Aku mengangguk dan membuka mulut. "Tapi kau tetap tidak boleh membunuhnya."
"... Kita harus mengalahkannya. Wanita itu tidak punya niat untuk bekerja sama."
Aku melirik ibuku yang sudah berlumuran darah. Aku tidak tahu apakah itu darahnya atau darah milik orang lain.
Namun, dia jelas sudah berada di ambang batas kemampuannya. Dia bisa bertarung dengan konsumsi probabilitas yang tidak masuk akal, tapi kekuatan fisiknya pasti sudah mencapai batas. Itu adalah hal yang tak bisa ia hindari.
Dia sendirian, sementara lawannya adalah Yoo Joonghyuk.
Sekarang Yoo Joonghyuk telah menjadi transcendent dan kemampuannya sudah sangat berbeda jika dibandingkan dengan dirinya saat di skenario Peace Land. Tak peduli seberapa hebat kisah yang ia miliki, dia tidak mungkin bisa menang melawan Yoo Joonghyuk hanya dengan menggunakan bayangan konstelasi.
Menghadapi seorang transcendent bukanlah hal yang mudah, kecuali satu bagian dari tubuh konstelasinya turun tangan untuk membantu. Namun, saat ini ibuku pasti tidak memiliki cukup probabilitas yang bisa digunakan.
[Konstelasi 'Demon-like Judge of Fire' menelan ludah.]
[Konstelasi 'Prisoner of the Golden Headband' memperhatikan pilihan Anda.]
[Konstelasi 'Abyssal Black Flame Dragon' sedang mengamati tindakan mengerikan Anda.]
Aku meninggalkan anggota party-ku dan bergerak menuju ke tempat ibuku berada. "Hentikanlah."
['Fourth Wall' bergetar lemah.]
"Kenapa kau menghentikanku?"
Meski sebenarnya wajah ibuku hampir tidak terlihat karena tertutup oleh bayangan konstelasi, ekspresinya tidak terlihat bagus. Hanya mata dan mulutnya saja yang sedikit terlihat. Jarak kami tidak begitu jauh. tapi aku tidak akan pernah bisa menggapainya. Saat berada di penjara maupun di sini, rasanya sama saja. Jarak yang akan selalu hadir di antara kami.
Dia berkata padaku, "Jika aku bicara kepadamu ... kau tidak akan mendengarkanku ...."
Ibuku ini, kenapa dia berusaha sampai sejauh ini? Kenapa masih tetap berjuang meski tubuhnya sudah bersimbah darah?
Rekan-rekanku hanya menatapku dari jauh. Binar mata mereka seolah memintaku untuk membuat pilihan yang tepat. Aku menghela nafas dan membuka mulut. "Hanya sekali. Aku akan mendengarkanmu untuk sekali ini saja, jadi kau bisa memberitahukan semua yang ingin kau katakan kepadaku."
Aku cukup terkejut mendengar kalimat yang keluar dari mulutku
"Katakanlah dengan jelas."
Aku tidak pernah menyangka bahwa aku bisa mengatakan ini. Aku menekankan kalimat itu meski aku sendiri tidak tahu apakah ucapanku ini tulus atau tidak
Mata ibuku bergetar.
"Berapa lama lagi kau akan terus begini? Jangan menyimpannya sendiri dan beri tahu aku. Kenapa kau menghalangiku? Ibu, kenapa kau datang jauh-jauh ke sini? Apapun, silahkan katakan apapun. Apapun itu, aku akan mendengarnya. Tidak apa-apa untuk mengatakannya!"
"Jika aku memberitahumu ...."
Aku melihat manik matanya yang tampak berkaca-kaca hendak menangis dan menyadari bahwa semua cerita kami sejauh ini telah terhubung.
Aku adalah anaknya, jadi aku tahu. Alasan kenapa ibuku berusaha keras untuk menghindariku ada kaitannya dengan alasan kenapa ia menulis buku itu.
Aku akan terluka. Aku akan hancur. Kehidupanku yang telah kujalani selama ini mungkin akan benar-benar kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Pandang Pembaca Maha Tahu [Volume 1]
FantasyTerjemahan Bahasa Indonesia dari Novel Omniscient Reader's Viewpoint Volume 1 (Chapter 1-188) karya Singshong Kim Dokja hanyalah pekerja kantoran biasa yang memiliki hobi membaca web novel favoritnya, 'Three Ways to Survive in the Ruined World'. Nam...