Persetujuan

6 1 0
                                    

Di pagi hari yang cerah, Gilang terlihat buru buru untuk berangkat sekolah, dia merapikan buku dan turun ke bawah untuk sarapan.

Rara juga turun dengan baju yang sudah rapi bersama Sarah. Mama dan anak ini kelihatan seperti kakak beradik.

"Selamat pagi...." Sapa Sarah saat ke ruang makan.

"Pagi...." Ucap Adi, Novia, dan Gilang serempak.

Seperti biasa Rara duduk di sebelah mamanya dan berhadapan dengan Gilang.

"Ra, makan yang banyak biar badan Lo berisi." Ucap Gilang tiba tiba membuat semua orang menatapnya.

"Tumben Lang kamu mengeluarkan suara pagi hari, biasanya enggak." Ucap Novia.

"Ih mama, masa Gilang harus diem Mulu, gak bergerak, gak bersuara sama sekali." Sahut Gilang.

"Hahaha." Novia tertawa pelan.

Mereka selesai sarapan, Gilang langsung pamit dengan kedua orangtuanya ke sekolah.

"Mah, pah, Gilang berangkat dulu." Ucap Gilang mencium tangan Novia dan Adi.

"Iya hati hati kalo dijalan, jangan ngebut oke!" Ucap Novia tegas memberi peringatan.

Gilang mengangguk dan menatap Rara sekilas lalu pergi meninggalkan rumah, di ikuti papanya yang hendak berangkat kerja.

****

Gilang sampai di sekolahnya yaitu SMA Bintang dan sudah disambut oleh para fansnya di pintu gerbang.

Dia tidak memperdulikannya sama sekali dan langsung pergi ke parkiran untuk memarkirkan motornya.

Saat Gilang berjalan melewati koridor sekolah, dia melihat poster di Mading sekolah, bahwa akan diadakan acara pemilihan ketua OSIS.

Gilang tertarik dan ingin mengikuti acara itu. Dia langsung pergi menuju kelasnya dan mengikuti pelajaran.

Di jam istirahat Gilang pergi ke kantin dengan ke tiga temannya bernama, Kevin, Rangga, dan Dion.

Mereka pergi ke kantin dan tidak sengaja ada kerumunan perempuan, mereka melihat ke arah Gilang.

"Itu Gilang, ya ampun ganteng banget, jalannya juga cool banget, andai gue jadi pacarnya, udah Gilang nya pinter, tampan, cool lagi." Ucap salah satu siswi histeris ketika Gilang melewati mereka.

Teman teman Gilang sudah biasa dengan hal itu karena semenjak mereka kelas 10, Gilang sudah terkenal dikalangan organisasi dan kakak kelas.

Ga heran kalo Gilang juga terkenal di kalangan adek kelas, karena Gilang emang se terkenal itu di sekolahnya akibat ketampanannya dan juga kekayaannya.

"Enak banget Lo Lang bisa dipuja puja para ciwi ciwi di sekolah ini, sedangkan kita cuma bisa denger." Ucap Kevin sembari duduk di kantin.

"Ga enak jadi gue mah." Sahut Gilang cuek.

Gilang memesan makanan untuknya dan makanan itu tidak lama datang.

"Kok Lo doang yang makan, buat kita mana?" Tanya Rangga.

"Beli sendiri, punya duit kan Lo" jawab Gilang judes.

Kevin dan Dion menertawakan Rangga yang minta dibelikan makanan oleh Gilang.

Akhirnya ke tiga teman Gilang memesan makanan dan makan bersama di kantin sambil membahas mengenai acara pemilihan OSIS.

****

Di kediaman Argantara Novia dan Sarah sedang berbincang di taman depan rumahnya.

"Sarah, Rara kan beberapa bulan lagi tunangan sama Gilang, biar ga bolak balik mending Rara sekolah di sini dan tinggal di sini juga. Gimana menurutmu?" Ucap Novia.

"Kalo sekolah di sini dan satu sekolah sama Gilang, aku gimana ngirim uang buat biaya sekolah Rara?" Tanya Sarah.

"Kamu tenang aja biaya sekolah Rara di sini biar aku yang tanggung, kamu ga usah khawatir aku akan jaga Rara seperti putriku sendiri." Ucap Novia meyakinkan.

"Memangnya enggak ngrepotin kamu?" Tanya Sarah takut merepotkan Novia.

"Tenang aja, ga ngrepotin sama sekali kok, kalo kamu mau, kamu juga bisa ikut tinggal disini." Ucap Novia.

"Aku gak bisa tinggal disini, kalo aku tinggal di sini rumah yang di desa ga ada yang ngurus, itu juga rumah peninggalan suamiku." Ucap Sarah tidak rela.

"Kalau begitu biar Rara saja yang tinggal dan sekolah di sini." Ucap Novia.

"Kalau itu, terserah Rara, aku ga tau gimana keputusan Rara nantinya." Sahut Sarah.

"Kalau begitu kita temui Rara, dan kita tanya apakah dia mau atau tidak." Usul Novia.

Sarah mengangguk dan kemudian mereka menemui Rara di ruang tamu yang sedang membaca buku

Rara sedang duduk di kursi dan membaca sebuah buku, tiba tiba Novia dan mamanya datang menghampirinya.

"Rara kamu baca apa nak?" Tanya Sarah yang melihat Rara duduk dan membaca buku.

"Oh ini, ini Rara iseng aja pinjem buku yang ada di rak buku Deket pintu masuk." Jawab Rara dan tersenyum.

"Rara, kamu mau sekolah di sekolahnya Gilang? Kalo mau biar Tante daftarkan dan semua biaya sekolah kamu akan Tante tanggung." Tanya Novia pada Rara dan menunggu jawaban darinya.

Rara menoleh ke arah Sarah, dan Sarah mengangguk, tapi Rara tidak yakin ingin meninggalkan Sarah sendirian jika Sarah pulang ke desa dan Rara sekolah di sekolah Gilang serta tinggal di rumah Gilang juga.

"Tante bukannya Rara gamau tapi ini nanggung, bentar lagi udah mau kenaikan. Bolehkan kalo Rara udah selesai ulangan kenaikan pindahnya?" Tanya Rara takut akan dimarahi.

" Kalo itu mau Rara gapapa." Jawab Novia.

Sarah dan Novia mengangguk mengerti, Novia menghargai keputusan Rara dan tidak ingin memaksanya. Kemudian Novia dan Sarah ke lantai atas dan mereka masuk ke kamar Novia.

Ga lama mereka turun dengan memakai pakaian yang rapi dan modis.

Rara yang melihatnya hanya melongo dan mengamati pakaian mereka dari atas sampai bawah itu pun berulang kali.

"Mama sama Tante Novia mau kemana, kok bajunya rapi banget?" Tanya Rara

"Rara, mama sama Tante Novia keluar dulu ya kamu dirumah baik baik." Ucap Sarah.

"Kalian mau kemana?" Tanya Rara kembali.

"Kami mau ke toko buah dan toko baju, untuk sekalian pergi jalan jalan karena sudah lama kami tidak pergi berdua." Jelas Novia menatap Sarah dan tersenyum.

"Rara! Kamu di rumah saja jangan kemana mana, nanti nyasar kamu kan ga tau daerah sini." Ucap Sarah memperingatkan.

"Kamu juga nunggu Gilang pulang, nanti sore Gilang pulang kok, dan Tante minta tolong kalo Gilang pulang suruh dia makan." Ucap Novia.

"Iya Tante!" Jawab Rara mengerti.

"Kamu jangan usil ya Ra! Jaga sikapmu!!" Tegas Sarah.

"Iya mah, Rara ga akan usil kok." Jawab Rara tersenyum.

Novia dan Sarah pun pergi meninggalkan rumah dengan di antar oleh sopir. Rara juga melanjutkan membaca bukunya dan duduk di sofa ruang tamu.

Kemudian bibi datang membawakan jus jeruk untuk Rara yang sedang duduk di ruang tamu.

"Bibi kok repot repot sih, Rara nanti bisa ambil minum sendiri kan!" Ucap Rara melihat bibi meletakkan gelas berisi jus di depanku.

"Gapapa kok non ini sudah jadi tugas bibi." Ucap bibi.

"Kalau begitu makasih ya bi!" Ucap Rara tersenyum.

Bukan Jodoh  ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang