Suara tembakan yang menggema di udara menghentikan langkah kaki Evie.
"What the hell was that?" Evie bertanya sambil menoleh ke belakang.
"Paling hanya salah satu sound effect yang mereka gunakan," Serena membalas tanpa menghentikan langkahnya.
Pintu yang mereka lewati menutup. Dan ketika ia tidak lagi melihat Sev, Evie bisa merasakan dirinya panik. Ia menoleh ke arah Serena yang masih menggandeng tangannya dan berkata, "Kurasa lebih baik kita berhenti, Serena."
"Apa? Why?" Serena membalas tanpa menoleh.
Evie kembali menoleh ke belakang. Mereka membelok dan pintu itu tadi dilewatinya sudah tidak lagi terlihat. Ia mengarahkan pandangannya ke sekeliling dan hanya melihat bayangan mereka berdua melewati lorong berliku penuh cermin yang ada di sekelilingnya.
"Karena kita harus menunggu Sev," Evie mendesis, suaranya pecah di antara napas yang terengah.
Tapi Serena menggeleng. Wanita itu terus menariknya melewati lorong penuh cermin yang kini terasa makin membingungkan karena disusun menyerupai labirin.
"Sev is a big boy, Evie," Serena menjawab cepat. "Ia akan menemukan kita. Lekas. Kita tidak bisa membiarkan Annabelle menangkap kita. Ikuti saja aku. Aku tahu jalan keluar yang cepat."
Jantung Evie berdetak semakin keras mengikuti langkah kaki Serena yang lebar. Kecemasan menggumpal dalam dada, dan semakin lama ia terpisah dari Sev, semakin berat pula gumpalan itu mengganjal.
Ada sesuatu yang salah tentang semua ini.
Mengetahui Sev, pria itu tidak akan mungkin membiarkannya berkeliaran sendirian di rumah mengerikan penuh monster seperti ini, kecuali ada sesuatu yang terjadi.
Cerita Sev tentang musuh-musuhnya yang selalu berupaya mencari celah untuk bisa membunuhnya hanya membuat perasaan tidak enak itu semakin menggelembung. Ia tidak akan memaafkan pria itu jika sampai pria itu mati dan meninggalkannya sendirian. Dan dengan banyaknya benih yang disemprotkan pria itu ke dalamnya, bagaimana jika dirinya hamil? Ia tidak ingin menjadi single mom di usia muda seperti ini. Hell no.
"Tidak!" Evie berhenti dan menarik tangannya lepas dari cengkeraman tangan Serena. "Aku perlu mencari Sev."
"Hei, Evie!"
Mengabaikan teriakan Serena, Evie membalik untuk kembali menyusuri langkahnya. Sayang, baru dua langkah, sesuatu yang keras memukulnya dari samping dan membuatnya terpelanting ke samping.
"Shit!" Teriakan Serena terdengar sementara Evie menjerit.
Evie menarik napas tajam sambil mengerang kesakitan. Bahunya menabrak cermin dan ia terjatuh ke atas serpihan kacanya yang pecah berantakan. Dengan rasa perih merambat sepanjang lengannya, Evie menunduk dan bisa melihat telapak tangannya tertusuk oleh pecahan kaca.
"Dasar Bodoh!" Serena menjerit marah dari tempatnya berdiri. "Ayahku akan marah jika sampai kau merusak barangnya."
"Apa lagi yang bisa kulakukan?" suara lain membalas. "Ia hendak kembali ke pria itu."
Evie mengerang, menahan napas saat menarik pecahan kaca yang tajam dari telapak tangannya. Seketika, darah hangat mengalir, dan menetes membentuk noda gelap di lantai di bawahnya.
"Fucking idiot," makian dari Serena kembali terdengar. "Kau bisa saja menggendongnya, tidak perlu memukulnya sekeras itu. Periksa apakah ia tidak apa-apa."
Suara langkah kaki terdengar dan Evie bisa merasakan seseorang berdiri di depannya.
Orang itu berjongkok dan sebuah wajah berhadapan dengan milik Evie. Connor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Savage [TAMAT]
RomanceBuku ke 3 dari serian Black|| Mafia Story|| Dewasa, sadis, 18+|| Savage 'Sev' Black. Termuda dari ketiga Black bersaudara, semua mengatakan bahwa Sev adalah yang paling tidak terkontrol dari ketiganya. Paling impulsif, paling sulit ditebak, dan be...