Sev menarik napas dalam-dalam sambil melirik Rolexnya.
Satu jam.
Sudah satu jam ia berada di tempat parkiran itu untuk menunggu.
Sev menggelengkan kepala sebelum tergelak menertawai dirinya sendiri layaknya orang gila
Christian mengatakan bahwa Evie ada tes tambahan sepulang sekolah karena harus mengejar ketinggalan setelah bolos beberapa kali minggu lalu.
Gadis itu sudah membuatnya merasa seperti orang bodoh setiap kali. Bahkan ketika ia memiliki banyak anak buah yang bisa diperintahnya, ia tetap ingin berada di sana menjemput Evie dari sekolah.
Zade mengatakan bahwa jika ia tidak serius, ia sebaiknya melepaskan wanita itu, dan jujur, Sev tahu itulah yang seharusnya dilakukannya. Jika ia tidak bisa memberikan apa yang pantas untuk Evie, maka melepaskannya adalah pilihan terbaik. Namun semakin ia membayangkan hendak melepaskan wanita itu, semakin ia merasa kesulitan untuk melepaskan. Ia merasa layaknya seorang pecandu yang membutuhkan dosis berikutnya.
Ia tertarik akan semua hal yang dimiliki oleh wanita itu. Caranya berjalan, caranya berbicara. Caranya mengerutkan hidung saat kesal.
Semua yang dilakukan wanita itu membuat Sev semakin terperangkap. Evie mungkin adalah wanita paling keras kepala dan kekanak-kanakan yang pernah ditemuinya, tapi wanita itu juga penuh dengan api dan keinginan untuk bertahan.
Ia tahu Evie tidak sepenuhnya sadar betapa kuat daya tarik yang dimiliki wanita itu untuknya, tapi justru itulah yang membuat Evie semakin menarik. Dan yang paling membuat Sev semakin terjerat adalah bagaimana Evie terasa di bawah sentuhannya. Aroma manis wanita itu yang memabukkan menjadi candu yang tak bisa ia lepaskan. Cara bibir merah itu saat menahan rintihan, suara jeritan lembut dan rintihan nikmat dari wanita itu akan selamanya menghantui pikirannya, seolah-olah ia butuh lebih dari itu, lebih dari Evie, setiap waktu.
Sev sadar ini bukan lagi sekadar obsesi. Ini lebih dari sekadar permainan yang biasanya ia mainkan. Tidak. Ia sudah kelewat jauh—ia sudah terlalu terikat pada wanita itu, ia sadar bahwa ia tidak akan pernah bisa benar-benar melepaskan Evie.
Sev meraih ke dalam sakunya dan mengeluarkan celana dalam berenda milik Evie. Didekatkannya benda itu ke hidungnya dan ditariknya napasnya dalam-dalam. Ia bisa merasakan kekakuannya menegang oleh apa yang dihirupnya.
"Ia milikku, Zade...," Sev menggeram seakan kakaknya itu ada di depannya. "Ia membuatku merasa gembira dan aku tidak akan melepaskannya. Kau tidak perlu khawatir tentang musuh-musuh kita, karena aku sanggup melindunginya."
Ia sudah bisa membayangkan apa yang akan dikatakan kakaknya. Atau apa yang akan dikatakan ayahnya jika pria itu masih hidup.
Baiklah, Sev. Mari kita berharap kau benar. Mari kita berharap bahwa kau tidak mengecewakan gadis ini seperti yang kau lakukan seumur hidupmu.
Tentu saja ia benar. Ia akan membuktikan bahwa dirinyalah yang dibutuhkan oleh Evie.
Suara ponsel yang berdenting mengalihkan perhatian Sev. Ia memasukkan celana dalam Evie ke saku dan meraih ponselnya.
Sebuah notifikasi email masuk dari Franco dengan subject: Halloween Party terlihat di layar.
Sev membuka file yang terlampir dalam email dan sebuah informasi tentang Serena muncul. Ia memang memerintahkan Franco untuk mencari tahu segala sesuatu tentang pesta Halloween yang akan didatanginya akhir pekan ini. Evie menyebutkan nama Serena Crawley. Ia ingin memeriksa siapa wanita itu dan memastikan bahwa Serena bukanlah ancaman, terutama bagi Evie.
Sev mulai membaca biodata yang masuk.
Anak bungsu dari dua bersaudara. Ayah pengacara dan ibu yang bekerja sebagai agen asuransi, tidak ada yang mencurigakan dari keluarga itu. Sev memeriksa daftar nama anak-anak yang kemungkinan akan datang dan ia berhenti ketika sampai ke nama Connor dan Archie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Savage [TAMAT]
RomansaBuku ke 3 dari serian Black|| Mafia Story|| Dewasa, sadis, 18+|| Savage 'Sev' Black. Termuda dari ketiga Black bersaudara, semua mengatakan bahwa Sev adalah yang paling tidak terkontrol dari ketiganya. Paling impulsif, paling sulit ditebak, dan be...