YOU POV
Aku tak pernah menyangka akan dipertemukan dengan lelaki sepertinya, lelaki yang membuatku merasa spesial seperti harta berharga yang harus ia jaga. Walaupun terkadang, ia suka lepas kendali dan kembali ke jati dirinya yang dulu, kasar dan tak segan menghancurkan apa saja yang menggangu hidupnya, tapi aku yakin dapat merubahnya menjadi lebih baik lagi. Ya, hal itu yang aku tanamkan dalam dua tahun terakhir.
Lee Heeseung, seorang pembunuh bayaran yang hidup sebatang kara di kota metropolitan ini. Ia nekat melakukan cara haram tersebut untuk menyambung hidupnya, pertemuan kami juga tidak pernah aku sangka sebelumnya.
Saat itu, aku sedang menunggu bus di sebuah halte. Heeseung duduk di sebelahku dengan baju yang berlumuran darah, aku pikir ia adalah korban penganiayaan sehingga aku berikan jaket milikku untuk menutupi darah di bajunya.
Lalu seperti kisah cinta pada umumnya kami menjadi dekat dan terikat satu sama lain, lama kelamaan terungkap juga bahwa sebenarnya Heeseung telah memperhatikanku sejak lama. Aku tentu mempercayainya karena ia dapat menunjukan bukti-bukti yang mendukung perkataannya tersebut.
Heeseung hadir sebagai sosok yang aku butuhkan dalam kehidupan yang kelam ini. Seperti secerca cahaya yang menerangi hari terburuk dalam hidupku, aku sangat bergantung padanya.
Aku sangat mencintai Heeseung melebihi apapun di dunia ini dan aku rela melakukan apapun untuk tetap membuatnya menjadi milikku, tak perduli jika aku harus membantunya menjalankan misi haramnya sebagai pembunuh bayaran. Aku rela melakukan apapun untuknya, tetapi hal itu yang malah menjerumuskanku ke dalam penyesalan yang mendalam.
Heeseung tak ingin berbicara denganku, setelah aku diperintahkan untuk ikut dalam misi besar membunuh seorang anggota kelompok musuh yang tak lain adalah teman dekatku juga yaitu Lee Jay.
Seseorang yang selalu menjadi sumber kecemburuan untuk Heeseung. Lelaki itu berulang kali mengatakan bahwa ia tak suka dengan kedekatanku bersama Jay dan Jake yang ternyata memang memiliki niat tersembunyi.
Master mengatakan, Jay dan Jake memang diutus ketua kelompok mereka untuk berteman denganku agar mereka dapat mengetahui kelemahan kelompok Heeseung. Aku sendiri masih belum menerima kenyataaan pahit itu karena aku merasa mereka memang tulus berteman denganku, tetapi demi Heeseung aku rela melakukan apapun, walaupun sebagai umpan untuk membunuh sahabatku sendiri, aku rela yang penting Heeseung bahagia.
Tapi, kenyataannya tidak demikian. Ia seperti kesal setelah mengetahui aku harus menggoda Jay terlebih dahulu untuk memancang lelaki itu. Ia tak ingin berbicara padaku, ia tak ingin aku sentuh bahkan saat aku memanggilnya dengan panggilan mesra, Heeseung malah pergi berlalu. Aku tak mengerti dengan jalan pikiran lelaki itu.
Bahkan setelah mengantarku ke apartemen, Heeseung berniat untuk kembali ke markasnya. Padahal aku berharap ia tinggal di apartemenku, menemaniku malam ini. Sehingga, setelah Heeseung menepikan mobilnya di pinggir jalan tepat di depan gedung apartemenku, aku berusaha untuk mengajaknya berbicara.
"Daddy~" panggilku. Aku mainkan jariku di atas pahaku saat Heeseung telah membuka kunci pintu mobilnya.
"Masuklah!" perintah Heeseung, singkat padat dan jelas. Aku menggelengkan kepalaku pelan,
"Maafkan aku dad, aku hanya ingin membantu daddy." Akhirnya aku mengutarakan niat tersebut kepada Heeseung.
"Kamu akan sangat membantu daddy kalau kamu tidak ikut campur dalam misi ini!" Nada bicara Heeseung meningkat, pertanda ia tak bisa lagi menahan segala kekesalannya.
"Maafkan aku dad, aku janji tidak akan mengecewakan daddy kali ini." ujarku, tak berani menatap Heeseung walau sesaat.
"Kamu tahu, daddy tak suka kamu dekat-dekat dengan Jay kan?!! Lalu sekarang kamu harus menggodanya sebelum kami membunuhnya?!! Kau tahu betapa kesalnya daddy?!" bentak Heeseung memenuhi seisi mobil ini. Aku menundukkan kepalaku lalu menggigit bibir bawahku pelan.
tok tok tok
Seseorang mengetuk kaca mobil Heeseung yang tak lain adalah penjaga gedung apartemenku.
"Maaf pak, parkirnya di basement ya. Lewat sini." ucap penjaga tersebut.
Aku hanya bisa diam saat Heeseung mulai memakirkan mobil miliknya di dalam basement. Tanpa kata, ia mengajakku keluar untuk memasuki kamar apartemenku. Kekesalan dan amarahnya terasa kuat di genggaman tangan Heeseung di lengan kananku. Napasnya juga memburu, sukses membuat jantungku berdegup kencang.
Setelah sampai di dalam kamar apartemenku, Heeseung langsung menyuruhku untuk duduk di tepi kasurku. Ia minta aku lepaskan jaket beserta tas milikku, sambil ia melakukan hal yang sama.
"Daddy, aku janji tidak melakukan apapun dengannya selain menggodanya." ucapku penuh ketakutan saat Heeseung lepaskan ikat pinggang miliknya lalu berjalan menghampiriku.
"Daddy sangat mengenalmu sayang, kamu begitu polos dan mudah tergoda dengan lelaki tampan sepertinya, lalu apa janjimu ini dapat daddy percaya?!! Kenapa kamu tak menolak perintah master itu?!!" bentak Heeseung. Ia membaringkan tubuhku di atas pangkuannya, ia lepas paksa celana jeans yang aku kenakan beserta dalaman milikku.
Berulang kali, Heeseung layangkan pukulan ke bokongku menggunakan ikat pinggang itu, mampu membuatku berteriak kencang dan pasrah. Entahlah, aku merasa seperti lebih dicintai jika Heeseung cemburu tetapi aku tak suka jika ia menyakitiku.
Sepanjang malam ia terus membentakku dan melampiaskan seluruh kekesalannya padaku dengan melakukan seks yang kasar. Heeseung tak segan memukul wajahku seperti musuh yang harus ia singkirkan. Membuat rasa sakit terasa di sekujur tubuhku. Ia bahkan sampai membuat luka di bokongku karena terlalu sering menyambuk bagian tersebut.
Malam itu, aku habiskan dengan tangis dan terus memohon agar Heeseung memperlakukanku dengan baik, tetapi semakin sering aku memohon, semakin bersemangat pula lelaki itu menyiksaku. Aku kacau dan kejadian ini mungkin akan sebagai cambuk jika suatu saat aku ingin membantunya lagi. Tidak, lebih baik aku tidak membantunya yang pada akhirnya hanya menyiptakan rasa sakit di tubuh maupun hatiku. Aku tersiksa tetapi aku sangat mencintainya.
Heeseung sempat mengira, aku sengaja memanfaatkan momen ini untuk bermesraan dengan Jay, namun itu hanyalah pikiran buruknya saja. Aku tak memiliki niat seperti itu, aku murni ingin membantunya yang malah ia merutuki niatku tersebut. Aku menyesal, sangat menyesali segalanya.
"""""""""""""""""""""""""""
AUTHOR POV
Begitu pula yang Heeseung rasakan. Sebuah penyesalan mendalam karena tak bisa menjagamu dengan baik, ia hanya bisa kembali membayangkan semua perlakuan kasar yang kamu terima darinya sebelum malam penculikan itu. Inilah yang Heeseung takutkan, kehilanganmu dari sisinya.
Heeseung bisa gila rasanya, tak ada seseorang yang memanggilnya dengan sebutan daddy lagi, tak ada seseorang yang selalu mengkhawatirkannya, tak ada lagi sosok yang selalu memberikan kasih sayang padanya.
Heeseung merasa hampa dan sepi, dunianya semakin hancur saat menyadari akun instagrammu telah menghilang dan tergantikan oleh sebuah foto mesra yang Niki dapatkan dari instagram Jake. Lelaki itu mengupload foto dirinya bersamamu dalam posisi duduk dengan berpelukan sambil Jake yang mencium pipimu, serta caption foto yang menyayat hati Heeseung berbunyi.
"You soften me❤"
Heeseung kacau bukan main di buatnya, ia merasa tak ada keterpaksaan di wajahmu dalam foto tersebut tetapi Heeseung masih mengira mereka mengancammu, padahal kenyataannya lebih kejam dari yang ia bayangkan.
Mereka menghapus ingatanmu lalu mengganti sosok Heeseung menggunakan Jake? Apakah kenyataan itu dapat ditutupi dalam waktu yang lama? Tentu tidak, Heeseung tak akan diam jika ada seseorang yang merebut miliknya dan sekarang ia tak hanya harus menyingkirkan satu orang, melainkan dua yaitu Jay dan Jake.
TBC
Kalian lebih milih sama Heeseung, Jake atau Jay?
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DAY AFTER QUARANTINE
Fanfiction[🔞] Niat baik untuk membantu kekasihmu bernama Lee Heeseung tidak membuahkan hasil. Malah menjebak mu ke dalam kelompok kriminal bersenjata yang beranggotakan Jake Sim dan Jay Park yang tak lain adalah teman kampusmu. Kelompok kriminal bersenjata i...