41. Unwanted and Unloved

937 129 72
                                    

Sebelum makan, Sev memperkenalkannya pada Annie yang sedang memasak. Wanita itu memeluk Evie dengan hangat, dan seperti yang dikatakan oleh Sev, memberitahunya bahwa ia dulunya adalah nanny Sev dan sering menggantikan popok pria itu ketika masih kecil.

George masuk ketika makan malam siap, dan mereka semua duduk di depan meja makan dengan lantai hitam putihnya dan makan bersama layaknya sebuah keluarga.

Evie bisa merasakan air matanya menumpuk ketika ia akhirnya kembali duduk di mobil.

"Ibumu adalah wanita yang luar biasa, Sev," Evie berkata setelah mobil mereka bergerak.

"Ya," jawab Sev pelan. "Ia luar biasa, tapi ia juga tidak sempurna. Waktu aku dan Zade masih kecil, sering kali aku berharap ia akan menghentikan ayah saat memukuli kami. Tapi dia tidak pernah melakukannya. Ia hanya duduk di meja dapur dengan rokok di tangan dan membiarkan ayah menghajar kami habis-habisan. Kadang aku marah padanya... tapi di sisi lain, aku juga paham—ia sama takutnya seperti kami semua."

Evie menoleh ke arah Sev dan memperhatikan garis tegas di rahang pria itu.

"Tapi ia mencintaimu," Evie membalas.

Sev mengangguk.

"Ya. Ia mencintaiku," pria itu menggumam pelan, seolah berbicara lebih kepada dirinya sendiri.

Evie tersenyum tipis, hampir tak terlihat.

"Kau lebih beruntung dalam hal itu," Evie berkata dengan nada datar. "Setidaknya kau memiliki seseorang yang peduli padamu."

Sev menoleh, meraih tangan Evie, dan membawanya ke bibirnya. "Kau juga memiliki seseorang yang peduli padamu, little dove," bisiknya dengan lembut sambil mengecup tangan itu. "Aku akan menyeberangi lautan api hanya untuk menjangkaumu."

Evie tergelak oleh komentar Sev yang berlebihan, dan meski kalimat itu terkesan penuh gombalan dan murahan, Evie tidak bisa menahan wajahnya untuk tidak memerah.

"Terima kasih, Sev," Evie akhirnya menjawab pelan. "Itu berarti lebih dari yang bisa aku ungkapkan."

Tidak banyak yang terjadi selama perjalanan pulang, kecuali tangan Sev yang terus menggenggam tangan Evie. Bahkan ketika harus mengganti gigi mobil, pria itu akan menarik tangan Evie bersamanya agar bisa mengganti perseneling bersama-sama.

Evie menemukan bibirnya tersenyum lebar setiap pria itu melakukan karena semua ini terasa benar-benar konyol tapi juga sangat manis.

Setibanya di depan apartemen, Sev memarkirkan mobilnya dan segera membukakan pintu untuk Evie. Mereka baru saja hendak berjalan menuju pintu ketika seseorang menepuk pundak Sev dari belakang.

Sev menoleh, wajah yang tadinya penuh senyuman dengan cepat berubah menjadi keterkejutan.

"Hei, babe!" Suara seorang wanita dengan nada yang ceria terdengar.

Evie ikut menoleh dan bisa merasakan badannya membeku. Ia ingat wanita itu. Wanita berambut pirang itu adalah wanita yang pernah dilihatnya di toko buku, wanita sama dengan yang pernah dikencani oleh Sev.

Mengabaikan Evie seakan ia tidak ada di sana, wanita itu menatap Sev dengan senyuman lebar di bibir.

"Apakah kau ingat padaku?" wanita itu bertanya.

"Ya, tentu saja aku ingat," Sev membalas dengan suara tajam. "Aku juga ingat pernah mengatakan untuk berhenti menggangguku, bukan? Jadi, pergi dari sini. Aku sedang berkencan dengan kekasihku."

Wanita itu kini melirik ke arah Evie yang masih berdiri di sebelah Sev, seakan baru menyadari kehadirannya. "Oh hei, aku ingat padamu," wanita itu berseru dengan nada tajam. "Kau adalah perempuan yang ada di toko buku waktu itu, kan?"

Savage [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang