28. Little Moments of Happiness

880 143 78
                                    

"Empat."

Sev melihat wanita itu mengejang bersamaan dengan berakhirnya hitungan.

Lenguhan Evie yang kasar terdengar bak sebuah musik di telinga Sev. Tubuh kecil itu melengkung dan menggeliat ke atas sementara suara kecipak air yang menciprat memenuhi kamar mandi.

Sev merasa jantungnya hendak meledak melihat keindahan yang ada di depannya. Ia bukanlah pria yang pencemburu, jadi ia tidak paham bagaimana ia sekarang bisa cemburu pada jari yang berada di dalam wanita itu. Karena demi Tuhan, betapa ia berharap dirinya yang berada di dalam wanita itu dan klimaks di sana.

Ketika desakan di antara pahanya menjadi semakin tak tertahankan, Sev menggigit rahangnya dan menggeram. Tubuhnya menegang, dan ketika pelepasannya akhirnya datang, Sev merasa ingin menghantamkan kepalan tangannya ke dinding bak mandi hanya untuk melepaskan sebagian dari tekanan yang dirasakannya di bawah sana.

"Fucking hell," pria itu menggumamkan umpatan di bawah nafasnya yang terengah-engah sebelum kembali mendongak. "Oh, little birdie. Aku sudah tidak sabar untuk mendapatkan persetujuanmu. Aku berani bertaruh kau akan terasa sangat manis di mulutku."

Evie menatap ke arah Sev sambil menggigit bibirnya yang gemetaran seakan menahan rintihan keluar. Ketika wanita itu orgasme, Sev bisa melihat bahwa wanita itu menikmati, tapi gini kenikmatan mulai mereda, ia bisa merasakan wanita itu kembali terlihat ketakutan.

Sev mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak tergesa-gesa. Semua akan ada waktunya. Ia menunduk dan melepaskan desahan napasnya ketika melihat keadaannya yang belepotan ke mana-mana.

Fuck. Ia masih berlutut di lantai, penis lemas di tangan sementara mani bercecer ke mana-mana. Semua ini mengingatkannya akan masa ketika ia masih di bangku SMA dan salah satu cheerleader mengocoknya di ruang locker setelah latihan hockey. Ia tidak ingat lagi siapa nama wanita itu, Sarah mungkin? Setidaknya ketika itu ia menyemburkan maninya ke dada montok Sarah dan bukannya ke celananya sendiri.

Baru saja Sev memutuskan untuk mengabaikan kondisinya yang menyedihkan, Evie meraih pinggiran bak mandi dan melongok ke bawah.

"You shot your cum everywhere."

Komentar Evie yang vulgar tapi diucapkan dengan wajah polos itu membuat Sev tergelak.

"Yeah, baby. Sepertinya begitu," ia menjawab sambil menarik tangannya lepas dari penisnya. "Apakah kau mengizinkanku masuk ke bathtub dan mandi bersamamu? Aku berjanji hanya untuk mandi."

Meski ragu, perlahan Evie mengangguk. "Okay."

"Terima kasih, Dove."

Evie memundurkan tubuhnya ke satu sisi bath tub sementara Sev berdiri dan mulai melucuti pakaiannya. Meninggalkan tumpukan bajunya di lantai kamar mandi, Sev kemudian mencelupkan dirinya ke dalam dan duduk.

Ukuran bathtub yang besar, memberi ruang bagi mereka untuk berada di dalam tanpa bersentuhan, yang membuat Sev tentu saja merasa sepenuhnya tidak berguna.

Ia menyalakan pancuran air dan meraih botol shampo yang ada di pinggiran bathtub.

"Membaliklah agar aku bisa mencuci rambutmu, baby," Sev memberi perintah.

Evie menurut dan tanpa banyak bicara Sev melakukan pekerjaannya. Ia menuangkan shampo ke telapak tangan sebelum dengan lembut mulai mencuci rambut Evie.

Wanita itu memeluk lututnya sendiri sementara Sev menggosokkan shampo. Ketika itulah Sev menyadari potongan rambut Evie yang tidak rata.

"Apakah kau memotong rambutmu sendiri, baby dove?" Sev bertanya sambil menjalankan jemarinya ke bagian rambut Evie yang tidak rapi.

Savage [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang