Mengantar putra kesayangannya ke peristirahatan terakhir sangatlah menyesakkan bagi Jeffandra. Hatinya benar-benar sakit. Ia berusaha menerima kenyataan yang ada namun melihat kepergian Jeno tepat di hadapannya adalah hal yang mampu membuatnya menangis tanpa henti.
Biarlah orang berkata kalau Jeffandra adalah pria dewasa yang cengeng, ia tak peduli. Kalau mereka merasakan hal yang sama dengannya, apa mereka tidak akan merasa hancur seperti halnya Jeffandra?
Ini sudah sebulan setelah kematian Jeno. Teman-teman Jeno sering berkunjung ke rumahnya untuk sekedar mengenang lelaki tampan yang sudah berjuang selama hampir setahun ini. Terkadang Haelga, Nares, Rei dan Mahen mencurahkan kerinduan mereka ke Jeffandra, menangis bersama ketika mengingat betapa sakitnya menjadi seorang Jevano Fabian Agnabrita.
Suasana berkabung masih terasa di rumah mewah nan luas milik Jeffandra. Rumah itu terasa lebih sunyi, tak ada suara rengekan Jeno ataupun bantingan barang seperti biasa jika Jeno sedang marah.
Semuanya berubah semenjak Jeno pergi.
Setiap hari Davira akan masuk ke kamar Jeno untuk membersihkan kamar itu. Ia dan Jeffandra memang tak ingin kamar Jeno jadi terbengkalai, karena kamar itu adalah satu-satunya ruangan yang paling menyimpan segala kenangan Jeno sejak anak itu masih sangat kecil.
Di dalam laci kamar Jeno ada album berisi foto masa kecil Jeno bersama Jeffandra dan Alina. Bagi Jeffandra, album itu sangatlah berharga.
Di permukaan meja belajar Jeno masih ada notebook milik lelaki itu, yang berisi beberapa keluhannya sejak ia didiagnosis memiliki penyakit Leukimia dan Kanker paru-paru.
Jeffandra sempat menangia setelah membaca isi dari notebook tersebut. Dadanya terasa sesak setiap kali mengingat masa-masa di mana Jeno melemah, karena penyakit yang perlahan menggerogoti jiwa dan raganya itu.
Jeffandra saat ini sedang berada di dalam kamar Jeno. Ia memandangi kamar tersebut, tersenyum miris karena sang pemilik kamar kini telah pergi selamanya dan tak akan pernah menempati ruangan ini kembali.
Begitu melihat meja belajar Jeno, ia jadi teringat saat Jeno memaksakan dirinya untuk mengerjakan PR nya padahal kondisinya sedang tidak baik-baik saja.
Ketika ia kembali menatap ke kasur Jeno, ia kembali teringat saat-saat Jeno kesakitan di atas permukaan kasur lembut nan empuk itu.
Jauh lebih banyak luka daripada kebahagiaan yang tersimpan rapi di ruangan ini.
Di saat ia bernostalgia, suara Bi Hastuti membuatnya terkejut.
"Tuan.. Nyonya besar pingsan! "Tiba-tiba Bi Hastuti mendatanginya dengan panik dan mengatakan hal tersebut, membuat Jeffandra panik saat itu juga.
Sepertinya Tuhan memang tak mengizinkannya untuk menghembuskan nafasnya lega barang sedetikpun. Ia langsung berjalan tergesa-gesa ke ruang tamu, melihat kondisi istrinya saat ini. " Bi, panggilkan ambulans! " Teriaknya panik.
🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱
"Jangan khawatir, pak.. Istri anda hanya kelelahan. Nanti setelah cairan infusnya sudah habis, istri anda sudah boleh pulang, kok.. " Jelas Dokter yang menangani Davira saat ini.
Jeffandra menghembuskan nafasnya lega setelah mendengarkan penjelasan Dokter di hadapannya. Ia sebelumnya sudah sangat khawatir, takut hal buruk terjadi pada istrinya itu.
Ia sudah trauma ditinggalkan istri pertama dan putranya untuk selamanya.
"Oh iya, pak.. Saya ada kabar gembira mengenai kondisi istri anda saat ini.. " Ujar Dokter tersebut sembari tersenyum.
