Sudah dua minggu Jeno tak bangun dari tidur panjangnya. Jeffandra semakin hari semakin ketakutan akan kehilangan sang putra, mengingat saat dokter yang menangani Jeno mengatakan kalau sel kanker di tubuh Jeno sudah menyebar di beberapa titik lain seperti paru-paru dan otak.
Jeffandra semakin takut Jeno akan pergi meninggalkannya.
Saat ini pria berwajah rupawan itu tengah memandangi wajah damai putra kesayangannya itu. Beberapa alat penopang hidup terpasang di titik tubuh Jeno.
Jeffandra menghembuskan nafasnya lelah. Ruangan tempatnya berada itu hening. Hanya suara mesin elektrokardiogram yang mengisi kesepian dalam ruangan tersebut.
Sebenarnya dokter dan perawat sempat melarangnya untuk menjenguk Jeno di ruang ICU saat ini. Namun ia meminta izin untuk menjenguk putranya sejenak. Ia benar-benar merindukan Jeno nya itu.
Perlahan jemari Jeffandra mengelus punggung tangan kiri Jeno yang terbebas dari infus. "Bangun ya, nak? Jangan buat ayah khawatir gini.. Ayah takut.. Ayah nggak bisa hidup tanpa Jeno.. "
Bagaimanapun Jeffandra tidak akan pernah siap untuk kehilangan putra tunggalnya itu. Melihat anaknya pergi mendahuluinya adalah hal paling menyakitkan bagi setiap orang tua. Hati Jeffandra sakit melihat kondisi Jeno yang hidup ditopang oleh peralatan medis seperti ini.
Jeno adalah segalanya bagi Jeffandra. Selama ini Jeffandra bekerja, tersenyum, itu hanya untuk Jeno.
Namun Jeffandra kini telah sadar, bahwa sewaktu-waktu Jeno pasti akan pergi. Meninggalkannya seperti sang istri.
🌱🌱🌱🌱🌱🌱
Jeffandra sangat ingat saat pertama kali ia menimang tubuh kecil putranya. Saat itu tangis harunya pecah, sangat bahagia karena akhirnya ia dapat menyaksikan secara langsung wajah manis bayi mungil yang ia beri nama Jevano Fabian Agnabrita.
Dulu saat Jeno masih balita, anak itu teramat sering jatuh sakit. Ia dan Alina harus bolak-balik ke rumah sakit untuk mengobati sang anak, hingga mereka rela meninggalkan segala kesibukan demi putra semata wayangnya.
Saat itu Jeno kecil yang mengalami demam tinggi tiba-tiba kejang, membuat Jeffandra dan Alina panik. Mereka langsung membawa bocah mungil itu ke rumah sakit, dan berdoa agar Jeno tidak kenapa-kenapa.
Jeno langsung dibawa ke IGD, mendapatkan perawatan langsung oleh pihak medis.
Dan yang membuat Jeffandra dan Alina semakin khawatir adalah ketika dokter yang menangani putra mereka keluar mengatakan kalau Jeno terkena demam berdarah.
Jeffandra dan Alina pun menyesal karena tak membawa Jeno ke rumah sakit sejak awal anak itu demam. Tadi pun saat Jeno dibawa ke rumah sakit, suhu badan anak itu sangat tinggi, sekitar 39,5 derajat celcius.
Akhir-akhir ini Jeno juga sangat sulit untuk makan. Semua makanan yang ia makan pasti akan dimuntahkan, dan anak itu setiap malam selalu menangis karena tersiksa dengan demam yang ia derita.
Sejak saat itu, Jeffandra dan Alina semakin memperhatikan putra semata wayang mereka itu. Segala makanan yang masuk ke dalam lambung Jeno benar-benar mereka perhatikan, juga gizi-gizi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi Jeno.
Namun, meski begitu, Tuhan ternyata berkehendak lain. Jeffandra tak pernah menyangka, putra kesayangannya akan diuji dengan beberapa penyakit yang perlahan menggerogoti tubuh itu.
Bahkan..
Mungkin Jeno akan pergi..
Menyusul sang ibu yang sudah lama dijemput oleh Sang Pencipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Side Of Humanity (Lee Jeno) [TAMAT]
FanfictionJevano Fabian Agnabrita, anak tunggal dari pasangan suami-istri kaya raya yang terkenal dengan kekayaan melimpah yang memiliki sifat periang dan sedikit keras kepala, mendadak berubah sejak sang ibu-Alina Grania Cassandra meninggal dunia. Setiap...