63. Revenge is A Dish

570 54 6
                                    

Versi full sudah publish di Karya karsa. Silahkan ke sana untuk membaca ya. Link ada di profil wpku.

***

***

Cuplikan

Beberapa minggu kemudian.

Lima orang, dua di kanan, dua di kiri. Satu duduk di hadapan Sev di kepala meja. Kelimanya mengamatinya dengan mata waspada.

Ia tidak membawa senjata sama sekali. Pistolnya sudah digeledah sebelum ia masuk ke dalam.

"Ini seharusnya hanyalah makan malam biasa, Tuan Black," pria yang menjaga pintu berkata. "Tidak ada senjata sama sekali di ruang makan."

"Tidak masalah," Sev membalas dan meninggalkan semua pistol yang dibawanya ke atas meja.

Penjaga itu memeriksa, tapi tidak menemukan apa-apa. Sev sudah tahu untuk tidak membawa lebih dari satu karena yakin ia pasti akan diperiksa sebelum diizinkan masuk. Dan seperti biasa, ia benar.

Tapi ia tidak butuh pistol untuk membunuh seseorang, bukan? Ia cukup mematikan bahkan tanpa senjata.

Berjalan melewati lusinan bodyguard yang menjaga tempat itu, ia membawa sebotol whisky yang dibawanya sebagai hadiah sebelum melangkah masuk ke dalam rumah megah Sang Senator.

Bodyguard itu menggiringnya melewati lorong rumah yang panjang menuju ke ruang makan. Sebelum masuk, pria itu menjulurkan tangannya ke arah Sev dan tersenyum.

"Biar kuletakkan ke atas meja untukmu, Tuan Black."

"Ah," Sev menjawab sambil menyerahkan botol whisky yang dibawanya kepada pria itu. "Thank you."

Pria itu meraih botol dan meletakkannya ke atas meja sebelum keluar dan menutup pintu.

"Please, sit," Sang Senator menjulurkan tangannya ke arah kursi kosong yang ada di seberangnya.

Sev membuka kancing jasnya dan duduk.

"Kau kenal Herman." Sang Senator menunjuk.

"Ah ya tentu saja," Sev membalas. Herman fucking Spencer. Pria yang sudah berani menculik Evie sekaligus ayah dari Serena. "Halo."

Herman mengeratkan rahangnya sambil mengangguk. "Halo, Tuan Black."

"Kemudian ini Gilbert, Kensington, Terry, dan Lionel," Sang Senator melanjutkan, menunjuk pria yang duduk di sebelahnya satu persatu. "Mereka pengacara-pengacaraku."

Sev mengangguk ke arah pengacara-pengacara itu. Mereka semua mengenakan pakaian yang sama. Setelah berwarna hitam dan dasi. Jam tangan bermerk dan sepatu mengkilap. Keempatnya mengangguk kepada Sev dengan senyuman yang dibuat-buat. Orang-orang itu tampak takut padanya. Sudah sepantasnya mereka takut. Burung bangkai-burung bangkai itu sedang berhadapan dengan beruang.

-ˋˏ✄┈┈┈┈


Savage [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang