11. Terror

842 123 72
                                    

Diakui Sev, ia sudah membunuh banyak orang selama ini. Tidak sebanyak Zade mungkin, sesuatu yang diungkit-ungkit terus oleh Zade dan selalu membuatnya kesal, tapi Sev tahu ia membunuh cukup banyak.

Dan ia melakukannya untuk banyak alasan. Entah itu balas dendam, perebutan kekuasaan, perkelahian, hell... ia bahkan pernah membunuh seseorang hanya karena pria itu menyerempet mobilnya lalu kabur.

Namun dari semua alasan yang pernah digunakannya untuk membunuh seseorang, tidak pernah Sev melakukannya karena seorang wanita. Bukan hal yang mengejutkan sebenarnya, karena ia tidak pernah peduli pada seorang wanita sebelum ini.

Oh well, selalu ada pertama kali untuk semuanya.

Ketika sedang mencari Evie, Sev tidak mengira bahwa ia akan melihat pemuda-pemuda itu berusaha menculik Little Dove-nya di dalam gang sempit yang sepi. Orang-orang itu sudah berani menyentuh merpatinya. Membuat wajah cantik itu ketakutan dan gemetaran.

Tidak. Ia tidak akan biarkan.

Saat itu juga, ia sudah memutuskan bahwa ia akan membunuh mereka.

Sev sebenarnya sudah hendak melakukannya siang tadi di gang, tapi melihat betapa takutnya Evie ketika itu, Sev tidak ingin membuat wanita itu makin ketakutan.

Jadi ia menunggu. Ia memerintahkan anak buahnya untuk mencari tahu tentang pemuda-pemuda itu dan voilà, 6 jam kemudian, ia berdiri di depan rumah pemuda yang berani menempelkan telapak tangannya ke bibir manis Little Dove.

Sementara Sev membiarkan yang lain menunggu giliran, ia memutuskan untuk memberi Gabe kehormatan menjadi yang paling pertama. Kebetulan juga asshole itu sendirian di rumah, jadi..., beruntung baginya.

Sev mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah untuk memastikan tidak ada yang mengamati sebelum menekan bel yang ada di beranda depan. Ski mask yang ia kenakan menyembunyikan identitasnya, tapi tetap saja, akan menyebalkan jika sampai apa yang ingin dilakukannya terhenti karena seseorang berteriak atau polisi datang.

Suara 'tet' dari bunyi bel pintu yang nyaring terdengar melewati pintu rumah hingga ke tempat Sev berdiri.

Sekarang baru pukul 8 malam, Gabe tidak mungkin sudah tidur.

Sev menjulurkan lagi tangannya dan menekan bel dengan ritme panjang hingga lampu di dalam rumah menyala, dan sebuah teriakan terdengar.

"Ya!Ya! I am coming!"

Sev menyeringai. Show time.

Sev menaikkan pergelangan tangannya untuk melihat jam sebelum memundurkan dirinya kembali ke dalam bayangan beranda.

Membunuh seorang anak SMA untuk alasan pribadi mungkin terkesan tidak waras. Sesuatu yang dilakukan serial killer. Atau Zade. Namun Sev juga tahu pria seperti apa Gabe itu.

Orang yang terlindungi oleh keamanan dan kepopuleran. Seseorang yang bisa berubah dari murid SMA menjadi penculik lalu pemerkosa semudah membalikkan telapak tangan. Jika dipikir-pikir, bisa dibilang ia membantu membersihkan sampah masyarakat masa depan dengan membunuh pria itu.

Suara langkah kaki yang mendekat terdengar sebelum pintu terpentang terbuka. Wajah bodoh itu terlihat kebingungan ketika tidak menemukan siapa-siapa di luar.

Sev bisa melihat Gabe melangkah maju sebelum menoleh dan membelalak ketika melihat kilasan wajahnya yang bersembunyi dalam kegelapan.

"Hei, man," Sev menyapa sambil melebarkan senyumannya membentuk sebuah cengiran melewati lubang topeng ski.

"What the–"

Sebelum Gabe sanggup menyelesaikan kalimatnya, Sev menyelipkan dirinya ke belakang pria itu dan meraih kepala Gabe. Kemudian, dalam satu gerakan yang cepat dan mendadak, ia memuntir leher pria itu hingga berputar 180 derajat dalam sudut yang janggal.

Savage [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang