Restoran terlihat ramai malam ini. Wajar karena ini malam minggu.
Sev baru saja selesai menyantap burgernya dan hendak merokok ketika ponselnya berdering. Ia menarik sebatang rokok keluar dari bungkus dan memainkannya di tangan sebelum menjawab, "Ya?
"Jadi apa yang kau dapatkan dari Tony?" Zade bertanya melalui telepon. Suara pria itu terdengar datar seperti biasa.
"Tidak banyak," Sev menjawab sambil mengetuk-ngetukkan rokoknya ke meja. Matanya tanpa sengaja berpapasan dengan dua wanita cantik di meja sebelah yang kini berbisik-bisik sambil tersenyum ke arahnya. Sev tersenyum balik dan keduanya langsung cekikikan dengan wajah merah. Keduanya memiliki rambut pirang dengan dada besar yang pasti terlihat luar biasa ketika sedang digoyang.
"Sev, hei." Suara Zade yang kesal mengalihkan perhatian Sev kembali ke sambungan telepon genggamnya.
"Ia mengatakan bahwa ia hanya mengatur lelang," Sev menjawab. "Ia tidak tahu dari mana saja gadis-gadis itu berasal atau siapa yang ada di balik semua ini. Tapi ia memberiku nama dan nomor rekening yang digunakan untuk menyetorkan hasil pelelangan."
"Siapa?"
"Seseorang dengan nama Hernandez Muer. Aku sudah memeriksa, tidak ada keluarga mafia dengan nama itu di U.S dan nomor rekening yang digunakan juga berasal dari bank di Luxemburg." Sev menyelipkan rokoknya kembali ke bungkusnya dan menghela napas. "Ini semua mulai terasa seperti pengejaran yang buang-buang waktu, Zade. Tidak bisakah kita melupakan mereka? Selama mereka tidak beroperasi di wilayah kita, peduli apa kita dengan semua ini."
"Hm," gumaman terdengar dari kakaknya.
Sev bisa merasakan pria itu masih tidak puas tapi juga setuju dengan ucapannya.
"Baiklah," Zade melanjutkan. "Aku akan memberitahu Stone dan membicarakan tentang masalah ini. Akan aku kabari jika ada perubahan rencana."
"Okay, brother."
Sev sudah hampir menutup ponselnya ketika mendadak Zade menambahkan.
"Hei, bagaimana kabar wanita itu, by the way?"
"Wanita yang mana?"
Zade mendengkus. "Jangan pura-pura bodoh, Sev. Anak SMA itu. Evie. Bagaimana kabarnya? Sudah seminggu aku tidak mendengar apa-apa di grup."
Sev bisa merasakan kekakuan di lehernya muncul oleh kalimat kakaknya. Ia memutar lehernya dan mengerang oleh rasa nyeri yang mendadak menyerang.
Sev mengangkat tangan ketika seorang pelayan lewat. Begitu pelayan itu mendekat, Sev membisikkan sesuatu ke pelayan itu yang langsung mengangguk dan berkata, "Segera, Tuan Black."
Begitu pelayan itu menghilang, Sev mengalihkan kembali perhatiannya pada Zade.
"Aku tidak tahu," Sev menjawab. "Ia memintaku untuk berhenti menghubunginya. Jadi aku berhenti menghubunginya"
Suara gelak tawa dari ujung sambungan terdengar.
"Dan kau menyerah begitu saja?"
"Apa lagi yang bisa kulakukan? Tidak mungkin aku menculik dan mengurungnya hingga ia bersedia pergi berkencan denganku kan?"
"Mengapa tidak? Bekerja dengan sempurna untukku."
"Yeah well... Evie bukan Niamh. Ia akan membenciku seumur hidup jika aku melakukan apa yang kau lakukan untuk mendapatkan istrimu. Fuck, bisakah kita tidak membicarakan masalah ini."
"Oh come on, little brother. Jangan menyerah," Zade membalas. "Ikan yang paling sukar ditangkap, biasanya adalah yang paling langka, bukan?"
Sev tergelak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Savage [TAMAT]
RomansaBuku ke 3 dari serian Black|| Mafia Story|| Dewasa, sadis, 18+|| Savage 'Sev' Black. Termuda dari ketiga Black bersaudara, semua mengatakan bahwa Sev adalah yang paling tidak terkontrol dari ketiganya. Paling impulsif, paling sulit ditebak, dan be...