Chapter 10

451 32 0
                                    

Sudah seminggu lebih Jeno berada di rumah sakit. Kini ia telah kembali ke rumah. Pagi ini lelaki itu sudah siap dengan seragam abu-putih yang melekat di badannya. Meskipun Jeffandra melarangnya untuk bersekolah terlebih dahulu, yang namanya Jeno ya pastinya melawan. Jeffandra akhirnya tidak bisa menolak keputusan putra semata wayangnya itu.

Beberapa hari sebelum keluar dari rumah sakit, Jeno telah diberitahu Jeffandra mengenai penyakitnya meski sebenarnya Jeno sudah mengetahuinya sejak awal memasuki rumah sakit. Namun rasanya jauh lebih sakit ketika ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana ketika sang ayah menangis sambil mengatakan hal menyakitkan tersebut di hadapannya.

Jeffandra terlihat lebih kacau dari Jeno, yang menderita penyakit itu sendiri.

Jeno masih ingat jelas kalimat Jeffandra saat itu.

Flashback On

Jeno memperhatikan ayahnya yang kini menutup laptopnya, Jeno pikir pekerjaan pria itu telah selesai karena kini pria yang ia panggil ayah itu berjalan memghampirinya yang masih berbaring di ranjang pesakitan ruangan VVIP tersebut.

Begitu Jeffandra berada tepat di hadapannya, Jeno dapat melihat mata Jeffandra yang terlihat seperti.. Hendak menangis?

"Jeno... Ayah mau bicara sama Jeno.. "Jeffandra mengelus jemari Jeno yang agak berkeringat.

Jeno memgernyitkan dahinya begitu menyadari bahwa setetes air mata jatuh membasahi punggung tangannya yang digenggam erat oleh Jeffandra. Jeno kembali menatap mata sang ayah, dan kini ia bisa melihat jelas cairan bening mengalir dari mata lelah itu.

Ia lagi-lagi membuat Jeffandra menangis.

"Ayah.. Kenapa? " Tanya Jeno kebingungan.

Jeffandra mengecup dahi Jeno sejenak lalu menatap lekat wajah kebingungan putranya. Tangan besarnya mengelus pipi Jeno yang semakin hari semakin tirus.

"Jeno harus bisa nerima keadaan, ya? Jeno nggak boleh marah setelah tau kebenarannya, ya? "

Jeno semakin mengernyitkan dahinya. Apa maksud ayah itu penyakit yang gue derita? Batinnya dalam diam.

Jeffandra mengusap air matanya. "Maaf.. Ayah malah nangis di depan Jeno.. "

Pria itu menyunggingkan senyum pahitnya. "Jeno janji dulu ke ayah, nanti kalau Jeno udah tau kebenarannya, Jeno nggak akan nyerah.. Jeno harus mau berjuang bareng ayah.. Oke?"

"Ayah mau ngomong apa? " Tanya Jeno.

Jeffandra menggigit bibir bawahnya sebelum akhirnya bibir mungilnya mengucapkan secara langsung kondisi putranya itu. "Waktu Jeno awal masuk rumah sakit,.. Dokter Kian bilang kalau Jeno menderita penyakit kanker darah Leukemia myelogenous kronis.. Mangkannya Jeno jadi sering mimisan sama demam.. Ayah.. " Jeffandra tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Pria itu kembali menangis, membuat Jeno yang melihatnya berusaha membuat ayahnya kembali baik-baik saja.

"Ayah.. Jeno nggak apa-apa.. Jeno sendiri juga udah tau tentang penyakit itu.. " Jeno mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk. Ia mengusap air mata yang mengaliri pipi sang ayah. "Ayah jangan sedih.. "

Jeffandra menggeleng pelan. "Ayah nggak bisa nggak sedih, nak.. Ayah gagal.. Maafin ayah.. "

Bahkan ayah lebih kacau dari Jeno...

"Jeno janji ya, sama ayah.. Jangan pernah menyerah.. Bertahan ya, demi ayah?.. Ayah nggak punya siapa-siapa lagi selain Jeno.. Ayah nggak bisa hidup kalau tanpa Jeno.. "

Jeno tersenyum tipis. "Jeno janji, yah.. "

Flashback Off

"Nanti kalau udah waktunya pulang, Jeno telepon ayah, ya? Nanti biar ayah yang jemput.. " Ujar Jeffandra sembari meletakkan ponsel berlogo apel miliknya ke atas meja.

The Other Side Of Humanity (Lee Jeno) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang