[S2] 01: Obsesi

468 50 3
                                    

YOU POV

Sebelum para anak buah Heeseung membawaku paksa untuk mengikuti lelaki itu ke sebuah hotel yang telah mereka sewa, aku sempatkan diri berbicara dengan dua kekasihku. Berusaha aku tenangkan keduanya dengan berkata, "Aku pergi dulu, tak usah khawatir aku akan melindungi diriku sendiri. Maafkan aku sayang." sambil menatap bergantian Jay dan Jake di hadapanku.

"Fuck, aku benci ketidakberdayaan ini!" umpat Jake sambil terus berusaha melepaskan diri dari para anak buah Heeseung yang masih menahan tubuhnya, sedangkan Jay hanya menatap ke arahku dengan kekesalan yang tergambar jelas di wajahnya.

Aku coba meminta izin untuk memeluk kekasihku pada dua anak buah Heeseung yang menahan tubuhku. Setelah diberikan izin, langsung aku berlari ke arah Jay untuk memberikan satu kecupan singkat di bibirnya. "Jay, aku mencintaimu, aku akan kembali pada kalian berdua apapun yang terjadi. Jangan khawatir, aku bisa menjaga diriku sendiri sekarang, maaf ya sayang." ucapku sambil menangkup wajah lelaki itu. Detik itu juga aku merasakan tatapan Jay yang mulai melemah, namun tak menghilangkan kesan kesal yang tergambar jelas di wajahnya.

"Jangan meminta maaf, harusnya aku yang meminta maaf karena tak bisa menjagamu. Kami akan mencari cara agar melepaskan mu ya. Aku juga mencintaimu Y/n, sangat." Setelah Jay mengatakan itu, aku berniat memeluk tubuh kekasihku tersebut sebelum anak buah Heeseung menarik ku paksa meninggalkan ruang utama gedung terbengkalai ini.

Aku tak berusaha berontak saat mereka mengikat kedua tanganku ke belakang dan membawaku masuk ke sebuah mobil jeep berwarna hitam yang ternyata sudah terdapat Heeseung di dalamnya.

Lelaki itu duduk di bangku penumpang tepat di sampingku dengan penjagaan dua anak buah dalam mobil ini, diikuti empat mobil minibus berisikan para anak buahnya di bagian depan dan belakang mobil. Setelah mobil berjalan lambat meninggalkan area gedung,

Heeseung bunuh jarak duduk di antara kami berdua, "Gadis kecilku ternyata sudah berubah menjadi wanita dewasa yang seksi." ucapan Heeseung itu mau tak mau menuntunku menatap atensi milik lelaki itu. Hanya menatap sebentar tanpa ada keinginan menjawab perkataannya.

"Apa kau tahu daddy sangat merindukanmu?" tanya Heeseung yang langsung aku jawab dengan gelengan kepala. Aku hembuskan napas kasar lalu betanya, "Apa yang kau inginkan?" tanpa berniat menatap atensi lelaki yang duduk tepat di sampingku. Entahlah, aku hanya merasa takut saja, takut ia menyakitiku seperti dulu padahal inilah waktu yang tepat untuk membalaskan dendamku.

"Kau, daddy ingin kamu Y/n, hanya itu." aku sudah bisa menebak jawabannya yang tak berubah setelah lima tahun berlalu. Aku putar bola mataku seraya menarik napas panjang, "Lepaskan aku Heeseung, biarkan aku menjalani kehidupanku sendiri." pintaku yang tentu saja tak bisa diterima Heeseung dengan mudahnya.

Lelaki itu mendekat ke arahku, yang mau tak mau membuatku bergeser juga untuk menjaga jarak dengannya. "Tidak bisa sayang, kau berjanji akan selamanya menemaniku".

Oh, tuhan. Aku bahkan tak mengingat janji itu. Aku tak menyangka janji tak serius itu begitu berarti bagi seorang Lee Heeseung. "Hati seseorang bisa berubah, Heeseung. Apalagi setelah orang yang kita cinta membuat luka yang begitu besar bagi hidup kita." ucapanku itu memancing kekesalan dalam diri Heeseung hingga nekat mengeluarkan pistol dari kantung jaketnya.

Ia todongkan pistol tersebut ke perut bagian bawahku lalu bertanya, "Kau mencintai Jay?".

Aku telan ludahku dengan susah, ketakutan perlahan memenuhiku seiring pistol tersebut yang semakin menekan perutku, "Sangat, kami sudah menjalin hubungan selama empat tahun terakhir, bahkan lebih lama ketimbang aku bersamamu Lee Heeseung." ucapku dengan susah payah, aku berusaha mengendalikan rasa takutku tetapi tak membuahkan hasil yang aku inginkan.

THE DAY AFTER QUARANTINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang