Kepergian

3 0 0
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi semua siswa berbondong bondong menuju parkiran untuk pulang.

Rara dan Citra yang masih di kantin dan mendengar bel pulang, mereka langsung menuju lapangan menemui pembina.

"Karena bel sudah berbunyi kalian semua boleh pulang, kita lanjutkan latihan besok!" Ucap pembina mengizinkan pulang.

"Siap kak, terimakasih!" Sahut mereka serempak.

Anggota Pramuka itu membubarkan barisan dan meninggalkan lapangan tersebut dengan tertib.

Rara langsung menuju kelas untuk mengambil tasnya, saat Rara hendak masuk kelas dia melihat Linda yang sedang mengangkat telfon.

Aku masuk dan langsung menghampirinya.

"Lin! Siapa yang telfon?" Ucap Rara karena melihat telfon yang Linda angkat adalah dari ponsel milik Rara.

Saat Linda berbalik Rara melihat Linda yang sedang menangis.

" Lin, kok Lo nangis, kenapa?" Tanya Rara khawatir.

"Ra! Ayo pulang, Lo udah boleh pulang kan?" Ucap Linda sambil menangis.

"Kenapa Lo nangis Lin? Ada apa?" Tanya Rara penasaran karena tiba tiba saja sahabatnya itu menangis.

"Udah, nanti Lo bakal tau, kita pulang aja dulu." Ucap Linda mengusap air matanya kasar.

Rara mengangguk dan pergi meninggalkan sekolah bersama Linda. Setelah beberapa menit berjalan, Mereka sampai di depan rumah Rara, Rara melihat ada bendera kuning di pagar rumahnya.

"Kok rumah gue rame ya Lin? Kenapa ya? Itu di pagar kenapa ada bendera kuning?" Ucap Rara masuk ke dalam bersama Linda.

Saat Rara masuk ia terkejut melihat Sarah terbaring kaku dilantai dan ditutupi kain putih panjang yang menutupi seluruh tubuh Sarah.

"Itu siapa ya Lin?" Tanya Rara berbisik pada Linda.

Ibunya Linda menghampiri Rara dan Linda dan langsung memeluk Rara.

"Tan, itu siapa? Dan apa yang terjadi?" Tanya Rara.

"Rara! Itu mama kamu nak!" Ucap ibu ya Linda menangis memeluk Rara dengan erat.

"Mama?" Ucap Rara tidak percaya dengan perkataan ibunya Linda.

"Iya itu mama kamu Ra! Kamu yang sabar ya, ikhlaskan mama kamu, dia sudah pergi ninggalin kita selamanya." Jawab ibunya Linda.

"Mah!" Ucap Rara masuk ke dalam diikuti Linda dibelakangnya. Orang orang yang melihat Rara pulang langsung menghampirinya.

"Mama! Kenapa mama tidur disini!" Ucap Rara memeluk Sarah dan menangis karena tidak percaya bahwa orang yang Rara sayang telah meninggal.

"Rara yang sabar ya, mamanya Rara udah ga ada lagi." Ucap ibunya Linda mengelus pundak Rara pelan, dan Linda ada di belakang Rara.

"Tante, mama kenapa? Apa yang terjadi?" Ucap Rara menangis karena kehilangan orang yang dia sayangi.

"Nanti biar Tante critain ke kamu ya, sekarang kamu ganti baju dulu, dan ikut memakamkan mama kamu!" Bujuk ibunya Linda.

Rara hanya menangis dan memeluk tubuh Sarah dengan erat.

"Linda! Kamu anter Rara ke kamar dan ganti baju, kamu pinjem baju Rara dulu." Lanjut ibunya Linda.

"Iya buk!" Linda menghampiri Rara dan menuntunnya masuk ke kamar.

"Linda! Nyokap gue Lin!" Ucap Rara memeluk Linda.

"Lo sabar ya, Tante Sarah udah tenang di sana sama om Gibran." Linda menenangkan Rara dan membantunya mengganti pakaian.

Jenazah Sarah di shalatkan di masjid, dan setelah selesai langsung dimakamkan.

"Mah! Kok mama ninggalin Rara, kenapa secepet ini mah, kenapa! Kenapa! Kalo ga ada mama Rara gimana? Rara bakal sendiri terus, kenapa mama tinggalin Rara sendirian kek gini mah!" Ucap Rara memeluk kuburan Sarah yang berada di sebelah kuburan almarhum Gibran.

Linda yang berada di belakang Rara langsung menghampirinya yang sedang memeluk makan Sarah dan Linda menenangkan nya.

"Ra! Lo harus kuat Ra! Lo yang tabah, Lo ga sendiri, Lo punya gue dan orang orang di desa ini Ra!" Ucap Linda menenangkan Rara.

Rara mengangguk dan pulang ke rumah. Mereka sampai di rumah Rara.

"Tante! Critain ke Rara kenapa mama bisa begini Tan!" Ucap Rara memandang ibunya Linda yang memberikannya minum.

Ibunya Linda duduk di samping Rara dan menjelaskan semua kejadiannya karena pada saat itu ibunya Linda bersama Sarah.

"Tadi siang, mama kamu minta bantuan ke Tante untuk membuat kue karena akan dibagikan ke seluruh warga desa."

"Setelah kami selesai membuat kue, mama kamu katanya mau nganter sendiri. Karena Tante khawatir sama mama kamu, Tante bujuk dia supaya Tante bisa bantu bagiin kuenya."

"Pas Tante ngasih salah satu kotak kue ke warga, mama kamu mau kasih ke rumah lain, yang rumahnya bersebrangan dengan rumah yang Tante antar kuenya."

"Mama kamu nyebrang jalan sendirian, waktu itu jalanan nya sepi banget, pas mama kamu sampe di tengah tengah, ada mobil yang ngebut."

"Karena mama kamu ga bisa menghindar sebab mobil itu terlalu cepat dan barang bawaan mama kamu juga berat jadi memperlambat jalannya."

"Mama kamu langsung tertabrak mobil itu, dan sampe terpental agak jauh karena mobil itu juga cepet banget. Barang bawaan mama kamu juga berserakan dimana mana. Tante dan tetangga yang liat langsung bantuin bawa ke rumah sakit terdekat, pas sampai stok darah golongan mama kamu habis, karena mama kamu kehilangan banyak darah, jadi mama kamu meninggal."

"Itulah yang buat mama kamu meninggal, Rara!" Ucap ibunya Linda menceritakan semua kejadiannya.

Rara menutup mulutnya karena terkejut.

"Tapi kan Tan! Di desa ini jarang banget ada mobil lewat." Ucap Rara penasaran.

"Mungkin orang yang nabrak mama kamu itu orang kota, kalo dipikir-pikir warga desa ini banyak yang punya kerabat yang tinggalnya di kota." Jelas ibunya Linda.

"Tante liat plat mobil pelakunya gak?" Tanya Rara.

"Iya, Tante sempet ngapalin plat mobilnya." Ucap ibu Linda.

"Buk katanya mobil itu ngebut, kok ibu bisa liat plat nomor mobil itu.?" Li da mulai penasaran.

"Iya, karena pas dia nabrak mamanya Rara, mobil itu berhenti tapi sopirnya ga turun dan langsung pergi." Jelas ibunya Linda.

"Berapa plat nomornya Tan?" Tanya Rara.

"Plat nomornya itu, AD 1234 EF, itu Ra plat nomor mobilnya." Jawab ibu Linda.

Rara mengangguk, dan dia berniat untuk mencari pelakunya dan minta pertanggung jawaban dari pelaku itu.

Rara yang sedang memeluk foto mamanya langsung meneteskan air matanya mengenang Sarah yang kini tinggal kenangannya saja yang ada.

"Mah! Rara bakal cari pelakunya dan minta tanggung jawab dari dia. Rara ga akan nyerah sebelum Rara tau siapa pelakunya." Ucap Rara memandangi foto mamanya.

"Rara kamu istirahat dulu ya biar Linda temenin kamu, dan buat tujuh hari kedepan, Tante sama Linda tidur dirumah kamu ya." Ucap ibu ya Linda.

Rara mengangguk dan Linda membawa Rara ke kamar untuk istirahat.

"Udah dong Ra nangisnya, jangan sedih lagi, gue bakal temenin Lo sampai kapanpun." Ucap Linda memberi semangat.

"Makasih ya Lin! Lo selalu ada buat gue, Lo memang sahabat terbaik gue." Ucap Rara memeluk Linda dan mengusap air matanya.

"Iya sekarang Lo istirahat dulu ya, jangan nangis lagi, nanti air mata Lo abis dan Lo ga bisa nangis lagi!" Sahut Linda.

Linda pun meninggalkan kamar Rara dan membiarkan Rara istirahat.

Bukan Jodoh  ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang