Sudah terhitung sebulan sejak insiden jatuh sakitnya Jeno. Lelaki itu kini sudah beraktivitas seperti biasa. Akhir-akhir ini Jeffandra juga mulai semakin sibuk dengan perusahaannya yang semakin hari semakin berkembang pesat. Bahkan ia mulai jarang pulang awal seperti biasanya. Ia hanya akan pulang di saat Jeno sudah tidur, dan paginya akan berangkat mendahului anaknya itu.
Tanpa sadar, jarak mulai tercipta di antara ayah dan anak itu.
Saat ini, Jeno tengah berada di sekolahnya bersama Haelga dan Nares. Mereka sedang sibuk membahas tentang perlombaan basket yang akan mereka ikuti bersama teman-teman mereka yang lain.
Selepas membahas perihal lomba, Jeno beserta Haelga dan Nares memutuskan untuk pergi ke kantin bersama. Canda tawa tampak mendampingi mereka bertiga, seakan tak ada beban di pundak mereka.
"Heh, nanti ayo maen ke cafe deket sini bentar.. Udah lama kita ngga ngumpul di luar". Ajak Haelga saat ia sudah duduk dan hendak menyantap cilok kesukaannya.
" Hmmm... Boleh tuh! Kalo gue sih oke oke aja. Lo gimana Jen? " Tanya Nares pada Jeno yang kini menyantap batagornya tanpa suara.
Kini tatapan Haelga dan Nares terpaku pada Jeno. Mereka menunggu Jeno menelan makanannya dan menjawab ajakan Haelga.
"Jen, ditanyain malah asyik makan! " Tegur Haelga.
"Bentar lah bro! " Jeno meminum air mineralnya. "Gue ikut".
" Waduh! Akhirnya lo ikut bro! Ngga bilang ke bokap lo dulu? " Tanya Nares.
"Nggak. Bokap gue sibuk. Nggak mungkin ada waktu buat nanyain keadaan gue. " Balas Jeno santai namun mambuat Nares dan Haelga saling mengadu tatap.
"Lo yang bener, Jen? Nanti kalo gue kena omel bokap lo, gimana? " Tanya Haelga ragu.
"Ck.. Lo kira gue anak kecil yang setiap gerak itu dipantau sama bokap gue? " Balas Jeno kesal. Tatapannya sedikit tak bersahabat, membuat Haelga dan Nares merasa takut.
"Jangan marah lah bro.. Gue sama Nares kan bercanda.. Ya kan, Res? " Haelga menyenggol pelan bahu Nares.
"A-ah.. Iya Jen.. Kita bercanda doang kok". Balas Nares.
" Nanti gue nebeng mobil lo, Ga". Ujar Jeno diangguki oleh Haelga.
🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱
Kini Jeno beserta kedua sahabatnya sudah berada di Cafe dekat sekolah mereka. Seperti yang telah dijanjikan tadi, Jeno berangkat ke sana dengan mobil mewah milik Haelga.
"Sebenernya kita ke sini buat apa sih? Perasaan ngga ada yang menarik, deh. " Tanya Jeno heran.
"Ya elah, Jen.. Kan kita kumpul-kumpul di sini buat habisin waktu bareng.. Masa lo nggak mau sih? " Jawab Haelga.
"Dahlah.. Mau pesen apa tuh, waiters nya udah nanya tuh. " Nares menghentikan pembicaraan dia sahabatnya. Mereka bertiga akhirnya memesan beberapa menu makanan dan minuman lalu kembali bercerita.
Bahkan setelah pesanan mereka datang, mereka masih sibuk berbincang.
Di sela-sela obrolan yang mengasyikkan itu, Nares tak sengaja menangkap sesosok pria berstelan kantor yang tak asing di matanya. Ia menyipitkan matanya lalu menyolek lengan Haelga. "Ga, liat deh.. Itu mirip bokapnya Jeno nggak sih? "
"Hah? Lo ngadi-ngadi, Res? " Tanya Haelga sambil mengalihkan pandangannya.
"Ada apaan? Kok pada kepo begitu? " Tanya Jeno heran.
"Itu.. Bokap lo ga sih, Jen? " Tanya Haelga sambil menunjuk pria yang tengah menggenggam jemari wanita yang berpakaian formal pula.
Jeno menoleh. Tangannya sedikit mengepal ketika iris cokelatnya menemukan sosok ayahnya dengan wanita asing tengah bermesraan. Dadanya mendadak sesak, mengingat perubahan yang terjadi pada ayahnya akhir-akhir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Side Of Humanity (Lee Jeno) [TAMAT]
FanfictionJevano Fabian Agnabrita, anak tunggal dari pasangan suami-istri kaya raya yang terkenal dengan kekayaan melimpah yang memiliki sifat periang dan sedikit keras kepala, mendadak berubah sejak sang ibu-Alina Grania Cassandra meninggal dunia. Setiap...