Malam hari telah berlalu, bibi menyiapkan kamar untuk Rara dan Sarah tidur malam ini.
Ketika Rara hendak masuk kamar, ada yang memanggilnya, dia adalah Gilang.
"Sut, sut! Di sini!" Bisik Gilang memanggil Rara.
Rara berbalik dan mendapati Gilang bersembunyi di balik tembok.
"Ya, ada apa?" Tanya Rara mengerutkan keningnya.
"Ikut gue, gue mau bicara bentar sama Lo." Ajak Gilang.
Rara menganggukkan kepalanya dan mengikuti langkah Gilang menuju balkon.
"Kenapa manggil gue?" Tanya Rara penasaran.
"Tadi nyokap gue cuman ngenalin doang dan ini gue belum kenal Lo secara langsung." Jawab Gilang canggung.
"Terus?" Sahut Rara basa basi sambil menahan senyum.
"Gue mau kenal sama Lo, gue Gilang Akbar Argantara, putra satu-satunya di keluarga Argantara." Ucap Gilang percaya diri sambil mengulurkan tangannya.
Rara melihat uluran tangan Gilang langsung membalasnya.
"Gue Kenara Nabil Adhitama." Ucap Rara memperkenalkan diri pada Gilang.
"Gue harus panggil Lo apa?" Tanya Gilang.
"Terserah Lo mau panggil gue apa." Jawab Rara menatap Gilang.
"Kalo gitu gue panggil Lo Rara aja, karena lucu kalo Lo dipanggil Rara." Sahut Gilang.
Rara tersenyum tipis mendengar ucapan Gilang yang mengatakan bahwa dirinya lucu, Gilang tersenyum melihat Rara tersenyum.
"Ra! Lo bener bener mau dijodohin sama gue? Lo ga keberatan?" Tanya Gilang penasaran.
"gue sebenernya keberatan, tapi apa daya gue. Demi nyokap gue bisa bahagia, apapun gue lakuin." Sahut Rara menatap Gilang yang lebih tinggi darinya.
"Lo sendiri?" Tanya Rara balik.
"Tadinya iya keberatan, tapi setelah liat kalo nyokap gue jodohin gue sama Lo, gue ga keberatan lagi." Jelas Gilang menatap Rara.
"Kenapa bisa gitu?" Tanya Rara penasaran karena pikiran Gilang yang berubah.
"Karena Lo cantik, Ra! Gue jadi tertarik." Jawab Gilang serius.
"Lo Mandang fisik ya, Lang?" Tanya Rara karena Gilang langsung menyukainya hanya dengan melihatnya.
"Enggak. Gue ga Mandang fisik Ra! Gue serius. Di luar sana gue banyak ketemu cewek cantik, tapi gatau kenapa pas liat Lo pertama kalinya, gue langsung suka sama Lo. Jangan jangan Lo pake pelet ya Ra?" Lanjut Gilang.
"Mana ada. Gue ga pernah pake hal hal gaib kek gitu. Jangan asal nuduh Lo, enak aja gue ditiduh pake pelet, emang gue cewek apaan." Sahut Rara.
"Iya gue tau kok, Lo ga akan pake pelet, keliatan dari muka lo, kalo Lo cewek biasa dan cewek baik baik!!" Tegas Gilang.
Rara mendongak menatap Gilang yang kini tengah menatapnya juga, mereka berdua saling bertatapan.
' kalo di liat liat Gilang ganteng juga, postur tubuhnya juga bagus, sedang gue apa? Gue kayaknya gak pantes buat Gilang. Gue jadi insecure sama diri gue sendiri.' ucap Rara di dalam hatinya.
Sadar bahwa Rara melamun Gilang menggoyangkan pundak Rara pelan agar dia sadar dengan lamunannya.
"Hei, jangan ngelamun lo, Rara, sadar." Ucap Gilang.
"Eh iya, kenapa?" Ucap Rara setelah sadar dari lamunannya.
"Lo ngelamunin apaan sih, sampe gue panggil panggil ga nyaut? Lo mikirin apa?" Tanya Gilang penasaran.
"Enggak kok, ga ada!" Ucap Rara menyakinkan Gilang.
"Jawab gue Lo ngelamunin apaan? Kalo Lo ga ngelamunin apa apa pasti ga sampe kayak tadi Ra! Jawab yang jujur Lo ngelamunin apaan?" Gilang memaksa Rara untuk bicara karena Gilang takut jika Rara berniat menjauhinya.
"Gue cuman, cuma insecure aja sama diri gue sendiri." Jawab Rara dan dia menundukkan kepalanya.
"Lo insecure kenapa? Apa yang salah sama Lo?" Tanya Gilang serius.
"Gue insecure karena gue kayaknya gak pantes buat jadi pasangan lo, Lang!" Jawa Rara.
"Kenapa bisa berpikir kek gitu?" Tanya Gilang tidak habis pikir kalo Rara merasa bahwa dirinya gak pantes ada di samping Gilang.
"Ya, secara kan Lo tampan, ganteng, postur tubuh Lo bagus dan Lo juga populer, banyak yang deketin Lo, banyak yang suka sama Lo. Sedangkan gue sendiri, dekil, jelek, dan....." Ucap Rara.
Sebelum Rara menyelesaikan perkataannya Gilang sudah memotongnya, jadi Rara menggantung ucapannya dan tidak melanjutkannya.
"Lo jangan mikir yang aneh aneh, Lo cantik kok Ra! Lo ga sama kaya apa yang Lo bilang barusan, percaya sama gue, Lo itu cewek pertama yang bisa buat gue jatuh cinta Ra!" Jelas Gilang memotong perkataan Rara.
"Iya gue percaya sama Lo!" Ucap Rara menatap Gilang yang kini juga menatapnya tajam.
Gilang tersenyum mendengar bahwa Rara percaya padanya karena memang hal yang baru saja Gilang katakan itu nyata adanya.
Senyuman Gilang di balas oleh Rara, mereka kini tengah saling menatap dan tersenyum satu sama lain.
kemudian tiba tiba terdengar suara Novia yang memecah senyum Gilang dan juga Rara, mereka pun mengalihkan pandangan dan berhenti tersenyum.
"Romantis sekali kalian berdua, mama bangga liatnya karena kalian udah akrab padahal baru ketemu setelah bertahun tahun lamanya." Ucap Novia bertepuk tangan dengan pelan dan tersenyum.
"Kalian terlihat sangat serasi." Ucap Sarah tersenyum menatap Gilang dan Rara.
Melihat putrinya sudah mulai menerima perjodohan ini Sarah yang ada dibelakang Novia tersenyum.
Mendengar suara Novia, Rara dan Gilang terkejut dan langsung menatap Novia dan Sarah yang ada di pintu balkon.
"Nanti lagi ngobrolnya, makan malam udah siap, sekarang ayo makan dulu Kenara pasti udah laper.
Rara mengangguk dan mengikuti langkah Novia dan Sarah ke ruang makan dengan Gilang.
Saat menuruni tangga, Rara melihat diruang makan sudah ada Adi yang menunggu dan beberapa pelayan yang menyiapkan makan malam.
Mereka duduk bersama di ruang makan, Gilang dan Rara duduk berhadapan, dan diam diam Gilang memperhatikan gerak-gerik Rara saat makan.
Novia yang melihat Gilang menatap Rara sedari tadi langsung menegurnya.
"Makan dulu nanti kan masih bisa ngeliatin Kenara lagi." Ucap Novia menepuk pundak Gilang.
"Iya mah!" Sahut Gilang tersadar dan melanjutkan makannya.
Novia melihat Rara yang sedang menyantap makanannya pun bertanya.
"Kenara gimana masakannya enak atau tidak?" Tanya Novia tersenyum.
"Masakannya enak kok Tante." Jawab Rara ramah.
"Bagus deh kalo gitu, kamu lanjutin makannya." Ucap Novia
"Iya Tante." Jawab Rara.
****
Malam menunjukan pukul sembilan malam, Rara sudah berada di kamarnya dengan Sarah.
"Ra, kamu terima perjodohan ini kan?" Tanya Sarah sambil menyiapkan tempat tidur.
"Rara butuh beradaptasi dulu mah, Rara masih belum siap untuk ungkapin perasaan Rara yang sebenarnya mah." Ucap Rara menatap Sarah.
"Ya sudah, kamu harus siap ya, jangan kecewakan mama! Mama percaya sama kamu Ra." Sahut Sarah.
Rara menganggukkan kepalanya pelan dan naik ke tempat tidur dan memejamkan mata diikuti Sarah yang menyelimuti Rara.
****
Di sebuah kamar, bersebrangan dengan kamar Rara dan sarah, itu adalah kamar Gilang, dia terlihat sedang memikirkan sesuatu di atas kasur.
"Cantik banget tuh cewek, mama pinter banget milihnya." Gumam Gilang melihat tangannya yang dijabat Rara.
Gilang terus memikirkan Rara sampai sampai dia tertidur lelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Jodoh ( SELESAI )
Romansaseorang pasangan yang dijodohkan dengan orang tua mereka tapi takdir berkata lain