42.

1.1K 40 2
                                    

ceklek

suara pintu terbuka mendapatkan atensi Levi yang sedari tadi fokus melamun menatap kesunyian dunianya sendiri. Levi menatap seorang dokter perempuan yang amat cantik dengan kenaturalannya itu menghampiri Levi dengan perawat dibelakangnya.

"katanya lukamu kembali mengeluarkan darah?" tanya sang dokter dengan nama 'dokter mina' yang terdapat pin didadanya.

Levi menaikkan sebelah alisnya, bagaimana dokter Mina mengetahuinya?.

"siapa yang memberi tahu dokter?" tanya Levi dengan ucapan formalnya.

"temanmu" ucap sang dokter sambil mengambil seuntai kapas untuk kembali membersihkan luka milik Levi.

"teman?" gumamnya. dokter Mina mengangguk singkat.

"buka setengah bajumu" suruhnya dan langsung dilaksanakan oleh Levi tanpa bertanya kembali.

....

luke, tengah berada dikantin rumah sakit. dia hendak membeli minuman untuk dirinya sendiri. kopi, itulah yang akan ia beli. dia tidak berniat untuk meninggalkan Levi tadi. hanya pikiran buruk Levi saja yang membaca kalo Luke akan meninggalkannya.

Luke tengah menunggu pesanannya dibuatkan dengan menunggunya duduk santai sambil membuka layar ponsel.

....

seuntai bunga sudah dibeli oleh seorang gadis dengan rambut yang terurai indah. gadis berumur 16 tahun ini tengah membeli bunga Lily yang indah dan wangi untuk seseorang.

kembalinya dari Prancis karena mendengar seseorang yang tengah berbaring dirumah sakit.

mengucapkan sepatah kata terimakasih karena telah dilayani cukup baik oleh pegawai ditoko bunga yang ia datangi.

dengan bunga Lily yang terbungkus hiasan kertas itu membuat sang bunga nampak indah bila dipandang dan wangi bila dihirup. indahnya bunga Lily tidak memalingkan kecantikan sigadis dengan pakaian sebatas lutut putihnya.

dia kembali masuk kedalam mobil untuk kembali berjalan setelah perjalannya terhambat karena dia akan membeli seuntai bunga Lily.

"ayo pak"

....

Luke kembali berjalan setelah dia menunggu kopi yang ia pesan sudah siap untuk dibayar. Luke kembali berjalan dengan santai menuju kamar yang telah dibuat rawat inap untuk Levi.

dengan wajah juteknya sampai membuat seorang gadis yang melintas  berlawan arah dengannya memandanginya dengan decakan kagum.

rambut yang ia tata sampai memperlihatkan jidatnya itu membuat beberapa orang tertarik untuk menatapnya.

melihat pintu yang sudah berada didepan mata langsung ia buka untuk masuk kedalamnya.

Luke berjalan mendekati Levi yang tengah tertidur pulas. dengkuran halus menandakan bahwa Levi tengah benar benar tertidur. mungkin karena obat bius yang diberikan sang dokter ataupun dia yang berinisiatif untuk tidur.

Luke duduk sambil meletakkan segelas kopi yang sudah ia minum setengahnya. panasnya kopi mampu menghangatkan lambungnya disaat musim dingin yang menerjang.

Luke sebenernya ga mau kembali kesini, cuma kesian aja ngeliat Levi seperti berharap ada yang menemaninya dari kesepian.

Luke sempat berfikir. sebelumnya, dia benar benar berbilang dia amat benci dengan anak ini. namun, melihat pemuda ini seperti memandangnya dengan pandangan melemas, itu saja sudah membuat hatinya sedikit bergetar.

entahlah, padahal Levi memiliki teman cukup banyak. mengapa tidak ada satupun temannya yang datang. apakah masih bisa dibilang teman?.

teman itu menemaninya dari kejahatan malam. menemani ketika salah satu dari mereka memiliki kesusahan maupun musibah yang menimpa mereka. teman itu akan selalu ada bila mereka benar benar teman untuk seseorang dari kesepiannya. seperti Levi, nampak kesepian bila dilihat dari arah pandangnya.

kesedihan yang tersirat dan mata sayunya menandakan bahwa dia benar benar kesepian dari gelapnya dunia. pikirannya memang seperti manusia dewasa. namun, tidak untuk hatinya. mungkin ada gejolak untuk merasakan manjanya dunia luar ketimbang manjanya penjara dunia.

tidak ada yang taukan bagaimana sedihnya seseorang dari cara dia ketawa? dari cara dia tersenyum? dari cara dia memandang satu sama lain? dari cara dia melamun?. tidak ada yang mengetahui dari semuanya. apalagi ketika mereka nampak lelah untuk kembali tidur dan menutup kedua matanya agar tidak bisa melihat bagaimana jahatnya dunia luar.

Luke hanya bisa melihat bagaimana pemuda ini dari cara dia berbicara dan memandang.

luke menatap kearah Levi yang tertidur. entah mengapa bila pemuda ini tengah tertidur, dia seperti melepaskan penatnya untuk menghadapi dunia. anak kecil yang dulu ia kenal nampaknya tengah menyembunyikan hal yang luar biasa.

"gw gatau masalah Lo apa tapi gw lihat Lo kelihatan lelah banget, padahal Lo cuma makan tidur doang" gumamnya tanpa sadar telah mengucapkan seuntai kalimat yang entah bagaimana melintas diotaknya dan mempersilahkan untuk mengucapkannya.

....

"kamu itu ya—"

ucapannya seketika terhenti dengan emosinya yang meluap ketika melihat seorang perempuan menatapnya dengan tatapan kurang ajar. dia mengebulkan asap rokok dilangit bebas.

pria dengan setelan casual khas orang kantoran itu tengah mencoba menahan emosinya untuk tidak mendorong sang wanita itu dari atas gedung yang amat tinggi.

beribu ribu meter dari penjangkauan membuat pria itu hampir saja nekat untuk membuang wanita ini. seperti halnya, kurang ajar untuk dipelihara.

"lanjutkan saja ucapanmu, lagian aku hanya menganggap ucapanmu itu seperti kicauan burung di telingaku" ujar wanita itu dengan tatapan meremehkan. dia kembali mengebulkan asap rokok diudara.

tidak memperdulikan tatapan tajam dan mematikan dari seorang berbadan besar itu. dia seperti memiliki nyali sebesar matahari. tidak memperdulikan kedepannya bagaimana. dia disini hanya menikmati keluh kesahnya.

"jangan kurang ajar kamu ya" ucapnya. berusaha untuk tidak khilaf.

sebelum mengucapkan kata kata, wanita itu kembali mengebulkan asap keudara "aku sudah bilang, keluarkan semua perkataan kotormu itu didepanku. aku hanya menganggapnya seperti suara angin puting beliung" ujarnya dengan segala remehannya.

"ingatlah anakmu—"

"huh? apa perlu?"

"kenapa kamu sangat busuk huh?" sentaknya.

wanita itu terkekeh sambil merotasi matanya malas. berjalan mendekati pria itu dengan sepatu high heels nya yang menawan dan indah itu terpasang dikaki jenjangnya.

"kau tidak ikut campur perihal anakku. apa peduli kau dengan dia, aku saja tidak peduli"

"benar benar ibu tak tau diri" sentaknya.

wanita itu kembali terkekeh sedikit keras, seperti tengah mengejek seorang anjing yang terus menggonggong.

"jangan ucapkan kata kata tidak sopan kepadaku. heyyyy, kau tidak tau bagaimana perjuanganku menolong dia dari kejahatan malam" ujarnya dengan mendorong dada pria itu dengan jari telunjuknya.

pria itu mengepalkan kedua tangannya sampai membuat telapak tangannya memerah. menggerakkan rahangnya sampai membuat urat dikeningnya sedikit nampak, sangking kuatnya dia menggertakkan gigi giginya.

wanita itu tersenyum ketika melihat pria itu nampak terlihat emosi karena ulahnya.

.....

"tolong beritahu aku letak kamar seorang pemuda bernama Levi"

"apakah anda ada hubungan keluarga?"

"saya sepupunya"


...TBC...

PREMAN • BXBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang