi begitu saja. Jeffandra memijit pangkal hidungnya. Lagi-lagi Jeno menjauhinya.

🌱🌱🌱🌱🌱🌱

" Jen, ayo oper bolanya ke gue!" Teriak Haelga saat Jeno berhasil merebut bola basket dari lawan bermain mereka.

Jeno mengangguk. Ia melempar bola tersebut pada Haelga dan langsung ditangkap oleh sang empu.

"Sip! " Balas Haelga senang. Kini lelaki itu sudah siap menembakkan bola basket tersebut ke keranjang basket namun fokusnya buyar saat melihat Jeno yang tiba-tiba terjatuh ke permukaan tanah.

"Jen! Lo kenapa?? " Haelga melempar bola basketnya asal lalu berlari mendekati Jeno disusul oleh Nares.

"Jen.. " Nares dan Haelga tampak khawatir. Kini banyak orang yang menggerombol, melihat kondisi Jeno.

"G-gue nggak pa-pa.. " Balas Jeno sambil tersenyum tipis. "Kepala gue pusing dikit tadi.. "

"Lo yang bener, Jen? Jangan buat gue khawatir deh! " Balas Nares.

"Beneran.. Gue nggak pa-pa".

" Tapi muka lo pucet, Jen.. " Kini Haelga semakin khawatir. "Ayo balik kelas! Lo harus istirahat! "

The Other Side Of Humanity (Lee Jeno) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang