[S2] 13: Mimpi Buruk

184 26 19
                                    

Setelah Jovan tertidur, aku pikir bisa menghabiskan malam yang panjang bersama Heeseung, cinta pertamaku. Namun, setelah beberapa menit berusaha menidurkan buah hatiku, Heeseung malah ikut tertidur sambil memeluk tubuh mungil anakku tersebut.

Aku yang merasa begitu bahagia pun tak henti tersenyum sambil memandang keduanya yang tertidur di sampingku. Posisinya saat ini, Jovan di tengah sementara aku dan Heeseung berbaring di sebelah kanan dan kiri Jovan sambil menghadap anakku tersebut.

Sungguh, pemandangan inilah yang paling aku impikan dahulu saat masih bersama Heeseung. Aku sering sekali mengutarakan mimpi-mimpi sederhanaku yang ingin membangun keluarga bahagia bersama lelaki itu, karena dalam hidupku, Heeseung lah yang berhasil mengambil seluruh hati dan jiwaku. Aku sangat mencintainya, bahkan melebihi diriku sendiri.

Aku ingin membangun keluarga kecil bersamanya, terlepas dari pekerjaan haram yang sedang Heeseung geluti saat itu. Aku sangat mengenal Heeseung dan seluruh masa lalu serta rasa sakit yang ia rasakan dari keluarganya terdahulu sampai membuatnya nekat menekuni pemerjaan ekstrim ini. Semua semata-mata untuk bertahan hidup. Selalu aku tekankan pada Heeseung, bahwa ia berhak mendapatkan seluruh hal baik di dunia ini, termasuk membangun keluarga cemara yang ia inginkan selama ini.

Heeseung bisa menjadi ayah yang baik untuk anak-anak kami kelak serta menjadi suami yang bertanggung jawab dan pekerja keras. Selalu aku berikan afirmasi positif walau terkadang sifat tak stabil lelaki itu selalu mengambil alih.

Aku pun ikut memejamkan mata, berencana menyusul keduanya ke alam mimpi, namun saat aku hampir tertidur. Aku merasakan getaran hebat di kasur ini, sontak mataku terbuka dan mendapati tubuh Heeseung yang bergetar hebat dengan keringat dingin yang membasahi tubuhnya. Bahkan, getaran yang Heeseung sebabkan sampai membangunkan Jovan dari tidurnya.

Jovan yang ketakutan pun menghambur ke dalam pelukanku, sementara aku yang telah mendudukkan diri di kasur ini pun mengelus wajah Heeseung sambil berusaha membangunkannya. "Daddy kenapa?" tanyaku akhirnya berhasil membuat Jovan terdiam sambil melihat ke arah Heeseung. Aku gerakkan tubuh Heeseung guna membangunkannya hingga tersadar lah lelaki itu dari tidurnya. Heeseung sampai terduduk dengan napas yang memburu, seperti habis mengalami mimpi yang begitu buruk.

Ekspresi Heeseung bahkan terlihat sangat ketakutan yang membuat Jovan kembali menyembunyikan wajahnya di dadaku. Aku pun bertanya pada lelaki itu, "Ada apa daddy? Daddy bermimpi buruk?" tanyaku begitu khawatir. Tanpa kata, Heeseung mendekat ke arahku dan memeluk tubuhku beserta Jovan begitu erat. Sungguh, aku bahkan dapat merasakan detak jantung Heeseung yang menyentuh tubuhku. Ada apa dengan lelaki ini?

"Daddy mimpi buruk ya?" tanya Jovan dengan suara yang serak. Aku tak menyangka anakku ini akan memberikan respon yang sama khawatirnya denganku.

Mendengar pertanyaan Jovan, Heeseung lepaskan pelukannya lalu berkata, "Maaf ya daddy membangunkan tidurmu sayang." lalu mengecup puncak kepala Jovan lembut.

Setelah itu Heeseung tatap mataku untuk mengutarakan, "Sejujurnya setelah menembak mu dulu, daddy tak pernah tertidur dengan nyenyak. Daddy selalu terbayang dirimu yang pergi meninggalkan daddy dan berbagai skenario buruk lain yang bisa saja tercipta dari tembakan tersebut. Daddy merasa begitu menyesal, bahkan sampai di tahun keempat kau pergi meninggalkan daddy, mimpi buruk itu terus hadir hingga membuat daddy takut sekali tertidur di malam hari. Daddy mungkin hanya menghabiskan waktu tiga jam untuk tidur dalam sehari, itupun selalu dibayangi mimpi buruk tentang kepergianmu". Tangis Heeseung pecah mengiringi perasaan tak berdaya yang ia rasakan.

Jovan yang melihat Heeseung menangis pun begitu perhatian dengan berpindah posisi menjadi memeluk lelaki itu. Aku yang merasa tak tega pun tanpa sadar ikut menangis sambil terus mengusap air mata di wajah Heeseung. Sungguh, aku hanya tak menyangka kejadian itu sangat berimbas buruk untuk hidup Heeseung, aku pikir selama ini dia hidup tanpa penyesalan sedikitpun, bahkan setelah menembak orang yang dia sayangi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE DAY AFTER QUARANTINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang