Hati-hati typo bertebaran.
Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Jaehyun memandang sosok wanita tua yang kini terbaring di ranjang rumah sakit dengan raut wajah penasaran.
Siapa wanita ini?
Dan kenapa dia berada disini?
Benar! Seharusnya dia kembali ke apartemen Jeno seperti sebelumnya. Tapi saat dia sadar entah kenapa di malah berada di tempat yang asing ini.
Tapi...
"Kenapa wanita ini mirip sekali dengan Renjun"gumam jaehyun.
Jaehyun berbalik, melihat ke arah dimana datangnya cahaya dari jendela yang tertutup. Dengan ragu dia perlahan berjalan ke arah itu.
Jendela itu tidak sepenuhnya tertutup, ada aliran angin yang berhembus menerpa wajahnya. Menyapu untaian rambut halus yang menutupi dahinya.
Pikirannya penuh dengan pertanyaan-pertanyaan.
Jika dia tidak salah menebak, ini seharusnya adalah rumah sakit yang sering di kunjungi Renjun. Dan jika memang benar, apakah wanita tua yang berbaring di ranjang itu adalah nenek Huang?
Jaehyun mengerutkan kening, merasa tak berdaya karena tidak dapat memikirkan apapun tentang keanehan yang terjadi pada dirinya sekarang.
Dia hanya bisa diam-diam menatap ke luar jendela. Ke langit yang cerah dengan bibir terbuka dan melafalkan satu nama.
"Renjuna"
****
Hari berlalu dengan cepat, langit yang awalnya cerah perlahan berganti dengan warna jingga yang menandakan hari akan segera berganti malam.
Tapi masalahnya adalah keempat orang itu masih terjebak di tengah hutan.
Mereka memang menggunakan maps untuk petunjuk arah dan tugas untuk membaca maps di serahkan kepada pria jangkung yang kini berjalan paling depan. Tapi anehnya setelah lama berjalan, mereka tidak menemukan adanya tanda-tanda kehidupan yang artinya mereka seperti berjalan semakin jauh ke dalam hutan bukannya jalan keluar.
Akhirnya Haechan tidak tahan, apalagi saat dilihatnya mark seperti diam-diam mencuri pandang kebelakang dari waktu ke waktu, seperti ragu.
"Mark Lee, katakan padaku. Ketika kau mengatakan kau bisa membaca peta dan berbicara tentang pengalamanmu di perkemahan apakah itu di alam liar, kenapa rasa-rasanya kita malah semakin menjauh dari jalan?! " Tanya Haechan dari belakang.
Tubuh jangkung di depan akhirnya berhenti dengan kamu. Berbalik dan tersenyum malu.
"Itu, itu sebenarnya aku bisa membaca peta hanya saja peta ini sedikit berbeda dan aku berkemah di lapangan bermain" Jawab mark dengan suara lirih.
Setelah mendengar itu ketiga orang lainnya akhirnya tahu bahwa mereka mempercayai orang yang salah.
Jeno bahkan hampir ingin menerjang mark dan memberikannya pukulan tapi untungnya renjun dengan sigap menahannya.
"Sudahlah, aku lelah. Kita semua lelah. Lebih baik kita beristirahat sebentar dan memikirkan jalan lain" Ucap renjun lalu menarik Jeno untuk duduk di bawah naungan pohon. Tapi sebelumnya Jeno dengan sigap merebut ponsel itu dari tangan Mark, rasa-rasanya tidak berguna jika pria itu yang memegangnya, pikir Jeno.
Haechan hanya bisa mendengus, menatap tajam ke arah mark sebelum menemukan tempat untuk beristirahat.
Mark meringis di dalam hatinya saat mendapat tatapan itu, tapi apa boleh buat. Dia pada awalnya benar-benar ingin membantu. Setidaknya dia benar-benar ingin menunjukkan kemampuan diri dari pengalaman masa kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like We Just Met | JAEREN
Fiksi PenggemarAlangkah baiknya Follow dulu sebelum membaca, terima kasih Jaeren Area🦊🍑 ............................ ini adalah kesialan seorang Huang Renjun yang tiba-tiba saja diikuti hantu yang ada di belakang sekolah. padahal dia bukan seseorang yang bisa me...