Tidak perlu melanjutkan skenario? Seluruh inkarnasi yang berkumpul di benteng sontak merasa waspada.
"Apa maksudnya?"
Beberapa orang menyetujui ucapan pria itu, tapi lebih banyak yang tidak percaya.
(Dia pasti penipu.)
(... Seharusnya dia mengucapkan hal yang masuk akal. Tapi apa katanya barusan? Tidak perlu melanjutkan skenario?)
(Ini pasti hanya sebuah trik agar dia bisa melahap hadiahnya sendirian.)
Orang-orang yang mengikuti Jung Heewon ini merupakan para inkarnasi yang telah berhasil bertahan hingga skenario kesembilan.
Ada begitu banyak penipu di Seoul, bahkan meski Cheon Inho dari Stasiun Geumho dan Gong Pildu dari Chungmuro dikecualikan. Para inkarnasi yang berada di sini pasti merupakan salah satu penipu atau orang-orang yang berhasil mengalahkan penipu.
Karenanya, mereka tidak akan bisa dipengaruhi hanya dengan kata-kata manis.
Pria yang berdiri di tembok pembatas itu melanjutkan perkataannya, seolah telah membaca pikiran mereka.
[Kalian tidak percaya. Yah, aku bisa memahaminya. Kalian sudah melewati sembilan skenario, itu bukan jangka waktu yang panjang maupun singkat. Aku bisa menebak apa yang telah kalian lalui dan kehidupan macam apa yang harus kalian jalani untuk sampai di titik ini.]
Hal dasar yang akan dilakukan oleh para penipu adalah berpura-pura memahami perasaan dan keadaan orang lain. Orang-orang ini pasti sudah muak mendengarnya.
"Kau pikir aku akan tertipu oleh omonganmu?"
"Apa tujuanmu? Apa yang sebenarnya ingin kau katakan?"
Para inkarnasi yang tidak dapat menahan rasa kesalnya mulai berteriak. Tapi pria itu hanya tertawa. Itu adalah tawa yang sangat indah dan lembut hingga rasanya sulit untuk berpikir bahwa dia adalah seorang penipu.
[Seperti yang telah kukatakan. Kalian tidak perlu berkelahi. Kalian pasti sudah mendengar penjelasan dari dokkaebi. Skenario Dark Castle ini tidak memiliki batasan waktu ataupun kegagalan. Jika kalian cerdas, kalian semua seharusnya sudah memahami apa maksudnya.]
Aku menoleh ke samping dan mendapati mata Kim Yongpal yang berbinar karena mendengar ucapan pria itu.
[Kalian bisa terus hidup di area skenario ini. Makan, tidur, dan melakukan apa pun yang kalian inginkan. Hormati hak-hak dari kehidupan kalian dan lupakan paksaan untuk menyelesaikan tuntutan skenario ... kalian semua bisa melanjutkan dan menyelesaikan kehidupan di sini, sama seperti sebelum 'kehancuran' dimulai.]
"Hak-hak hidup kami? Jangan bicara omong kosong!"
"Bagaimana kami bisa hidup di tempat tinggal para iblis?"
"Kami memiliki tempat untuk kembali!" Para inkarnasi berteriak seolah sedang menyangkal kejahatan.
Kemudian pria itu bertanya, [Kembali? Ke mana kalian akan kembali?]
"Tentu saja, ke tempat kami tinggal ..."
[Maksudmu planet yang sudah binasa itu?]
"Tempat kami tinggal tidak binasa! Belum!"
[Semua orang pasti sudah memahaminya. Saat skenario dimulai, artinya planet kalian sedang bergerak menuju kehancuran. Jika kembali, kalian hanya akan melihat reruntuhan. Bahkan jika kalian menyelesaikan seluruh skenario pun ... hal terakhir yang akan kalian lihat adalah kehancuran.]
"Siapa kau hingga bisa mengatakan hal itu? Tahu apa kau—"
[Aku tahu. Planet tempatku tinggal juga telah dihancurkan oleh skenario.]
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Pandang Pembaca Maha Tahu [Volume 1]
FantasyTerjemahan Bahasa Indonesia dari Novel Omniscient Reader's Viewpoint Volume 1 (Chapter 1-188) karya Singshong Kim Dokja hanyalah pekerja kantoran biasa yang memiliki hobi membaca web novel favoritnya, 'Three Ways to Survive in the Ruined World'. Nam...