Keadaan Jeno semakin memburuk. Sel kankernya sudah menyebar pesat sampai ke otak. Sekarang Jeno bahkan membutuhkan bantuan ventilator untuk bernafas. Tubuhnya juga terkadang menunjukkan gejala penolakan pada obat-obatan yang masuk ke pembuluh darahnya. Kami akan berusaha menyembuhkan putra anda, tapi kami tidak bisa berjanji karena keadaannya hampir mustahil untuk sembuh.
Kalau kita melepas satu saja alat bantu di tubuhnya, mungkin Jeno akan pergi saat itu juga.
Jeno sekarang hidup bergantung dengan semua alat medis di tubuhnya.
Kalau semakin hari keadaannya tak ada kemajuan dan malah semakin memburuk, kami terpaksa melepas semua alat bantunya.
Mohon do'akan yang terbaik untuk Jeno..
Hati orang tua mana yang tak hancur setelah mendengar kenyataan pahit tentang anaknya barusan?
Jeffandra dan Davira terlarut dalam kesedihan mereka. Sepasang suami-istri itu kini mengunjungi Jeno di ruang ICU, hanya berdua karena saat ini dokter hanya memperbolehkan dua orang saja yang membesuk Jeno, juga waktu besuk hanya 25 menit saja.
Jemari Jeffandra terangkat untuk menyentuh permukaan kulit Jeno. Ia meringis karena merasakan kulit putranya yang mulai dingin. Apa ini karena suhu ruangan yang memang agak dingin atau..
Karena maut sangat dekat dengan putranya itu?
Jeffandra mengepalkan tangannya. Pandangannya tertuju pada tubuh ringkih Jeno yang dipasangi berbagai alat medis untuk membantunya tetap hidup. Selang ventilator dipasang di mulut kering Jeno, jarum infus ditusukkan ke punggung tangan kanan Jeno, dan alat-alat lain berada di dada Jeno.
Mata Jeffandra memanas. Ia kembali teringat saat Jeno koma di usianya yang masih cukup kecil.
Saat itu adalah saat Jeffandra harus menerima kenyataan bahwa istri tercintanya pergi meninggalkannya, ia juga hampir kehilangan putra kesayangannya itu.
Rasanya menyakitkan. Ia lagi-lagi harus mengikhlaskan seseorang yang ia cintai. Ia masih belum mampu mengikhlaskan Jeno.
Ia tak sanggup melanjutkan hidup tanpa anak yang ia rawat baik-baik sejak anak itu kecil.
Ia tak sanggup jikalau ia diberi kepercayaan untuk memakamkan putranya sendiri.
Ia tak mampu.
Ia takkan pernah mampu melakukannya.
"Mas.. Waktu besuknya udah habis.. Ayo kita keluar.. " Ajak Davira pada sang suami.
Seakan tuli, Jeffandra tak merespon sama sekali. Jemari pria itu masih tetap menyentuh lembut permukaan kulit Jeno yang dingin.
Mata Davira memanas. Jeffandra benar-benar berubah. Ini sudah seminggu sejak Jeno koma, dan Jeffandra semakin diam. Pria itu sangat sulit jika disuruh makan, bahkan bicara saja enggan.
Selama itu juga Jeffandra tak pergi ke kantornya untuk bekerja.
"Mas.. " Davira berusaha memanggil.
"Jeno ku, Ra.. " Akhirnya Jeffandra bersuara.
"Iya, mas.. Aku tahu.. "
"Jeno ku nggak baik-baik saja.. " Racau Jeffandra. "Jeno ku.. Sakit.. "
Melihat tatapan kosong Jeffandra yang menyiratkan kesakitan yang dipendamnya membuat Davira semakin sedih. "Mas.. "
"Jeno ku.. Nggak akan pergi kan, Ra? "
Davira mengangguk pelan. "Jeno kita nggak mungkin pergi ninggalin kita, mas.. " Ia mengusap air mata Jeffandra yang mulai turun membasahi pipi.
"Jeno.. "
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Side Of Humanity (Lee Jeno) [TAMAT]
FanfictionJevano Fabian Agnabrita, anak tunggal dari pasangan suami-istri kaya raya yang terkenal dengan kekayaan melimpah yang memiliki sifat periang dan sedikit keras kepala, mendadak berubah sejak sang ibu-Alina Grania Cassandra meninggal dunia. Setiap...