"Perjanjian adalah perjanjian, little dove." Suara pria itu terdengar mengerikan dan rendah ketika melanjutkan, "Semua tindakan memiliki konsekuensi. Kurasa itu adalah yang perlu kau pelajari dari kejadian ini."
Menggeram, Evie memaksakan tubuhnya untuk bergerak dan berlari melewati Sev. Mungkin ia bisa naik ke atas dan mencari tempat untuk bersembunyi. Kabur dari pria itu.
Mungkin ia bisa masuk ke kamar dan mengunci dirinya di dalamnya. Benaknya berputar memikirkan semua kemungkinan sementara ia meraih pegangan tangga dan melompat menaiki dua anak tangga sekaligus.
Evie mendengar suara Sev yang tergelak sebelum sapuan angin menyapu dari belakang. Ia melirik dan bisa melihat pria itu berada tepat di belakangnya.
"Ah!" Evie melepaskan jeritan dan mempercepat langkahnya. Ia berhasil naik ke lantai dua dan kini berlari di lorong.
Keputusasaan dan panik menutupi akal sehat Evie. Ia tidak lagi bisa berpikir, hanya bergerak.
Ia sudah hampir mencapai kamarnya ketika sepasang lengan kokoh melilit pinggangnya dan mengangkat badannya naik.
"TIDAK!" Evie menjerit. Kakinya menendang ke udara sementara ia berusaha melawan pegangan tangan yang mengangkatnya naik.
"Jangan melawan, Evie," pria itu menggeram sambil memutar tubuh mereka menabrak dinding.
Napas Evie terlepas dari paru-paru ketika punggungnya menabrak dinding. Menggunakan tembok di belakangnya sebagai jangkar, ia menendang Sev yang menghimpit di depan.
"Lepaskan aku, asshole! Keparat menjijik–"
"Teruslah mengumpat, Dove," pria itu menggeram. "Kau hanya akan membuat dirimu sendiri terluka."
Kehabisan napas dan kehabisan tenaga sementara pria itu menekan tubuhnya yang menggeliat ke dinding, Evie akhirnya berhenti.
"Kita memiliki perjanjian, bukan?" pria itu bertanya.
Setetes air mata meluap dari kelopak mata Evie yang dikejar oleh lebih banyak tetesan lain.
"Aw... Jangan menangis, little dove," pria itu berkata dengan suara penuh bujukan. "Aku mungkin adalah seorang pria keparat, tapi aku menganggap perjanjian yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh."
Napas pria itu mengipasi pipi Evie sementara pria itu menekankan dirinya lebih dalam. Pria itu jauh lebih besar dari Evie. Jauh lebih tinggi. Tubuh Sev yang lebar membungkus badan mungil EVie hingga yang bisa wanita itu lihat, bisa wanita itu rasakan hanyalah pria itu mengelilinginya. Panas, dan beraroma khas yang hanya dimiliki oleh pria itu dan tubuhnya yang kekar.
"Aku tahu kau takut," pria itu berbisik, mengirimkan getaran dingin sepanjang tulang punggung Evie. "Aku tahu kau ingin menangis. Aku tahu kau ingin memohon kepada Tuhan untuk menyelamatkanmu."
Evie bisa merasakan sentuhan tangan pria itu di wajahnya dan ia menggerakkan wajahnya mundur dengan cepat.
Jemari pria itu dengan lembut menyusuri tulang pipinya, ke rambutnya, menyelipkan helaiannya yang lepas ke belakang telinga.
"Kau gemetaran melawan sentuhanku karena kau terbiasa dilukai."
"Hentikan," Evie membalas, hanya sejauh itulah yang bisa dilakukannya. Ia terlalu gemetaran dari ujung kepala hingga ujung kaki dan ia tidak bisa berkata apa-apa..
"Kau mengira bahwa aku sama dengan Henry yang selalu melukaimu, tapi disitulah kesalahanmu, Evie. Satu-satunya yang akan kau rasakan dari sentuhanku adalah kenikmatan," pria itu menggeramkan sebuah tawa rendah yang mengerikan sebelum melanjutkan, "Aku akan mengirimkanmu ke surga, baby dove."
KAMU SEDANG MEMBACA
Savage [TAMAT]
RomanceBuku ke 3 dari serian Black|| Mafia Story|| Dewasa, sadis, 18+|| Savage 'Sev' Black. Termuda dari ketiga Black bersaudara, semua mengatakan bahwa Sev adalah yang paling tidak terkontrol dari ketiganya. Paling impulsif, paling sulit ditebak, dan be...