Seluruh anggota party masih menatapku dengan ekspresi bingung. Ekspresinya menunjukkan bahwa mereka belum bisa memahami apa yang sedang terjadi. Yoo Joonghyuk masih memuntahkan banyak darah di dekat dinding.
Aku memandang mereka sejenak sebelum kemudian melirik ke arah dinding aula. Dinding batu yang dipoles itu merefleksikan penampilanku.
Sayap hitam tumbuh dari punggungku dan dua tanduk kecil muncul dari kepalaku. Jejak energi iblis tercetak di kulitku layaknya stigma. Tubuhku tiga atau empat kali lebih besar dari biasanya dan otot-otot yang ada di seluruh tubuhku sangat membengkak.
"I-Ini konyol! Kenapa Dokja-ssi menjadi raja iblis...?"
"Apa-apaan ini? Apa yang harus kita lakukan?"
Yoo Sangah dan Lee Jihye berteriak.
Jung Heewon, Lee Hyunsung, Lee Gilyoung, Shin Yoosung ... bahkan Cho Youngran dan Gong Pildu. Semua orang menatapku dengan ekspresi kaget.
Aku memperhatikan mereka dan membuka mulutku. "Mulai dari sekarang, kalian semua harus membunuhku."
[Fase pertama 'raja iblis ke-73' akan dimulai.]
[Batas waktu serangan adalah 30 menit.]
"Tidak ada banyak waktu yang tersisa. Selesaikan skenarionya dengan cepat."
Suatu energi yang luar biasa mengalir di seluruh tubuhku. Bahkan meski serang secara terus menerus, aku tidak yakin apakah mereka bisa menguras habis kekuatanku dalam waktu yang ditentukan.
Jung Heewon dan Lee Hyunsung menatapku dengan putus asa dan berteriak. "Aku tidak ingin bertarung melawan Dokja-ssi!"
"Aku tidak bisa mengikuti perintahmu!"
Aku bisa mengerti perasaan mereka. Aku juga akan ragu jika berada dalam situasi yang sama dengan mereka. Aku sengaja menertawakan mereka.
"Aku tidak mengerti kenapa kalian semua begitu serius. Apa kalian lupa siapa aku? Aku Kim Dokja. Aku tidak akan mati bahkan meski telah terbunuh."
Lee Hyunsung yang polos itu tersentak karena mendengar perkataanku. "... Apakah kau akan hidup lagi meski sekarang kami membunuhmu?"
"Iya."
"Tapi aku dengar...!"
"Yoo Joonghyuk sengaja mencoba memprovokasiku."
Aku tidak menggunakan skill Incite, tetapi wajah mereka menampilkan adanya konflik emosi. Mungkin kepercayaan mereka terhadapku dan beban perintah untuk menyerangku saling bertabrakan di dalam diri mereka masing-masing.
"Percayalah padaku. Ini adalah cara yang paling efisien."
Mereka harus tetap menyerangku. Tak ada jalan lain. Jika mereka tidak membunuhku sekarang, semuanya akan mati di sini.
Han Sooyoung menatapku dengan sorot mata yang menakutkan. Kemudian aku mengirim sinyal kepadanya sebelum dia bisa membuka mulutnya.
'Han Sooyoung.'
Han Sooyoung memucat saat membaca gerak bibirku.
'Kau adalah satu-satunya orang yang bisa melakukannya. Kau harus bertanggung jawab.'
Aku tahu itu dan Han Sooyoung juga akan melakukannya dengan baik. Para anggota party memang lebih kuat daripada inkarnasi pada umumnya, tapi mereka belum bisa menentukan apa yang harus dilakukan dalam situasi semacam ini. Di sisi lain, Han Sooyoung adalah orang yang paling cepat dan realistis dalam menilai situasi dibandingkan semua orang yang ada di sini.
"... Kau selalu seperti ini, Kim Dokja." Han Sooyoung menggertakkan gigi dan melanjutkan, "Apakah kau pikir aku adalah monster tanda emosi?"
Han Sooyoung melirik ke arahku dan anggota party secara bergantian. Tatapan semua orang terfokus padanya. Seolah pilihan mereka akan diputuskan melalui perkataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Pandang Pembaca Maha Tahu [Volume 1]
FantasyTerjemahan Bahasa Indonesia dari Novel Omniscient Reader's Viewpoint Volume 1 (Chapter 1-188) karya Singshong Kim Dokja hanyalah pekerja kantoran biasa yang memiliki hobi membaca web novel favoritnya, 'Three Ways to Survive in the Ruined World'. Nam...