Dahi Jeffandra mengernyit. "Kabar gembira apa, dok? " Tanyanya penasaran. Bagaimana bisa orang sakit memiliki kabar gembira? Apa dokter di hadapannya ini sedang bercanda?
Dokter tersebut menyerahkan sebuah amplop berisi hasil pemeriksaan Davira, menyuruh Jeffandra membuka dan membacanya dengan seksama.
Raut wajah Jeffandra seketika berubah. Matanya berkaca-kaca, bahkan kini ia hampir menangis melihat hasil yang tertera pada selembar kertas itu.
Ia benar-benar tak percaya kalau..
Davira hamil!
Istrinya tengah mengandung dan usia kandungannya sudah memasuki minggu kedua!
Tuhan.. Jeffandra sangat senang setelah membaca surat tersebut.
Tuhan kembali mempercayakan seorang malaikat kecil untuk menyempurnakan hubungan rumah tangganya dengan Davira.
Jeffandra hampir tak percaya dengan apa yang ia baca. Ia membaca ulang hasil pemeriksaan tersebut, dan kini senyuman lebar terpatri di wajah tampannya.
Setelah ditampar dengan kepergian putranya, kini Tuhan memberikannya kepercayaan untuk merawat seorang anak lagi?
Jeffandra menangis haru. Setelah Dokter pergi dari ruang rawat Davira, ia langsung menciumi kening sang istri penuh cinta, terus menggumamkan kata 'Terima kasih' pada wanita cantik berwajah pucat itu.
Davira yang saat itu baru terbangun pun menatap suaminya kebingungan. Ia bertanya apa yang membuat Jeffandra berterima kasih padanya, dan setelah mendapat kabar gembira tersebut dari sang suami, tangis harunya pecah.
"Mas.. K-kamu.. Nggak bohong, kan? " Tanya Davira dengan linangan air mata.
"Aku nggak bohong, Ra.. Dokter bilang sendiri ke aku kalau kita akan segera dikaruniai seorang anak.. " Jawab Jeffandra.
"Tapi.. Aku takut, mas.. " Suara lirih Davira membuat Jeffandra mengernyit kebingungan.
"Apa yang kamu takutkan, Ra? " Tanya Jeffandra.
Davira meremat tangannya. "Aku.. Takut gagal lagi.. " Jawabnya lirih. Ia trauma kehilangan kedua putranya. Ia takut calon buah hatinya akan memiliki nasib yang sama seperti Jeno dan Eric.
Jeffandra menggenggam jemari Davira. "Aku tahu kalau kamu masih ada rasa takut kehilangan.. Aku juga merasakannya, Ra.. Tapi, kalau kita lebih berhati-hati dalam menjaga calon buah hati kita ini,.. Aku yakin dia akan tumbuh dewasa dan bisa membanggakan kita.. Kamu jangan takut, ya? "
Mendengar penuturan lembut sang suami, hati Davira menghangat. Ia mengangguk pelan lalu berhamburan ke dalam pelukan Jeffandra. Tangisnya kembali pecah, sedangkan Jeffandra mulai mengelus lembut punggung sempit istrinya itu.
"Mas.. Aku kangen Jeno sama Eric.. Nanti kita kunjungin 'rumah' mereka, ya? "Pinta Davira.
Jeffandra mengangguk mengiyakan.
Tuhan.. Kali ini izinkan kami menjadi orang tua yang berhasil..
Jangan buat kami kembali menelan pahitnya ditinggalkan..
Kami mohon, Tuhan...
Halo gaesss!!!!
Ending makin deket nih...
Komen dong pleaseee...
Menurut kalian ceritanya bagus atau enggak nih???
Semoga kalian terhibur sama alur ceritanya ya..
Sampai ketemu lagi di akhir cerita..
Babay!!!!!!!!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Side Of Humanity (Lee Jeno) [TAMAT]
Fiksi PenggemarJevano Fabian Agnabrita, anak tunggal dari pasangan suami-istri kaya raya yang terkenal dengan kekayaan melimpah yang memiliki sifat periang dan sedikit keras kepala, mendadak berubah sejak sang ibu-Alina Grania Cassandra meninggal dunia. Setiap...